Peristiwa Nasional Mudik 2017

Secuil Sejarah Budaya Mudik

Jumat, 23 Juni 2017 - 09:13 | 73.66k
ILUSTRASI - Suasana Mudik Lebaran (Foto: Dok. TIMES Indonesia)
ILUSTRASI - Suasana Mudik Lebaran (Foto: Dok. TIMES Indonesia)
FOKUS

Mudik 2017

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Budaya mudik lebaran adalah budaya khas Indonesia yang tidak ditemukan di negara lain.

Dalam perkembangnnya, ritual tahunan yang sangat khas Indonesia ini berkembang menjadi momen besar berpadunya aspek kultural, agama, ekonomi, psikologi massa sampai bisa mengarah ke aspek politik.

Namun, pernahkan kita bertanya mulai kapan budaya atau tradisi mudik ini ada di Indonesia? Atau kenapa yang dipakai kata "mudik" bukan balik kampung, pulang kampung atau yang kata lain yang sejenis.

Kapan budaya pulang kampung sebelum atau setelah lebaran mulai ada dan terus membesar menjadi sebuah budaya mudik?

Sebenarnya tradisi mudik ini sudah ada sejak zaman kerajaan Majapahit.

Dahulu para perantau pulang ke kampung halaman untuk membersihkan makam para leluhurnya dalam waktu-waktu tertentu. Budaya nyadran kalau di Jawa.

Sebelum Islam masuk, mereka percaya ruh leluhur mereka bisa diminta pertolongan. Dengan membersihkan kubur mereka dan berdoa dikubur mereka, arwah leluhur mereka akan memberi pertolongan untuk keselamatan dunia dan akhiratnya.

Namun istilah mudik saat Lebaran diperkirakan baru berkembang sekitar tahun 1970-an ketika banyak orang dari daerah mengadu nasib peruntungan ke Jakarta.

Jakarta adalah kota target urbanisasi dari desa /kota kecil di seluruh Indonesia ke kota saat itu.

Maklum saat itu Jakarta adalah magnet bagi orang daerah untuk mencari peruntungan. Dan harus diakui, saat itu Jakarta di bawah kepemimpinan Ali Sadikin muncul sebagai satu-satunya kota yang mengalami perkembangan sangat pesat.

Jadilah kota Jakarta saat itu berkembang dengan penduduk 80 persen adalah penduduk urban. Setelah lima puluh tahun kemudian penduduk asli Jakarta (Betawi) jadi berkurang banyak. Mereka pindah ke pinggiran Jakarta dengan menjual tanah dan rumah mereka.

Penduduk urban yang beruntung dan mendapat pekerjaan tetap di Jakarta tidak bisa lagi pulang kampung sewaktu-waktu. Akhirnya mereka memutuskan untuk membeli tempat tinggal tetap di Jakarta, kawin, dan mempunyai anak.

Mereka tak bisa pulang kampung lagi seenaknya. Mereka bisa pulang kampung dengan waktu libur cukup panjang hanya beberapa hari saja dalam setahun karena batasan administrasi pekerjaan.

Nah, ketika pemerintah memutuskan bahwa bagi umat Islam akan diberi libur beberapa hari sebelum dan setelah Hari Raya Idul Fitri maka kesempatan itu dimanfaatkan sebagian besar penduduk urban di Jakarta untuk pulang ke kampung menengok keluarganya.

Bayangkan jika penduduk Jakarta saat ini yang diperkirakan sekitar 10 juta orang dan hampir 80 persennya (8 juta) pulang kampung semua pada hari yang hampir bersamaan.

Jadilah peristiwa balik kampung massal dari Jakarta ke daerah lain ini menjadi sebuah fenomena sosial, budaya, agama bahkan politik yang unik.

Dan peristiwa ini berkembang dari tahun ke tahun di Indonesia dengan dinamika yang terus berubah pula.

Entah dari mana asal kata mudik atau Mudik Lebaran berkembang sampai saat ini.

Namun yang jelas, mudik lebaran saat ini diartikan sebagai tradisi balik ke kampung massal dimana seseorang atau sekelompok orang bekerja ke kampung halaman tempat kelahirannya/sanak kerabatnya.

Tidak lagi dari Jakarta ke daerah lain. Namun dari daerah manapun yang ada di Indonesia.

Selamat Mudik...

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES