Ekonomi

Peralihan Musim, Harga Gabah di Pasuruan Anjlok

Senin, 10 April 2017 - 19:25 | 83.22k
Lahan padi yang gagal panen akibat terkena hujan deras. (Foto: Robert/TIMES Indonesia)
Lahan padi yang gagal panen akibat terkena hujan deras. (Foto: Robert/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Peralihan musim dari hujan ke kemarau membuat hasil gabah petani di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur menurun.

Selain karena kualitasnya yang kurang bagus dan terkena hama, harga jual gabah anjlok menjadi Rp 2.900-3.000 per kilogramnya dari harga normal sebesar Rp 3.700 per kilogram. 

Anjloknya harga gabah sudah terasa sejak bulan Februari lalu sampai Maret. Hal ini disebabkan, kendati sering panas, namun masih adanya hujan yang membuat kualitas gabah menurun.

“Kalau pancaroba seperti ini, dari segi perawatan memang harus ekstra karena siang panas, trus malam hujan dan berakibat pada hasil gabah panen petani,” beber Abdul Adim, bendahara Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Pasuruan. 

Saat ini, kata Adim, di daerah Rembang, harga jual gabah basah di tingkat petani rata-rata Rp 2.900-3.000 per kilogramnya. Padahal,normalnya harga gabah biasanya Rp 3.700 per kilogram.. Anjloknya harga jual gabah karena banyak gabah yang kosong, sehingga yang menjadi beras hanya sedikit dari gabah hasil panenan tersebut.

“Biasanya dari 1 kuintal gabah basah, bisa ada 43 kilogram yang jadi beras. Sekarang 1 kuintal gabah hanya menghasilkan 35-36 kilogram beras, karena kualitas gabah juga buruk,” terangnya.

Kondisi serupa, hampir terjadi mulai dari Kecamatan Rembang, Kejayan, Wonorejo, Bangil,sampai Winongan. Abdul Rokhim, Sekretaris Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Pasuruan membenarkan bahwa saat peralihan musim sangat berpengaruh pada hasil gabah petani.

Jika petani tidak intens melakukan perawatan, maka hasil gabah bisa jelek. Saat peralihan musim seperti ini, biaya operasional petani biasanya meningkat hingga 30 persen karena butuh perawatan intensif.

“Selain juga harus memperhatian pupuk dan obat, juga saat penjemuran makin lama saat sudah menjadi gabah,” ungkapnya. Namun jika petani tak merawat secara intensif maka hasil gabah yang didapat akan menurun dan berdampak pada harga jualnya yang anjlok‎. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES