Peristiwa Daerah

Ini Pandangan SBY Tentang Permasalahan Indonesia

Kamis, 15 Juni 2017 - 23:33 | 30.57k
Presiden ke-enam Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono ketika melakukan safari ramadhan di Kota Malang. (Foto: Imadudin/TIMES Indonesia)
Presiden ke-enam Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono ketika melakukan safari ramadhan di Kota Malang. (Foto: Imadudin/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Presiden keenam Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memandang bahwa saat ini Indonesia harus melakukan lima upaya untuk mencegah perpecahan bangsa.

Kelima upaya tersebut ialah upaya menjaga masyarakat untuk religius, meletakkan agama bukan hanya simbol melainkan nilai, meningkatkan harmoni  dan kerukunan beragama, meningkatkan sikap tenggang rasa dan toleransi, serta pengelolaan tentang dampak pemilihan politik.

SBY menilai kelima hal itu akan mengurangi dan mengantisipasi perpecahan yang terjadi.

SBYu3ZXH.jpg

Ketua Umum Partai Demokrat ini menambahkan, tanpa disadari arus globalisasi dan modernisasi semakin kuat. Hal ini membuat masyarakat menjauh dari nilai-nilai ajaran agama. 

Di sinilah dibutuhkan peran penting oleh berbagai elemen masyarakat dalam memberikan pendidikan formal dan informal.

"Semua komponen masyarakat mulai dari orang tua, tenaga pendidik hingga pemerintah harus terus menguatkan peran pendidikan dan juga nilai-nilai dan ajaran-ajaran agama," katanya dalam safari Ramadhan ke Kota Malang, Kamis (15/6/2017). 

Kedua, setiap ajaran agama memiliki kesamaan, terutama dalam memandang kebajikan. Maka sudah pasti, setiap individu yang memegang teguh ajaran agama, melarang perbuatan yang tercela dan selalu menyerukan perdamaian dan kasih sayang.

"Agama bukan hanya simbol, namun harus diartikan sebagai nilai-nilai kebaikan, maka akan ada persamaan dalam segi ajaran, karena hakikat dari ajaran agama sangat penting," tambahnya.

Selanjutnya, pada poin ketiga, setiap warga ialah kerukunan antar masyarakat di tengah keberagaman. Ia menilai kunci poin ini, terletak dalam hati dan pikiran masing-masing individu. Sebab, adanya kehendak yang kuat yang dimiliki, maka bangsa Indonesia akan tetap rukun.

"Tenggang rasa dan toleransi antar masyarakat harus terus ditingkatkan agar benturan dapat dihindari. Sebab, sejak menjadi presiden dan sudah tidak menjabat lagi, saya selalu mengamati perkembangan dunia. Sekarang, kita benar-benar dihadapkan dengan musibah besar. Peperangan, kekerasan, dan permusuhan terjadi di mana-mana, yang akarnya dari itu," terang SBY.

Pada poin terakhir, SBY menekankan, persaingan politik jangan sampai memecah belah persatuan. Meskipun memiliki perbedaan satu sama lain, tidak seharusnya masyarakat saling mengolok. 

Berkaca dari Pilkada Jakarta, yang berpotensi memecah belah bangsa Indonesia. SBY berharap peristiwa di Jakarta tak ditiru oleh Pilkada di daerah lain. 

"Semua wajib merefleksikan diri. Bukan hanya kandidat dan pendukung dan masyarakat, tapi negara dan pemerintah. Termasuk penegak hukum dan pers. Kalau tidak indonesia demokrasinya akan mundur," jelasnya.

SBY menilai kelima treatment harus bisa dilakukan oleh para kader partai Demokrat, sebagai bentuk upaya mewujudkan individu yang nasionalis religus. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES