Ekonomi

Jagung Lamongan, Jadi Acuan Program Pangan Nasional

Kamis, 20 April 2017 - 17:32 | 42.24k
Bupati Lamongan Fadeli menjadi keynote speaker di Seminar Integrasi Sapi dan Jagung tingkat nasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis (20/4/2017). (Foto: Humas & Protokol Pemkab Lamongan for TIMES Indonesi
Bupati Lamongan Fadeli menjadi keynote speaker di Seminar Integrasi Sapi dan Jagung tingkat nasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis (20/4/2017). (Foto: Humas & Protokol Pemkab Lamongan for TIMES Indonesi

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kesuksesan Kabupaten Lamongan, Jawa Timur mengembangkan pertanian jagung modern di Desa Banyubang, Kecamatan Solokuro, membuat daerah lain melirik. 

Imbasnya, Bupati Lamongan Fadeli sampai didaulat menjadi pembicara utama dalam Seminar Integrasi Sapi dan Jagung tingkat nasional.

Seminar ini diselerenggarakan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis (20/4/2017).

Fadeli mengatakan, dalam seminar yang akan menjadi dasar bagi penyusunan kebijakan bidang pangan nasional itu banyak berbicara mengenai inovasi Lamongan dalam pengembangan sapi dan jagung. 

“Saya diundang karena dianggap memiliki good will dalam pengembangan pertanian jagung,” ujar Fadeli dalam siara pers Humas dan Protokol Pemkab Lamongan.  

Akselarasi-jagung-25P94B.jpg

Itu terutama terkait keberhasilan Lamongan menerapkan pertanian  jagung dengan metode modern, sehingga mampu menaikkan produktivitas jagung yang semula hanya 5,8 ton menjadi 10,6 ton perhektar.

Dipaparkan olehnya, pemanfaatan teknologi modern menjadi kunci penting dalam keberhasilan Kabupaten Lamongan.

“Jika kita ingin meningkatkan produksi dan produktivitas, namun dengan biaya yang minim, teknologi menjadi sangat penting,” katanya.

Di Lamongan, sambung Fadeli, pertanian jagung modern memanfaatkan teknologi terbaru yang disesuaikan dengan agroekologi dan sosial ekonomi petani. 

“Dan yang lebih penting lagi, teknologi ini harus yang produktif dan efisien serta bisa memberi keuntungan bagi petani,” ujarnya.

Penggunaan teknologi itu seperti dijelaskannya meliputi penggunaan benih varietas unggul adaptif, dan pupuk yang sesuai rekomendasi.

Kemudian penggunaan pestisida yang tepat jenis, konsentrasi, volume semprot dan tepat dalam aplikasinya.

Lebih jauh, Ia menjelaskan, pengaturan pengairan disebutkannya juga menjadi faktor yang harus diperhitungkan.

Sementara penggunaan alat mesin pertanian (Alsintan) pada semua tahapan produksi hinga pengolahan menurut dia wajib diterapkan.

“Hasil pengawalan penerapan teknologi ini, kami sukses menaikkan produktivitas menjadi rata-rata 10,6 ton perhektar di lahan demfarm seluas 100 hektare. Dan kini kami mengembangkan kawasan serupa di lahan seluas 10 ribu hektare,” tuturnya. 

Secara ekonomis, apa yang diterapkan di Lamongan ini memang menaikkan biaya produksi sebesar 23 persen. Namun hasil panen naik hingga 63 persen. Sehingga terjadi kenaikan pendapatan bagi petani.

Selama tahun 2016, luas panen jagung Lamongan mencapai 57.049 hektare. Dengan total prodyuki 372.162 ton dan produktivitas mencapai 6,52 ton perhektare.

Sementara untuk populasi sapi potong yang mencapai 104.779 ekor, dilakukan upaya integrasi dengan kawasan pertanian jagung.

Kotoran sapi dimanfaatkan untuk pupuk dengan unit pengelola pupuk organik (UPPO), dan limbah jagung dijadikan pakan ternak.

Pembicara lain dalam seminar itu adalah Bupati Dompu Bambang M Yasin dan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Diponegoro Semarang Muhammad Arifin.

Muhammad Arifin dalam kesempatan itu sangat mengapresiasi upaya yang dilakukan Bupati Fadeli.

"Pemerintah Kabupaten Lamongan punya komitmen yang tinggi untuk memodernisasi pertanian jagung,” ucapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES