Kopi TIMES

Menyongsong Ramadhan, Menyongsong Tahun Politik

Sabtu, 27 Mei 2017 - 12:55 | 58.29k
Dito Arief, Sekretaris LSM LIRA Malang Raya Sekretaris DPD PAN Kota Malang (Foto: Tim AJP TIMES Indonesia)
Dito Arief, Sekretaris LSM LIRA Malang Raya Sekretaris DPD PAN Kota Malang (Foto: Tim AJP TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Menjelang bulan Ramadhan kemarin, Suhu politik di Kota Malang mendadak naik drastis, dari yang selama ini adem ayem tiba-tiba menghangat bahkan mulai memanas dengan manuver-manuver yang dilakukan oleh beberapa Partai Politik. Terakhir 6 Partai yang intens menjalin silaturahmi (Gerindra, PAN, Demokrat, PPP, PKS, Nasdem) bersilaturahmi dengan PDIP di Taman Indie Resto untuk menyamakan persepsi dalam menyonsong Pilkada Kota Malang 2018, sekaligus mereview pembangunan Kota Malang yang terjadi selama ini. 

Komunikasi intens 7 Parpol ini, tidak menutup kemungkinan akan bertambah dengan 2 Partai lainnya yaitu Golkar dan Hanura, yang meskipun sebelumnya Golkar secara mendadak diterima oleh PKB pasca munculnya komunikasi 6 Parpol yang ada di DPRD Kota Malang. Yang dalam analisa saya merupakan langkah Reaktif incumbent yang kaget dengan perubahan suhu politik yang cukup cepat. 

Seolah sudah menjadi rahasia umum bagi pimpinan dan elite Partai di Kota Malang bahwa sulitnya menyamakan frekuensi, membangun trust dan berkomunikasi kontruktif dengan Incumbent (Abah Anton) selama ini. Baik sebagai intitusi kelembagaan Partai Politik maupun sebagai representasi dari Kelembagaan di Fraksi DPRD Kota Malang. 

Hampir semua Partai menganggap Incumbent yang juga merupakan Ketua DPC PKB ini sangat percaya diri (Over Confident) dalam urusan membangun Kota Malang, terlebih ketika bicara Pilkada Kota Malang 2018.

Hubungan eksekutif dan legislatif yang dalam beberapa tahun terakhir ini kurang sinergis dan cenderung tidak harmonis di dalam. Menyiratkan fenomena bahwa Walikota tidak menganggap lembaga DPRD sebagai mitra sinergis selama ini, bahkan cenderung menyepelekan. 

Fakta terakhir ketika LKPJ Walikota Tahun 2016, selain Walikota tidak hadir, dokumen yang diberikan Pemkot kepada DPRD nyatanya tidak layak dan ideal untuk dapat dikoreksi oleh DPRD. Sehingga memunculkan praduga bahwa Eksekutif ingin berjalan sendiri dengan atau tanpa DPRD. Tentunya situasi seperti ini akan membahayakan terhadap mekanisme Check and Balance dalam sistem demokrasi kita, khususnya di level Lokal Kota Malang.

Dalam analisa saya kurang menggigitnya Fraksi-Fraksi di DPRD Kota Malang selama ini, salah satunya karena pucuk-pucuk pimpinan Parpol mayoritas diantaranya adalah bukan anggota DPRD. Tercatat hanya PDIP dan Hanura serta belakangan PPP yang Ketuanya adalah anggota Legislatif DPRD Kota Malang. 

Tentunya ini mempengaruhi dalam hal komunikasi dan membangun chemistry diantara Fraksi di DPRD sendiri dan termasuk dalam membangun komunikasi yang baik dan setara dengan Pemkot selaku eksekutif. 

