Peristiwa Daerah Bondowoso Republik Kopi

Petani Bondowoso Berharap Bisa Ekspor Kopi Secara Mandiri

Selasa, 18 April 2017 - 14:27 | 87.83k
Bupati Bondowoso, Amin Said Husni saat berada di Kebun Kopi Bondowoso. (Foto: Dok. TIMES Indonesia)
Bupati Bondowoso, Amin Said Husni saat berada di Kebun Kopi Bondowoso. (Foto: Dok. TIMES Indonesia)
FOKUS

Bondowoso Republik Kopi

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kesuksesan Program Pengembangan Kluster Kopi di Bondowoso, Jawa Timur tidak lepas dari peran para petani kopi.

Suyitno, yang merupakan petani kopi di Kecamatan Sumber Wringin, Bondowoso adalah salah satunya. Pria dua anak ini ditunjuk menjadi pemimpin di Koperasi Rejo Tani  periode 2016-2021.

Menurut Suyitno, saat ini masyarakat Bondowoso telah banyak memilih menjadi petani kopi. Ini dilatarbelakangi dari kebijakan Pemerintah Bondowoso yang pada tahun 2011 menerapkan program pengembangan kluster kopi Arabika Bondowoso.

Program ini menggandeng lima pemangku kebijakan, yakni Perhutani, Bank Indonesia, Bank Jatim, Asosiasi Petani Kopi, serta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Koka) Indonesia.

Sejalan dengan pengembangan kluster kopi, Bondowoso mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis untuk komoditas Kopi Arabika Java Ijen-Raung pada tahun 2013. Ini membuat banyak eksportir yang berlomba-lomba membeli dan memasarkan Kopi Arabika Java Ijen-Raung ke pasar dunia.

Hal inilah yang melecut semangat petani kopi di Bondowoso untuk terus meningkatkan mutu dengan pengolahan yang baik. Suyitno menceritakan bahwa kelompok petani kopi Bondowoso saat ini juga telah mempunyai berbagai alat paska panen di tiap Unit Pengolahan Hasil (UPH) yang merupakan hasil bantuan. 

"Bantuan dari Pemerintah dan stakeholder yang digandeng seperti Perhutani, Puslit Koka, Bank Jatim dan BI sangat membantu. Hal ini juga yang membuat petani semakin bersemangat untuk terus meningkatkan mutu kopinya," ujarnya. 

Seperti diketahui, Program Pengembangan Kluster Kopi di Bondowoso dengan menggandeng Perhutani sebagai mitra telah memberikan kesempatan kepada para petani untuk menanam kopi di lahan hutan produksi dan hutan lindung yang berada di lereng Gunung Raung dan Ijen. Kerjasama ini menguntungkan kedua belah pihak. 

Saat ini, petani kopi yang tergabung dalam kelompok Rejo Tani juga berhasil menghasilkan produk kopi bubuk yang dinamai dengan 'Kopi Raja' dan telah dipasarkan di Jawa, Bali, Sulawesi dan Kalimantan. Bahkan, kopi milik petani ini juga dipasarkan secara online dan meningkatkan omzet hingga Rp 20 juta per bulannya. 

Aturan satu pintu penjualan lewat Koperasi Tani Rejo tak mengikat para anggotanya. Tiap Kelompok Tani juga bisa langsung menjual produk kopinya ke mitra usaha di luar rekomendasi koperasi. Asalkan tetap membawa nama Kopi Arabika Java Ijen-Raung. Hal ini bertujuan untuk membawa nama Arabika Java Ijen-Raung ke pasar kopi dunia.

Suyitno mengatakan, Koperasi Rejo Tani yang dipimpinnya kini memiliki tujuan jangka panjang yaitu melakukan ekspor secara mandiri.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES