Ekonomi Bondowoso Republik Kopi

Kopi Jadikan Petani Bondowoso Meraih Mimpi

Kamis, 13 April 2017 - 12:06 | 52.25k
Petani Kopi Bondowoso. (Foto: Dok. TIMES Indonesia)
Petani Kopi Bondowoso. (Foto: Dok. TIMES Indonesia)
FOKUS

Bondowoso Republik Kopi

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Program pengembangan kluster kopi di Bondowoso, Jawa Timur dengan melibatkan enam pemangku kebijakan, yakni Pemerintah Kabupaten Bondowoso, Perhutani, Bank Indonesia, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Koka), Asosiasi Petani Kopi Indonesia serta Bank Jatim membuahkan hasil manis bagi keberlangsungan ekonomi warga setempat. Kali ini mereka ramai-ramai menanam kopi dan menggantungkan hidupnya di sana. 

Program pengembangan kluster kopi di Bondowoso sendiri diprakarsai oleh Bupati Bondowoso Amin Said Husni yang mengajak lima stakeholder atau pemangku kebijakan tersebut guna mengembangkan potensi kopi arabika di Bondowoso.

Dengan menggandeng Perhutani sebagai mitra, masyarakat diperkenankan menanam kopi sepanjang areal kosong dengan syarat SDA hutan dilarang diambil dan pohon-pohon di hutan produksi dilarang untuk ditebang. Kerjasama ini menguntungkan kedua belah pihak. Perhutani diuntungkan, SDA hutannya terjaga, dan produktivitas hutan meningkat.

Sejak program pengembangan kluster kopi juga, banyak pelatihan dan penyuluhan tentang bagaimana meningkatkan mutu kopi rakyat Bondowoso. Puslit Koka ddi Jember ditunjuk untuk memberikan penyuluhan mulai dari tata cara petik merah matang segar, pengolahan basah dan proses pengeringan pasca panen. 

"Dulunya kita mengeringkan kopi di jalan raya saja. Kalau ada motor kopinya kelindas semua, harganya jadi murah. Setelah ada penyuluhan kami mulai tertata," ujar Mat Husen, seorang petani kopi asal Sumber Wringin, Bondowoso, Kamis (13/4/2017).

Mat Husen menuturkan bahwa dirinya salah satu petani kopi awal di Bondowoso. Tahun 1985 kata dia, lahan pertanian kopi robusta miliknya seluas 5 hektar. Pria yang sempat menjadi karyawan Perhutani inipun memutuskan menanam kopi dikarenakan pendapatan yang belum cukuo untuk menafkahi keluarganya.

"Sekitar tahun 1990-an saya bekerja di Perhutani tapi jabatan saya hanya Capeg terus saya memilih keluar," ujarnya. 

"Saya mulai bertani kopi arabika. Walaupun saat itu saya bertani sembunyi-sembunyi. Tapi saya tidak pernah merusak hutan, sebab saya tahu lama waktunya dan proses pertumbuhan kayu Perhutani," tambah Mat Husen.

Kelompok Tani Mat Husen  salah satu dari 5 Kelompok Tani Kopi Bondowoso penginisiasi sertifikat IG dengan nama produk Arabika Java Ijen-Raung yang sempat memenangkan lomba uji cita rasa kopi Nusantara pada Juni 2016 lalu. 

Sejak Bondowoso mendeklarasikan dirinya sebagai Republik Kopi, masyarakat berbondong-bondong menanam kopi arabika. Luas lahan milik Perhutani yang awalnya hanya 4000 hektar kini menjadi 14.000 hektar lahan siap tanam. 

Pemerintah Kabupaten Bondowoso juga terus mendorong peningkatan kualitas kopi dengan memberlakukan kebijakan yang berpihak kepada para petani kopi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES