Awas Mengeluh, Cemas, dan Gangguan Jiwa saling Berkaitan
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Manusia kekinian yang hidup dijalan media sosial, segala bentuk kegiatan diungkapkan melalu media sosial (medsos). Bahkan masalah pribadipun diungkapkan melalui medsos.
Seakan medsos telah menjadi ladang yang menjanjikan untuk sekadar menuangkan unek-unek dalam hati.
Hati orang tersebut pun akan senang jika banyak yang merespons keluh-kesahnya di media sosial. Sebab itu pertanda eksistensinya diakui oleh para netizen. Dan persoalan yang dia hadapi terbilang menarik. Mungkin orang tersebut tak mendapat solusi di ranah maya. Tapi respons sekecil apapun membuatnya terhibur.
Menanggapi fenomena banyaknya orang mengeluh di media sosial, President ASEAN Federation for Psychiatry and Mental Health, Danardi Sosrosumihardjo, mengatakan mengeluh hanya akan menambah masalah.
Menurut dia semakin banyak mengeluh, maka rasa cemas kian bertambah. "Nah, cemas itu merupakan wujud gangguan jiwa," ujarnya. Mengeluh juga menjadi wujud saat beban semakin berat sementara diri tak bisa menanggungnya.
Saat cara penanggulangan tak bisa dilakukan, mengeluh adalah tanda kesehatan jiwa seseorang terganggu. "Semakin mengeluh, kian jauh ke arah sakitnya," kata Danardi. Dengan begitu, ketimbang mengeluh lebih baik mengubah sudut pandang dalam menyikapi persoalan.
Beberapa cara seperti menenangkan diri atau mencari hiburan seperti membaca buku, menulis, atau menonton film bisa dilakukan. Sebab, jiwa yang sehat adalah kemampuan diri untuk menerima situasi di sekitar secara apa adanya. "Sehat jiwa itu tandanya bisa menerima situasi di sekitarnya," kata Danardi. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Sholihin Nur |