Kopi TIMES

Suara dan Semesta

Selasa, 14 Maret 2017 - 04:19 | 57.47k
Ach Dhofir Zuhri, Ketua STF Al Farabi Malang (Grafis: TIMES Indonesia)
Ach Dhofir Zuhri, Ketua STF Al Farabi Malang (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – SUARA, betapun buruk dan remeh adalah instrumen alam raya untuk jauh direnungkan. Suara, sungguh pun demikian nista dalam pendengaran manusia, ia adalah doa, ia adalah musikalisasi semesta yang tulus untuk sampai kehadirat sang Maha.

Hembus nafas, desir angin, rintik gerimis dan renai hujan, gemericik air dan nyanyian binatang semuanya seakan bekerja sama menjadi orkestra alam, memuji keagungan-Nya. Jika dengan suara-suara itu Anda terhubung ke alam raya, pada saat yang sama Anda juga terhubung dengan sang Pencipta.

Apabila setiap suara adalah doa yang menghubungkan pikiran dan jiwa, dan dengan pikiran itu pula manusia terhubung dengan semesta, maka manusia harus lebih waspada dalam berkata-kata dan berhati-hati dalam bersuara.

Karena suara itu akan kembali kepada si empunya. Alam memantulkan pikiran dan suara manusia sebaik-seburuk manusia itu sendiri menyuarakan "isi" kepala dan dadanya.

Terdapat gelombang-gelombang elektromagnetik yang menghubungkan suara dan hati, pikiran dan sanubari. Benar, pikiran bersifat magnetis. Saat Anda merasa senang, Anda akan menarik berbagai pengalaman dan situasi menggembirakan.

Saat Anda bahagia, kehidupan seolah terus menghadiahi Anda dengan cara-cara luar biasa dan tak terduga. Sebaliknya, manakala Anda stress, marah dan merasa menjadi korban, kehidupan akan terus mengecewakan Anda. Keadaan akan terus mereproduksi nyala emosi, mereviktimisasi Anda dalam dendam tak bertepi.

Dus, jika dunia adalah cermin dari suara (doa) dan pikiran, Anda tidak bisa memperbaiki hidup hanya dengan memperbaiki bagian luarnya. Benarlah jika ada ubgkapan, doakan kerjaku dan kerjakan doamu.

Dahulu, Ibu-bapak guru mengajarkan di sekolah bahwa atom adalah pondasi kosmos, termasuk entitas manusia sendiri. Atom adalah bola-bola padat kecil yang berthawaf mengelilingi angkasa. Sayangnya, temuan Democritos sejak 2500 tahun yang lalu ini salah. Dunia ini terlihat padat, padahal tidak!

Belakangan peradaban saintek manusia mengenal fisika kuantum yang berfokus mempelajari zat sub-atom. Anda pun menjadi tahu bahwa "Benda Padat Kecil" itu adalah sekumpulan energi, kristal-kristal cahaya Ilahi. Sehingga, apa yang kita anggap padat, ternyata tidak benar-benar padat. Alhasil, segala sesuatu tidak harus seperti kelihatannya.

Lantas, jika alam raya ini bukan sejenis "Mesin Raksasa", apakah sebenarnya? Semesta kosmos ini tak lain adalah "Pikiran Raksasa". Sains mutakhir meyakini bahwa semesta adalah pikiran kita sendiri, kesadaran kita sendiri.

Setiap pikiran, setiap suara, setiap getar, energi, sentuh dan bunyi adalah gelombang-gelombang elektromagnetis. Ini bukan sesuatu yang aneh dan ganjil, bahwa melalui pikiranlah Anda berkomunikasi dengan semesta.

Sesederhana itukah? Pertanyaannya: bagaimana mungkin semua tercipta dari pikiran, pekerjaan, uang, pasangan hidup (maaf untuk para jomblo kawakan!) persoalan, dan termasuk tulisan ini?

Baiklah, pikiran Anda adalah pikiran semesta. Suara (dan doa) Anda adalah suara alam raya. Itu artinya, satu kebaikan yang Anda tebar akan bergabung dan kemudian berdampak terhadap kabaikan semesta.

Saat Anda berniat baik dan beritikad luhur, alam dan keadaan akan bekerjasama bahu-membahu mendukung Anda merealisasikannya. Anda sudah rasakan ini, bukan?

Namun demikian, Anda masih akan dengan setia bertanya: "pikiran saya hanyalah sekumpulan kecil dari kekuatan semesta yang sangat luas ini. Bagaimana mungkin pikiran saya menarik segala sesuatu dan menciptakan keadaan?" 

Sekarang masuklah ke dalam diri Anda, lakukan inner journey, pelajari awal kejadian Anda! Dari setetes sperma, membelah dan terus membelah sampai 16 milyar kali lebih besar.

Jutaan sel tumbuh, nutfah menjadi darah, darah jadi daging, kelenjar, reseptor, urat, kulit dan bulu, daging membungkus tulung, tulang membungkus sumsum.

Demikian seterusnya berlangsung dengan sangat rumit dan ajaib. Semuanya bergerak-bertumbuh dengan cara-cara yang sulit Anda pahami. Begitu pula pikiran, demikian cara kerjanya.

Nah, sekarang keluarlah dari dalam diri, lihat dan amati sekeliling, sampai puncak segala hening! Alam meluas dengan kecepatan cahaya, begitulah pikiran manusia melesat dan berkembang.

Jika perjalanan ini sudah Anda lalui, masuklah ke dalam diri Anda sekali lagi, lihat dan renungi betapa satu sel di kuku jemari Anda, satu sel di kandung kemih, secuil gigi dan rambut memuat seluruh blue print data diri Anda yang belakangan dikenal dengan nama DNA. Bukankah ini luar biasa?

Keluarlah dari dirimu ke alam raya, masuklah lagi, keluar dan masuk kembali sampai sungguh-sungguh Anda sadari bahwa dunia tidak pernah lebih luas dari pikiran Anda sendiri.(*)

*Penulis adalah Ach Dhofir Zuhri, Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Al Farabi, Malang

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES