Peristiwa Daerah Universitas Islam Malang

Ketum PBNU Kupas Multikultural dan Radikalisme di Unisma

Jumat, 17 Maret 2017 - 19:14 | 64.51k
Ketua Umum Tanfidziyah PBNU Prof. Dr. KH, Said Aqil Siroj, MA sebagai Pemateri utama dalam kuliah tamu di Unisma. (Foto: Istimewa)
Ketua Umum Tanfidziyah PBNU Prof. Dr. KH, Said Aqil Siroj, MA sebagai Pemateri utama dalam kuliah tamu di Unisma. (Foto: Istimewa)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dalam rangka kegiatan Dies Natalis ke 36, Universitas Islam Malang kembali mengundang tokoh tokoh besar yang sangat menginspirasi. Kali ini dikemas dalam Kuliah Umum yang diselenggarakan di Hall Abdurrahman Wahid di lantai 7 Gedung Pascasarjana Unisma, pada Jumat (17/3/17).

Tema besar yang dikupas dalam kegiatan ini adalah Islam Nusantara Sebagai Jembatan Untuk Mengembangkan Kehidupan Multikultural dan Deradikalisasi Agama.

Pemateri utama dalam kuliah tamu ini adalah Ketua Umum Tanfidziyah PBNU Prof. Dr. KH, Said Aqil Siroj, MA. Peserta yang mengikuti acara ini  kurang lebih 600 peserta.

Peserta sangat antusias dan terbawa oleh irama pemateri sehingga menyimak secara antusias mengikuti dari awal hingga akhir.

Turut hadir dalam kuliah umum segenap Civitas Akademika Unisma, Sekertaris Yayasan, Pengurus dan Pengawas Yayasan Unisma. Juga tampak hadir Ketua Tanfidziyah PCNUPCNU Kabupaten Malang Dr. Umar Usman beserta jajaran pengurusnya.

Maskurid5j1H.jpg

Rektor Unisma Prof Dr H Masykuri M.Si. membuka langsung kuliah umum ini. Pada sambutan pembukaannya menyampaikan ucapan selamat datang kepada Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj MA. di Kampus hijau, kampusnya NU.

“Kampus yang memiliki jargon dari NU untuk Indonesia dan peradaban dunia,” jelas Masykuri.

Pada Kesempatan yang sama Prof. Masykuri juga menyampaikan bahwa Unisma masih terus membangun, bukan hanya pada fasilitas sarana prasarana, infrastruktur bangunan yang ada di lingkungan Unisma tetapi juga diimbangi membangun kualitas serta peningkatan mutu pendidikan hingga peningkatan kualitas dosen juga.

Sedangkan Prof Dr KH Said Agil Siroj, MA, lebih banyak mengupas esensi dari kebinekaan dan warna kehidupan masyarakat di Indonesia.

Kiai Said juga mengupas materi Islam Nusantara yang menekankan pada multikultural, yang selalu saling menghargai dalam beragam perbedaan mulai dari perbedaan agama, perbedaan suku dan perbedaan budaya.

“Indonesia ini lebih  mengutamakan Kewarganegaraan bukan Kewargaagamaan” ungkap Kiai Said.

Penjelasan materi yang lugas dan menarik serta di berikan contoh-contoh kasus kontemporer saat  ini membuat penjelasan beliau mudah di terima dan dicerna.

Unisma-Saaid9KWxV.jpg

Lebih lanjut, Kiai Said menjelaskan bahwa Islam itu agama yang damai, tidak perlu ada kekerasan di dalamnya. Hal ini menunjukkan agama Islam adalah rahmatan lil alamin.

Islam mengajarkan kebersamaan dalam keberagaman dan kebinekaan dalam konteks hubungan sesama manusia. Inilah makna multikultural yang seharusnya dikembangkan di Indonesia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES