Indonesia Positif Ketahanan Informasi Ekonomi

Beras Merah Produk Kebanggaan Buton Utara

Jumat, 28 April 2017 - 18:55 | 206.57k
Musyida Arifin, Staf Ahli Bupati Buton Utara. Foto B: Beberapa Jenis Beras Merah Produksi Petani Kabupaten Buton Utara. (Foto: Tim AJP TIMES Indonesia)
Musyida Arifin, Staf Ahli Bupati Buton Utara. Foto B: Beberapa Jenis Beras Merah Produksi Petani Kabupaten Buton Utara. (Foto: Tim AJP TIMES Indonesia)
FOKUS

Ketahanan Informasi Ekonomi

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kemeriahan peringatan hari ulang tahun Provinsi Sulawesi Tenggara ke 53 diwarnai oleh beragam dan melimpahnya produk-produk pertanian yang unggul dari pelosok-pelosok wilayah Sultra. Pameran yang diselenggarakan di kompleks Tugu Religi Sultra mengetengahkan kemajuan pembangunan daerah yang didorong sektor pertanian.

Salah satunya Kabupaten Buton Utara yang mengetengahkan produk beras merah organik dengan rasa pulen sebagaimana beras putih biasa.

jp-buton1x8GEC.jpg

Musyida Arifin, Staf Ahli Bupati Buton Utara dengan antusias menceritakan produk andalan daerahnya yang relatif baru, "Beras merah ini ternyata potensial di daerah kami. Tidak hanya biji jambu mete saja pak yang berpotensi, tapi beras merah yang dihasilkan petani ladang Kabupaten Buton Utara ini cukup unggul," ujar ahli pertanian yang juga sebagai direktur eksekutif Suktra Synergy Institute ini.

"Ada 5 jenis varitas beras merah sehat yang kami perkenalkan. Jenis Wakawondu, Wa Ere, Watanta, Wangkariri, dan Wakombe. Ada beda warna dan kebutuhan air yang berbeda untuk menanaknya. Semua pulen, tidak seperti beras merah biasa yang rasanya tidak sama dengan beras putih," papar Musyida, pembantu Bupati terpilih Abu Hasan yang mulai menjabat pada Februari 2016 lalu.

Lebih lanjut diceritakan Musyida ihwal perhatian Pemkab Buton Utara terhadap beras merah ini, "Petani ladang kami banyak yang menanam padi jenis beras merah ini, namun belum ada perhatian dari pemerintah. Nah, bupati baru melihat peluang untuk mengembangkan beras merah. Produktivitasnya masih 1 ton per hektar, masih termasuk rendah butuh inovasi-inovasi dari lembaga riset agar dapat jauh berkembang".

==============xx

"Dalam 1 tahun program pemerintahan Abu Hasan, kita mulai dari kemasan. Kemasan ini membantu penyimpanan hingga 2 tahun. Yang penting beras merah Buton Utara jadi terkenal dulu. Permintaan mengalir terus karena kemasan ini," jelas perempuan enerjik ini.

Muhyiddin, perencana senior Pusat Analisis Kebijakan yang diundang di acara tersebut menggarisbawahi tentang perlunya program hilirisasi hasil riset bidang pertanian agar dapat membantu peningkatan produk. 

"Inovasi-inovasi yang ada di universitas, lembaga riset seperti LIPI dan BPPT bisa diaplikasikan melalui optimalisasi balai-balai yang ada. Agar temuan-temuan hebat tidak berhenti di lab dan sawah-sawan percobaan saja," terangnya. 

Ketua dewan editor Jurnal Perencanaan Pembangunan ini juga mengatakan Balai Penelitian, Pengembangan, Pelatihan dan Informasi (Balitpo) Sonai milik Pemprov Sultra dapat menjadi jembatan inovasi dengan produktivitas masyarakat.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES