Peristiwa Daerah

Desak Pengusutan Demo Palu Arit, Massa NU dan PP Banyuwangi Pekik Takbir

Senin, 08 Mei 2017 - 16:54 | 54.83k
Puluhan massa NU dan Ormas Nasionalis demo desak pengusutan demo berlogo palu arit di Pesanggaran dan menolak negara khilafah didepan kantor Bupati Banyuwangi. (Foto : Syamsul Arifin/TIMES Indonesia)
Puluhan massa NU dan Ormas Nasionalis demo desak pengusutan demo berlogo palu arit di Pesanggaran dan menolak negara khilafah didepan kantor Bupati Banyuwangi. (Foto : Syamsul Arifin/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Puluhan massa aktivis Nahdlatul Ulama (NU) dan Pemuda Pancasila (PP) pekikkan takbir di jalan Ahmad Yani, depan kantor Bupati Banyuwangi, Senin (8/5/2017). Hal ini dilakukan sebagai wujud dorongan semangat untuk Polres Banyuwangi, untuk segera mengungkap dalang demo berlogo palu arit di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, 4 April 2017 lalu.

“Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, bagi kami warga NU, NKRI harga mati! Dan Polisi harus segera mengungkap dalang demo pengibar spanduk bergambar mirip lambang PKI (Partai Komunis Indonesia) di Pesanggaran,” teriak Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Banyuwangi, H Nanang Nur Ahmadi.

Sambil berorasi massa yang menamakan diri Gerakan Masyarakat Penyelamat NKRI, membentangkan spanduk pernyataan perang terhadap segala bentuk organisasi yang ingin mengganti dasar negara Pancasila serta merusak keutuhan NKRI. Seperti ‘Waspadai kebangkitan PKI di Banyuwangi, bagi kami NKRI harga mati’, ‘Kami menolak negara khilafah di Indonesia, bagi kami NKRI harga mati’ dan lainnya.

“Kami pemuda Ansor, Banser, NU, Pemuda Pancasila dan seluruh masyarakat Banyuwangi, menolak ideologi komunis dan negara khilafah di Indonesia, tekad kami sudah bulat, NKRI harga mati,” ucap tokoh GP Ansor Banyuwangi, H Rahman Mulyadi, dalam orasi dan disambut pekik takbir oleh massa aksi.

Reaksi massa anti komunis ini memang cukup beralasan. Terkait kekejaman PKI, Banyuwangi, memang memiliki catatan sejarah kelam. Yakni, 60 orang lebih kader GP Ansor telah menjadi korban kekejaman laten komunis pada 18 Oktober 1965 di Dusun Cemetuk, Desa Cluring.

“Kita minta Polisi tidak perlu ragu, tidak perlu takut untuk mengungkap dalang demo palu arit, ini bukan kriminal biasa, ini ada indikasi ancaman musuh negara, ancaman keutuhan NKRI,” imbuh Ketua Pemuda Pancasila Banyuwangi, Eko Suryono S Sos.

Secara resmi demonstran menyampaikan bahwa mereka mengusung 4 tuntutan. Menolak konsep negara khilafah di Indonesia, waspadai kebangkitan PKI di Banyuwangi, tangkap korlap aksi berlogo palu arit di Pesanggaran dan siapapun yang tidak sepakat dengan NKRI silahkan pergi dari bumi Indonesia.

Puas berorasi didepan kantor Bupati Banyuwangi, sesuai rencana, perwakilan massa mendatangi Makodim 0825 Banyuwangi. Dalam pertemuan, Pasintel Kapten (Arm) Yonaidi Desianto yang mewakili Komandan Kodim, Letkol (Inf) Roby Bulan, menyatakan sepakat dengan tuntutan demonstran. Selanjutnya, perwakilan melanjutkan menuju Mapolres Banyuwangi dengan kawalan massa demo.

Namun sayang, rombongan aktivis NU dan PP yang mengawal perwakilan massa dihadang petugas saat perjalanan menuju Polres Banyuwangi.

“Kita sampai adu mulut, wong kita itu hanya ingin mengawal kok tidak boleh, padahal kita mendesak pengusutan indikasi musuh negara, kok dihalangi, entah kenapa,” ungkap Bambang Subagyo, salah satu massa aksi.

Di Mapolres, perwakilan demonstran ditemui Kabag Ops Polres Banyuwangi, AKP Syamsudin dan Kasat Intelkam, AKP Bambang dan Kasubag Humas, AKP Bakin SH. Dalam pertemuan ini, polisi menyampaikan masih melakukan penyelidikan dan belum menetapkan tersangka.

“Harap bersabar, sebagai wujud pelayanan Kepolisian, harapan masyarakat ini akan kita layani, tadi juga disampaikan bahwa perwakilan massa menyampaikan dukungan terhadap polisi dan penyidikan masih berjalan, Kasat Reskrim juga menyampaikan bahwa telah memeriksa banyak saksi,” kata Kasubag Humas Polres Banyuwangi, AKP Bakin SH.

Seperti diberitakan sebelumnya, PT BSI, selaku pengelola Objek Vital Nasional (Obvitnas) tambang emas Gunung Tumpang Pitu, pada 4 April 2017, telah didemo oleh massa yang mengibarkan dua spanduk berlogo palu arit. Diketahui, dalam aksi tanpa pemberitahuan tersebut, demonstran juga leluasa berpawai dengan gambar mirip lambang PKI tersebut.

Demo palu arit ini langsung menuai reaksi PCNU, pesantren dan Pemuda Pancasila setempat. Namun sayang, karena barang bukti 2 spanduk bergambar mirip lambang PKI hilang, hingga kini Polres Banyuwangi, belum bisa mengungkap dalang aksi tersebut. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES