Peristiwa Nasional

Setiap Satu Orang Penduduk di Indonesia Tanggung Utang Rp 16 Juta

Senin, 19 Juni 2017 - 00:28 | 59.17k
ILUSTRASI. (Foto: Liputan 6 bisnis - Liputan6.com)
ILUSTRASI. (Foto: Liputan 6 bisnis - Liputan6.com)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES) mencatat setiap orang Indonesia termasuk bayi yang baru lahir, menanggung beban utang sebesar Rp 16 juta.

Menurut Ketua Umum AKSES Suroto, di Jakarta, Minggu (18/6) nilai itu didapat dari pembagian total jumlah utang Indonesia saat ini dengan jumlah penduduk Indonesia.

"Jumlah utang kita sudah mencapai Rp 4.274 triliun dibagi jumlah penduduk Indonesia sekarang sebanyak 257 juta orang," katanya.

Suroto menilai hal tersebut bisa membahayakan ekonomi Indonesia secara umum karena struktur ekonominya hingga kini masih didominasi pelaku usaha besar.

Menurut analisisnya, hanya 0,02 persen penduduk Indonesia yang menguasai Rp3.100 triliun atau setara 25 persen total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

"Kenapa ini sangat berbahaya? Sebab perilaku orang kaya di Indonesia itu suka menumpuk hartanya di luar negeri namun meninggalkan utang di dalam negeri ketika terjadi krisis ekonomi," katanya.

Namun, menurut Menkeu Sri Mulyani beberapa saat lalu (17/4), dengan rasio utang Indonesia yang saat ini sebesar 27 persen dari Gross Domestic Product (GDP) yang sekitar Rp 13.000 triliun, maka setiap penduduk di Indonesia saat ini memiliki utang 997 dollar AS per orang. Atau sekitar Rp 13 juta per orang.

"Rasio utang kita memang cukup tinggi, tetapi tidak tinggi sekali, jika dibandingkan dengan negara lain. Jika dihitung jumlah penduduk sebesar 260 juta penduduk, kira-kira utang kita 997 dollar AS per kepala," katanya.

Menurut dia, besaran utang sekitar Rp 13 juta per orang ini tidak akan memberatkan penduduk Indonesia, karena saat ini dari 260 juta penduduk yang sekitar 40 persennya adalah usia muda dan produktif.

Dia membandingkan dengan beban di Amerika Serikat dan Jepang yakni yakni masing-masing 62.000 dollar AS per kelapa dan 82.000 dollar AS per kepala.

Meskipun Suroto dan Sri Mulyani berbeda sudut pandang dalam hal menganalisis namum angka tersebut dapat dijadikan "early warning" bahwa pembenahan harus segera dilakukan agar beban utang luar negeri Indonesia tidak terlalu berat membebani rakyatnya.

Suroto mengimbau agar pemerintah berhati-hati dalam penanganan utang luar negerinya. Terutama utang luar negeri di sektor infrastruktur dan perbankan.

Dia berharap agar Indonesia jangan terjebak dan disandera agar tetap sebagai pasar saja.

Akan halnya Sri Mulyani. Kebijakan pemerintah dengan tegas menyatakan bahwa akan terus menekan agar jumlah utang Indonesia tidak terlampau tinggi dengan mengoptimalkan dan peningkatan penerimaan pajak. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani
Sumber : Berbagai Sumber

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES