Gaya Hidup

Urban Sketchers, Seni Memindahkan Realita dalam Sketsa

Jumat, 19 Mei 2017 - 13:30 | 262.45k
Krisna Adithya, Shakaniko, dan Gita Andriani dari Komunitas Urban Sketchers Bali menunjukkan karya mereka, Jumat (19/05/2017). (Foto: Khadafi/TIMES Indonesia)
Krisna Adithya, Shakaniko, dan Gita Andriani dari Komunitas Urban Sketchers Bali menunjukkan karya mereka, Jumat (19/05/2017). (Foto: Khadafi/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Aliran seni urban sketchers yang merupakan aliran seni menggambar atau membuat sketsa realita keadaan lingkungan sekitar mulai marak di Bali.

Dengan membawa sketchbook dan watercolor halfpan para sketchers berkumpul di ruang-ruang publik untuk mulai menggambar. Komunitas Urban Sketchers ini menerapkan manifesto 'one drawing at a time' (sketsa langsung di lokasi).

"Menggambar di lokasi sebagai apresiasi visual dan dokumentasi keseharian saja," ucap Krisna Adithya ketua komunitas Urban Sketchers Bali, kepada TIMES Indonesia, Jumat (19/05/2017).

Krisna menjelaskan komunitas Urban Sketchers di Bali dimulai pada November tahun 2012. Lambat laun orang yang bergabung semakin banyak hingga mencapai 100 orang. Mereka datang dari berbagai latar belakang usia dan pendidikan.

"Kalau anggota ada 100 orang, ada para mahasiswa, arsitek, landscape, dan banyak lainnya, dalam satu bulan, kami bisa tiga kali berkumpul untuk sket bersama," ujarnya.

Urban-Sketchers-Bali-2RxC3h.jpg

Menurut Krishna, di Bali sudah banyak lokasi-lokasi yang sudah dijadikan inspirasi bagi Urban Sketchers, untuk merekam aktivitas dan keindahan pulau Bali dalam bentuk dokumentasi visual sketsa.

"Dengan membawa sketchbook dan watercolor halfpan kemana-mana sketchers akan selalu siap menunggu di terminal, pelabuhan, menunggu cuci mobil, menunggu pesanan makanan datang, karena setiap momen menjadi berharga untuk diabadikan," ungkapnya

Selain berkumpul untuk sket bersama, komunitas Urban Sketchers juga sering menggelar workshop dan pameran.

Shakaniko salah satu anggota komunitas Urban Sketchers mengatakan, ia bergabung untuk meyalurkan hobi. Menurutnya, mendokumentasikan situasi dengan gambar mempunyai keunikan dan keasyikan yang berbeda dibanding dengan 'menggambar' dengan fotografi.

"Membuat sket wajah orang yang sulit, karena kita harus merekam dan mengingat wajah seseorang, sementara orang itu bergerak. Jadi soerang sketchers itu harus cepat, kecuali kita sket keadaan seperti pasar atau alam itu kita bisa menggambarnya dengan mudah, karena tidak bergerak" ujar pria asal Bali ini.

Hal yang sama juga dirasakan Gita Andriani seketaris komunitas Urban Sketchers Bali ini, menurutnya dalam sketchers itu ada aturan 'one drawing at a time' jadi harus peka dan cepat untuk merekam suasan yang ingin di sketsa.

Urban-Sketchers-Bali-3zjAKD.jpg

"Kalau saya membuat sketsa maksimal satu jam, dan kita tampilkan moment itu lalu menggoresnya dalam sketsa. Selain itu kita tidak boleh memfotonya secara lansung lalu kita gambar di rumah, jadi sebenarnya dalam sketchers ini dibutuhkan kecepatan dalam menggambar dan merekam moment yang kita akan gambar," ujarnya.

Sebagai informasi, awal muncul komunitas Urban Sketchers dimulai pada tahun 2007 di Seattle, WA Amerika Serikat yang dipelopori oleh Gabriel Campanario, seorang jurnalis Seattle Times. Saat ini Urban Sketchers sudah menyebar aktif sampai 182 chapter di berbagai penjuru kota di seluruh benua.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES