Gaya Hidup Marhaban Ya Ramadhan

Strategi Efektif Bagi Anak Agar Mulai Belajar Puasa

Minggu, 28 Mei 2017 - 16:01 | 38.77k
Dokter Abdul Munir, M.Kes, CHt, M.NLP (Pakar Spiritual Quantum Touch).
Dokter Abdul Munir, M.Kes, CHt, M.NLP (Pakar Spiritual Quantum Touch).
FOKUS

Marhaban Ya Ramadhan

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Puasa di Bulan Ramadhan belum menjadi kewajiban bagi anak-anak yang belum baligh. Yakni jika laki-laki ditandai dengan mimpi basah, sedangkan jika perempuan  ditandai dengan keluarnya darah haid. Dengan demikian kita tidak harus menjadikan anak-anak kita sebagaimana orang dewasa, dalam melaksanakan ibadah puasa.

Itulah sebabnya kita dituntut untuk bersikap lebih bijak dalam melatih anak-anak, agar tidak menjadi trauma yang malah bisa berakibat enggan melaksanakan puasa Ramadhan. Jadi, anak-anak perlu melakukan latihan puasa yang tidak memberatkan.

Dalam melatih anak berpuasa, kita bisa menerapkan ilmu NLP (Neuro Lingustic Pragramming). Bahwa dalam mencapai sesuatu didasari oleh motivasi manusia, yaitu yang menyenangkan (reward) dan hukuman (punishment). Karena fokus kita adalah anak, maka  harus lebih diarahkan ke arah reward.

NLP adalah teknologi yang mempelajari struktur internal seseorang, sekaligus bagaimana struktur tersebut bisa didesain untuk tujuan yang bermanfaat bagi orang tersebut.

Dalam NLP, setiap perilaku mempunyai struktur internal yang mendukungnya. Singkatnya, NLP adalah teknologi berpikir, berbahasa, berstrategi, dan bertindak untuk mencapai hasil sebagaimana yang diinginkan.

Prinsip Kaizen

Ketika melatih anak-anak berpuasa, kita juga bisa sekaligus menerapkan prinsip Kaizen, bahwa dalam mengubah suatu kebiasaan diawali dari hal terkecil, yang termudah, dan bertahap agar kecil sekali respon penolakannya. Misalnya kita berbicara kepada anak kita,”Rina, mau nggak kamu puasa? Jika Rina bisa puasa sejak subuh hingga dhuhur, maka Ayah akan memberi uang Rp 15 ribu. Kalau sampai ashar, Ayah kasih Ro 20 ribu. Kalau sampai maghrib Rp 25 ribu per hari (bisa diganti dengan sesuatu yang menjadi kesukaan anak, karena jauh lebih mengena).

Karena sifatnya menyenangkan dan bertahap, maka bisa dibuat per minggu, per 2 minggu, atau per tahun. Maksudnya, tahun ini puasanya sampai dhuhur saja, dan dilanjutkan setelah Ramadhan dengan puasa Senin dan Kamis selama 2 bulan. Lanjut lagi sampai ashar pada bulan berikutnya selama 3 bulan, dan akhirnya bisa diteruskan sampai maghrib. Dengan demikian pada puasa tahun depan, anak kita benar-benar siap berpuasa selama sebulan penuh.

Jika selama latihan dia belum kuat untuk melanjutkan, ya tetap saja. Jadi, semua itu bergantung sikon anak, terutama masalah kesehatannya. Sebenarnya yang baik adalah melatihnya sebelum Bulan Ramadhan tiba, meskipun hal ini akan terasa berat karena suasana belum mendukung, sehingga dikhawatirkan menimbulkan resistensi yang besar.

anak-belajar-puasaDokter-AnakkuuPsfF.jpg

Setelah anak bisa puasa Ramadhan penuh selama sebulan, maka tantangannya harus berbeda. Tidak semata-mata menahan haus dan lapar saja, tetapi lebih mengarah ke spiritual. Sebelumnya anak diberi wawasan tentang apa puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, dan bagaimana cara mengisi Bulan Ramadhan agar menjadi orang yang bertaqwa.

Jadi reward yang kita berikan kepada anak kira-kira begini: Rina, karena tahun lalu kamu sudah bisa menahan makan dan minum mulai subuh hingga maghrib selama sebulan, maka sekarang Ayah hendak menambah hadiah (bisa disesuaikan dengan kesenangannya saja). Asalkan kamu bisa juga shalat 5 waktu tepat waktu di masjid.”

Tahun berikutnya tantangan harus disesuaikan juga tidak hanya reward, namun juga wajib pula diterapkan dengan punishment berupa pengurangan reward-nya. Misalnya, jika  4 hari dia bisa mencapai dan 1 hari gagal, maka reward yang kita berikan adalah 3 kali. Demikian seterusnya, bisa disesuaikan sendiri dalam penerapannya. Yang penting adalah gunakan prinisp ilmu NLP dan Kaizen.

Hal yang penting lagi adalah memasukkan makna puasa melalui cerita. Sebab, cerita adalah salah satu cara paling efektif dalam menghipnotis seseorang, termasuk anak kita sendiri. Kita bisa menceritakan tentang kisah-kisah bagaimana manfaat orang  yang berpuasa. Demikian juga tentang balasan bagi orang yang tiak berpuasa.

Kalau anak sudah menginjak dewasa dan bisa menggunakan akal pikirannya, maka bisa diceritakan manfaat berpuasa dari sisi medis/kedokteran.

Penulis dr. Abdul Munir, M. Kes, CHt, M.NLP (Pakar Spiritual Quantum Touch)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Khoirul Anwar
Publisher : Ahmad Sukmana
Sumber : CoWasJP.com

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES