Peristiwa Daerah

Empat Ormas Desak Pengusutan Dalang Demo Palu Arit

Senin, 17 April 2017 - 19:07 | 26.26k
Empat Ormas Islam dan Nasionalis di Banyuwangi, desak Kepolisian segera usut tuntas kasus demo tolak tambang emas berlogo palu arit. (Foto: Syamsul Arifin/TIMES Indonesia)
Empat Ormas Islam dan Nasionalis di Banyuwangi, desak Kepolisian segera usut tuntas kasus demo tolak tambang emas berlogo palu arit. (Foto: Syamsul Arifin/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kemunculan logo palu arit dalam demo tolak tambang emas di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur 4 April 2017 lalu terus berbuntut panjang. Bahkan, kini empat organisasi massa (Ormas) bergabung untuk mendesak Polres Banyuwangi, segera mengusut tuntas kasus tersebut.

Empat Ormas tersebut adalah, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU), Pemuda Pancasila (PP), Forum Penyelamat Umat Indonesia (FPUI) dan Forum Suara Blambangan (Forsuba). Mereka deklarasi satu kata mengecam aksi demo yang mengibarkan spanduk bergambar lambang Partai Komunis Indonesia (PKI).

“Kami berharap pengungkapan kasus ini terus berjalan dan kami mengajak Ormas lain untuk ikut bergabung sebagai wujud cinta tanah air, cinta NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), ini momen tepat bagi kita untuk membuktikanya,” ucap Wakil Ketua PCNU Banyuwangi, H Nanang Nur Ahmadi, selaku perwakilan keluarga besar Nahdliyin, Senin (17/4/2017).

Ketua PP Banyuwangi, Eko Suryono S Sos menambahkan, sikap ini adalah bentuk bentuk semangat nasionalisme dengan berjuang untuk menumpas siapapun yang mencoba merongrong dan merusak NKRI. Kemunculan logo palu arit dalam demo tolak tambang emas dinilai sebagai sebuah fakta bahwa PKI akan bangkit di Banyuwangi.

“Kita tidak menginginkan seluruh demonstran ditangkap, karena demo adalah hak warga negara, tapi yang kita inginkan dalang pembuat logo palu arit ditangkap,” tegasnya.

Dijelaskan, mengungkap otak dibalik demo berlambang PKI dinilai sebuah kewajiban dan harus digerakan. Karena, jika dibiarkan terus berlarut-larut, dikhawatirkan akan memicu konflik lain di masyarakat.

Terlebih Banyuwangi punya sejarah kelam tentang kekejaman laten Komunis. Lebih dari 60 orang kader Gerakan Pemuda (GP) Ansor dibantai oleh PKI. Di lokasi pembantaian 18 Oktober 1965 tersebut, yakni di Dusun Cemetuk, Desa Cluring, Kecamatan Cluring, didirikan monumen lubang buaya.

Sementara itu, Ketua FPUI Banyuwangi, Kiai Abdul Hannan menyebutkan, deklarasi ini akan ditindaklanjuti dengan mendatangi Mapolres Banyuwangi, Rabu (19/4/2017) mendatang. Mereka akan mendesak Kapolres Banyuwangi, AKBP Agus Yulianto, untuk segera menangkap dalang demo tolak tambang emas berlambang PKI.

“Saat ini kami juga sudah berkirim surat kepada Mabes Polri, Mabes TNI, Polda Jatim, Kodam, serta instansi terkait guna mendorong penyelesaian kasus ini," katanya.

Dalam deklarasi ini disepakati, setelah FPUI menemui Kapolres, empat ormas ini kembali mendatangi Mapolres. Masing-masing Ormas akan membawa massa.

“Kami tidak rela Komunis kembali di Indonesia, karena pasti akan merusak, karena jelas melawan negara,” uca Kiai Hannan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES