Ekonomi

Budidaya Buah Surga, Tidak Hanya Sehat, Tapi Juga Bikin Untung Jutaan Rupiah

Sabtu, 24 Juni 2017 - 13:24 | 338.09k
Pembudidaya tanaman Tin, Faisal Abdullah sedang melakukan aktivitas di kebun pekarangan rumah, di Desa Godog, Kecamatan Laren, Sabtu (24/6/2017). (Foto: Istimewa)
Pembudidaya tanaman Tin, Faisal Abdullah sedang melakukan aktivitas di kebun pekarangan rumah, di Desa Godog, Kecamatan Laren, Sabtu (24/6/2017). (Foto: Istimewa)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Selama ini banyak hobis tanaman merogoh kocek dalam untuk sebuah tanaman yang hanya menjadi hiasan tanpa mendatangkan manfaat. 

Namun ini akan berbeda jika Anda mencoba menanam tanaman hias buah Tin. Tidak hanya bermanfaatkan karena buahnya mengandung banyak vitamin, tanaman buah surga juga bisa mendatangkan keuntungan jika Anda bisa membudidayakan dan menjualnya.

Tanaman yang memiliki nama latin ficus carica ini secara biologis berasal dari Asia Barat yang menyebar hingga wilayah Eropa dan Amerika ini.

DAun-TIN-2heboP.jpg

Namun, kini masyarakat Indonesia patut berbahagia karena pohon surga tersebut sudah bisa dibudidayakan di tanah air.  Salah satunya di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Adalah Faisal Abdullah, warga Desa Godok, Kecamamatan Laren, kini sedang mengembangkan jenis tanaman Tin.

“Saya jatuh cinta dengan tanaman pohon buah tin semula tidak sengaja melihat tanaman ini di tempat saudara, lalu saya googling di internet dan akhirnya saya mencoba beli beberapa bibit pohon Tin lewat pesanan online dari Mampang Jakarta,” kata Faisal, Sabtu (24/6/2017).

Selain penasaran, sambungnya, Ia memilih berkebun buah Tin karena buah Tin ini di sebut dalam Al-Auran. “Bahkan menjadi nama surat dalam Al-quran surat At-Tin, tentunya Allah memiliki rahasia tersendiri,” tuturnya.

DAun-TIN-3clHRp.jpg

Lebih lanjut, pria yang sudah beberapa kali mengikuti pameran flona ini mengungkapkan, tanaman Tin yang memiliki sekitar 20 pohon varian ini sangat mudah dirawat, meski di tanam dalam media pot dan sejatinya harus ditanam di dataran tinggi.

“Budidaya relatif mudah,  bisa di tanam di dataran rendah seperti Lamongan juga di dataran tinggi. Tanaman ini biasa di tanam di media yang porous (tanah yang tidak mengenang air),” ucapnya.

Untuk menanam tanaman Tin, Faisal memilih jenis Green Yordan Tin. Menurutnya, jenis ini sangat cocok ditanam di wilayah yang memiliki suhu panas seperti halnya Lamongan.

“Sangat cocok, pohon buah Tin suka sinar matahari atau full sun mulai pagi sampai sore, karena baik untuk buahnya,” tuturnya.

Faisal pun memberi bocoran cara lain membudidayakan tanaman surga ini, sehingga bisa tumbuh subur dan sehat tanpa harus rutin melakukan penyiraman.

“Bisa menggunakan sistem hidroponik, hidroponik dengan sistem vertigasi, dengan media cocopeat, arang sekam, pasir dan di campur dengan dolomit, menggunakan nutrisi AB mix,” kata Faisal.

Berbekal rasa cintanya terhadap pohon surga, Ia pun lantas mengembangkanya hanya untuk dijadikan sebagai tanaman yang diperjualbelikan, sebelum masa pembuahan.

“Sementara baru memaksimalkan pembibitan yaitu pohon buah tin yang besar di cangkok dijadikan bibit baru, Tin jenis Green Yordan untuk bibit dijual dengam harga 50 ribu rupiah,” ujarnya.

Sampai saat ini, setiap bulannya Faisal mampu menjual ratusan bibit tanaman Tin ke berbagai daerah yang ada di Indonesia, seperti Surabaya, Jogjakarta, dan Jakarta dengan memasarkannya secara online.

“Penjualan via offline juga, seperti waktu ada pameran-pameran, dan ngider dari kampung ke kampung jual bibit dengan naik motor. Kalau ada even pameran bisa lebih bisa sampai 100 bibit. Bulan kemarin pas banyak even sampai 200 bibit,” ucapnya.

Selain diambil untuk bibit, Faisal membeberkan, daun dari tanaman Tin ini juga dimanfaatkannya menjadi beberapa produk olahan, seperti teh daun Tin. “Bisa dibuat teh tubruk dan teh celup,” katanya 

Dari daun kering tanaman Tin, Ia menjualnya seharga Rp 100-150 ribu. Bahkan Faisal mampu menghabiskan hingga 5 kilogram daun tanaman Tin kering dalam sebulan 

“Tapi sudah di packing kecil-kecil, kemasan 30 gram, per-packing di jual 10-15 ribu per botol untuk teh tubruk daun Tin dan untuk yang teh celup di jual 20-25 ribu rupiah per-pack,” tuturnya.

Lebih jauh, Faisal mengatakan, dirinya sampai kesulitan untuk memenuhi permintaan pasar dari bibit, hingga daun Tin. “Saya berinisiatif untuk membuat konsep pengembangan kebun berbasis komunitas, dengan cara saya mengajak teman-teman muda dan lahan pekarangan rumah yang ada di desa yang belum di maksimalkan,” katanya.

Obsesinya untuk mengajak mencintau tanaman surga ditularkannya ke beberapa anak muda untuk menanam pohon tin di pekarangan rumah. Ia lantas memberikan 10 bibit pohon Tin untuk dirawat dan dikembangkan.

“Dengan ketentuan 3 pohon menjadi hak milik yang menanam, dan 7 kembali ke saya agar bisa kembali diputar ke teman-teman muda yang lain. Dari situ akan semakin banyak pembudidaya maka ketersedian akan bibit dan pohon Tin bisa tercukupi,” ujarnya.

Dari hasil penjualan berbagai produk tanaman Tin itu, Ia mengaku, penghasilannya per bulan cukup fantastis hanya dengan berjualan bibit dan daun kering tanaman yang dapat tumbuh hingga ketinggian 10 meter ini. Dari hasil penjualannya itu, dirinya bisa mendapatkan omset hingga jutaan rupiah.

“Alhamdulillah bisa dapat antara 3-7 juta dari bibit, buah, dan teh daun tin,” ucap Faisal.

Sebenarnya tambah Faisal, tanaman Tin tak hanya sekedar bisa dijual bibit, dan daunnya saja. Ia menyebut, buah dari pohon Tin bisa dibuat menjadi berbagai jenis produk olahan.

“Manisan, selai dan sirup itu jangka panjang. Saya buat selai dan manisan masih hanya untuk di konsumsi sendiri belum di jual di pasar karena produksi buah belum stabil,” ujarnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES