TIMESINDONESIA, JAKARTA – Cacingan pada anak tidak hanya menyerap sari makanan yang kita makan, cacingan juga membuat kemampuan otak menurun. Karena itu, jangan anggap remeh cacingan.
Sayangnya, masyarakat masih menganggap enteng masalah cacingan ini. Padahal, dalam jangka panjang cacingan dapat menimbulkan dampak yang serius dan tak bisa dianggap sepele. Apa saja dampak cacingan pada anak?
Prof. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), Koordinator Regional World Health Organization (WHO) Asia Tenggara menjelaskan secara konkret, cacing dapat menyerang mukosa usus dan mengisap makanan (karbohidrat dan protein) serta darah dalam tubuh anak.
Alhasil, anak dapat mengalami kekurangan gizi sehingga dapat mengganggu pertumbuhan fisik dan otaknya.
Anak kemudian menjadi lemas, mudah sakit, seperti sakit perut dan mencret. Efeknya, anak yang sakit itu jadi sering tidak masuk sekolah sehingga proses belajarnya terganggu.
Jadi, cacingan memang tidak menimbulkan risiko kematian, akan tetapi mengancam faktor kesehatan anak. "Cacingan juga menurunkan kecerdasan dan tumbuh kembang anak," kata Tjandra seperti dikutip dari nakita.id.
Di Indonesia, diperkirakan, 60 persen orang Indonesia mengidap cacingan, terbanyak pada usia 5-14 tahun dan tersebar luas baik di pedesaan maupun perkotaan.
Penyakit ini dipengaruhi banyak faktor, dari faktor iklim tropis, kebersihan tubuh, sanitasi lingkungan, sosial ekonomi, dan kepadatan penduduk. Karena itu, cacingan masih menjadi masalah kesehatan mendasar di negara kita. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |
Sumber | : Berbagai Sumber |