Situasi demikian, tentunya memang sangat menguntungkan Incumbent, dimana di satu sisi terkait kebijakan-kebijakan yang dibuat, terlepas baik atau buruk. Faktanya tidak menghadapi kendala berarti dari DPRD selama ini, di sisi lain dalam persiapan Pilkada Kota Malang, Incumbent jauh meninggalkan kandidat-kandidat yang lain, termasuk para Ketua Parpol yang ada.

Bahkan muncul kesan semua pimpinan Parpol sudah terlena dijanjikan oleh Incumbent untuk menjadi Wakil nya di Pilkada Kota Malang 2018 mendatang. 

Berbicara pembangunan Kota Malang dalam kepemimpinan Abah Anton, sesungguhnya banyak hal yang menjadi catatan dan evaluasi dari segi kebijakan publik dan keberpihakan masyarakat kecil khususnya. 

Kebijakan-kebijakan yang selama ini dipublish dan didengung-dengungkan, cenderung adalah kebijakan yang aman dan minim konflik seperti pembangunan taman, pedestrian dan simbolisasi atau branding kampung-kampung, serta kegiatan-kegiatan yang sifatnya rutin dan turunan dari kebijakan pemerintah pusat. 

Kebijakan yang relatif berisiko dan tidak populis yang menyangkut permasalahan klasik perkotaan seperti transportasi publik, kemacetan, pasar tradisional, Parkir, Banjir, alih fungsi lahan, permukiman belum mampu dihandle dengan baik oleh Pemkot Malang. 

Belum lagi indikasi pelanggaran hukum dengan dipanggilnya sejumlah pejabat Pemkot Malang oleh KPK yang benar-benar ditutup rapat kepada publik. Begitupun, sejumlah penghargaan yang diterima Pemkot Malang tentunya layak diapresiasi sekaligus ditanyakan, bagaimana signifikansinya dengan permasalahan publik dan kebutuhan masyarakat Kota Malang.

Artinya kepemimpinan Abah Anton yang bahkan sudah meninggalkan Sutiaji sebagai Wawali nya semenjak Pelantikan di tahun 2013 kemarin ini bukan tanpa cela, sehingga popularitas yang tinggi saat ini dan kemungkinan elektabilitas yang meninggalkan kandidat lainnya, bukan tidak mungkin untuk dikalahkan.

Perkembangan terakhir dengan intensitas 7 Parpol dalam berkomunikasi, bisa saja menjadikan Incumbent ini sebagai musuh bersama nantinya. Terlebih bila ada sosok yang mampu untuk merekatkan dan menjadi pemersatu, tentunya Parpol-Parpol ini harus meyakinkan masing-masing DPP nya atas kondisi yang terjadi di Kota Malang.

Nama-nama populer seperti Anang Hermansyah, Iwan Budianto, Moreno Soeprapto, Prof. M. Bisri, Arief Wicaksono, Yaqud Ananda Gudban, Sofyan Edi Jarwoko, Sri Untari bahkan Sutiaji yang saat ini masih menjabat sebagai Wakil Walikota dalam kacamata kami berpotensi dan berpeluang untuk bisa diusung bersama dan menjadi kuda hitam untuk menumbangkan Incumbent. 

Bagaimanapun untuk membangun Kota Malang itu membutuhkan kebersamaan dan gotong royong, tidak hanya Eksekutif dan Legislatif saja, namun juga segala komponen yang ada di masyarakat seperti Aparat Penegak Hukum, Media, Organisasi Masyarakat, Organisasi Keagamaan, Tokoh Agama, LSM, Kampus, Pengusaha, Profesional hingga partisipasi masyarakat kecil itu sendiri. Terlebih bila yang ingin diwujudkan adalah Kota Malang Yang Bermartabat dan Yang Peduli Wong Cilik.  

Ada pepatah mengatakan “1 Musuh terlalu banyak, karena 1000 Kawan pun masih terasa kurang, Jangan menunggu kehilangan, agar anda sadar arti dan pentingnya kebersamaan". (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-7 Editor Team
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES