Ekonomi

Triwulan Pertama 2017 Inflasi Banyuwangi Terendah di Jatim

Rabu, 12 April 2017 - 23:53 | 26.25k
Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) TPID dari lima kabupaten se-eks Karesidenan Besuki dan Lumajang (Sekar Kijang). (foto: Humas Pemkab for TIMES Indonesia)
Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) TPID dari lima kabupaten se-eks Karesidenan Besuki dan Lumajang (Sekar Kijang). (foto: Humas Pemkab for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Inflasi Kabupaten Banyuwangi kembali tercatat terendah se-Jawa Timur dalam triwulan pertama tahun ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada periode Januari-Maret 2017 inflasi Banyuwangi mencapai 0,81 persen, selain terendah di Jatim juga di bawah rata-rata nasional yang sebesar 1,19 persen.

”Alhamdulillah, inflasi yang rendah dan stabil ini adalah kerja keras bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dan seluruh pemangku kepentingan. Bank Indonesia (BI) berperan besar membantu kami dalam pengelolaan inflasi, sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat membuka Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) TPID dari lima kabupaten se-eks Karesidenan Besuki dan Lumajang (Sekar Kijang) yang terdiri atas Banyuwangi, Jember, Situbondo, Bondowoso, dan Lumajang, Rabu (12/4/2017).

Inflasi, sambung Anas, menjadi salah satu indikator makroekonomi yang sangat penting untuk menunjukkan level kesehatan ekonomi masyarakat. Diantara upaya mengontrol inflasi ialah menjaga pasokan pangan dengan meningkatkan infrastruktur pertanian seperti pemeliharaan sistem irigasi, bantuan benih, pendampingan pertanian, dan pembangunan infrastruktur jalan.

”Sebagai pemerintah daerah, yang bisa kami lakukan untuk menekan inflasi adalah menjaga pasokan pangan terkait volatile food. Sebab, yang terkait administered price tidak bisa kami kontrol karena itu kebijakan pusat seperti pengalihan subsidi listrik dan BBM ke sektor produktif yang membuat tarif listrik dan harga BBM naik,” sambung Anas di acara yang digelar di Ruang Rempeg Jogopati, lingkungan perkantoran Bupati Banyuwangi itu.

Selain itu, kunci pertumbuhan ekonomi Bumi Blambangan adalah penguatan sektor ekonomi riil berbasis masyarakat. Pasalnya belanja pemerintah belum maksimal karena ada efisiensi pengeluaran, serta investasi belum tumbuh maksimal.

”Investasi sekarang juga cenderung padat teknologi. Dulu investasi Rp 1 triliun bisa menyerap 1000 pekerja, sekarang hanya 100 orang, karena sudah semi otomatis. Pariwisata menjadi penyokong utama perekonomian riil masyarakat, dimana kuliner, homestay, budaya ekonomi kreatif semakin tergerak” pungkas Anas.

Deputi Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Taufik Saleh, mengatakan pertumbuhan ekonomi Banyuwangi cukup tinggi, dan sekaligus inflasi bisa dijaga di level rendah. Artinya, kesejahteraan warga secara umum cukup baik dan tidak tergerus oleh kenaikan harga-harga atau inflasi.

Pada 2015, pertumbuhan Banyuwangi sebesar 6,01 persen, di atas rata-rata Jatim yang sebesar 5,49 persen dan nasional 4,8 persen, yang juga lebih tinggi dibanding kabupaten/kota di sekitarnya. Adapun penghitungan 2016 masih difinalisasi BPS.

”Pertumbuhan ekonomi Banyuwangi cukup tinggi, dan sekaligus inflasi bisa dijaga di level rendah. Artinya, kesejahteraan warga secara umum cukup baik dan tidak tergerus oleh kenaikan harga-harga atau inflasi,” ujar Saleh. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES