TIMESINDONESIA, SPANYOL – Pelatih Barcelona, Luis Enrique punya teori sendiri mengapa anak asuhnya gagal mempertahankan gelar juara La Liga musim ini, dan itu adalah form inkonsisten Blaugrana.
Menang 4-2 kontra Eibar pada laga terakhir akhir pekan kemarin, Barca gagal mencegah Real Madrid menjadi juara liga setelah sang rival menang 2-0 melawan Malaga. Sukses ini sekaligus mengakhiri paceklik juara liga untuk El Real selama lima tahun berturut-turut.
Saat menghadapi sesama tim dari empat besar, Barca lebih perkasa dengan mengemas 14 poin dari 18 poin maksimal pada enam laga, dibanding Real yang cuma mendapatkan 8 poin.
Tetapi Barca gagal mendulang poin krusial saat melawan tim-tim lebih lemah macam Real Betis, Real Sociedad, Celta Vigo, Deportivo La Coruna, Alaves dan Malaga. Sebaliknya, Madrid mencuri poin maksimal dari tim-tim tersebut.
"Kami tidak mengakhiri musim ini seperti yang kami inginkan. La Liga adalah kompetisi 38 pertandingan dan mengganjar konsistensi. Kami tidak terlalu konsisten, khususnya pada awal musim ini di kandang sendiri dan kami membayar mahal itu semua. ," terang pelatih yang akan mundur di akhir musim ini tersebut.
Mantan pelatih AS Roma itu menambahkan, "Kami tidak membela diri sendiri. Kami berjuang sampai titik akhir dan kini kami menyelamati sang juara yang memang pantas juara. Siapa pun yang menjuarai liga adalah patut juara." (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
| Editor | : Ronny Wicaksono |
| Publisher | : Dhian Mega |
| Sumber | : Reuters |
