Peristiwa Daerah

Bila Nelayan Main Musik HIbur Bule di Pantai Kedonganan, Begini Cerianya

Jumat, 23 Juni 2017 - 18:14 | 46.42k
Kelompok musik nelayan Kedonganan, saat menghibur para tamu. Jumat (23/06/2017). (Foto: Khadafi/TIMES Indonesia)
Kelompok musik nelayan Kedonganan, saat menghibur para tamu. Jumat (23/06/2017). (Foto: Khadafi/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Lagu Bob Marley No Women No Cry dimainkan para kelompok musik nelayan Kedonganan, Badung, Bali. Mereka menghibur para tamu yang sedang menikmati ikan bakar di salah satu warung Pantai Kedonganan, Kuta Selatan. 

Ya, saban hari kelompok musik yang menamakan diri Kerta Bali ini menghibur pangunjung pantai. Grup yang terbentuk pada 2016 ini mengamen sejak pukul 11.00 hingga 21:00 WITA. Mereka beranggotakan 4 orang. Masing-masing adalah Ade Loppis, gitaris merangkap vocal, Joko Hariyanto (tamborin), Ompong (cajon), dan Luhur (bass). 

Loppis, 50, mengaku sudah 10 tahun bermukim di Bali. Pria asal Medan ini menceritakan jika para personelnya itu dulunya para nelayan. Karena mereka mempunyai bakat bermain musik, maka ia tarik untuk ikut mengamen. 

"Seperti Mas Joko, dulunya dia sebagai buruh angkut es di pasar ikan Kedonganan. Karena dia bisa main musik saja ajak gabung. Mas Ompong dan Mas Luhur juga dulunya sebagai nelayan," ucapnya Jumat (23/06/2017).

Para pengamen bekas nelayan ini memainkan musik-musik Rusia, Eropa, dan China. Maka, tak jarang para wisatawan asing ikut bernyayi dan berjoget. Apalagi mereka menyanyikan lagu-lagu klasik milik Bob Daylan, Bob Marley, dan Jhony Cash. 

kelompok-musik-nelayan-2zq1Ht.jpg

"Kalau kita memang sering menyanyikan lagu barat atau Rusia dan Cina. Tergantung tamu yang datang. Kalau tamu yang datang dari Australia, Jerman, atau Belanda, kami nyanyikan lagu barat. Kalau Rusia kita nyayikan lagu Rusia. Kalau tamunya China ya kita nyanyikan lagu China." imbuh Loppis. 

Loppis mengaku sejak mengamen keliling di warung-warung di pasar ikan Kedongan, hasilnya cukup untuk membiayai kebutuhan keluarganya. Kalau ada bule yang suka, kadang mereka memberi Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu. 

"Kalau paling sepi setiap orang hanya dapat Rp 50 ribu aja, tapi kalau ramai bisa tiap personel Rp 300 ribu. Karena kita terima seikhlasnya dari tamu, kadang juga ada yang memberi Rp 5 ribu. Yang penting kita tidak memaksa, tidak diberi pun tidak apa-apa," ujarnya.

Dari hasil mengamennya, Loppis mengaku setiap bulan menyisipkan uang sumbangan untuk kontribusi pembanguna Desa Kedonganan.

"Karena kita juga dapat izin dari Desa Adat Kedonganan untuk mengemen di sini, agar kita tidak terlihat liar," tandasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Khoirul Anwar
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES