Kopi TIMES

Rahasia Filosofi Bisnis Jack Ma

Minggu, 12 Maret 2017 - 06:01 | 207.38k
Grafis: Senda Hardika/TIMES indonesia
Grafis: Senda Hardika/TIMES indonesia

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Penetrasi grup Ali Baba di bidang teknologi membikin kagum dan mencengangkan. Ali Baba merupakan raksasa bisnis digital dari China, yang telah merambah ke Amerika, Afrika, Eropa dan negara-negara Asia. Determinasi grup Ali Baba dalam berbagai sektor digital, mulai perdagangan, keuangan, kesehatan, pertanian dan usaha kecil menengah, menjadikan ekonomi China melesat. 

Namun, siapakah di balik kesuksesan bisnis Ali Baba? Sosok Jack Ma, yang bernama asli Ma Yun, lahir pada 10 September 1964. Ia mantan guru Bahasa Inggris dan selama bertahun-tahun menjalankan usaha jasa terjemahan. Namun, Jack Ma kemudian mendalami teknologi internet, untuk mengembangkan bisnisnya.

Jack Ma kemudian mendirikan Ali Baba, serta membangun platform TaoBao, AliPay, dan beragam inovasi digital untuk menunjang bisnis. Jack Ma juga berhasil menendang eBay di China, yang kemudian menjadikan bisnis keuangan di lingkungan Ali Baba sangat kompetitif. 

Dari semua perjuangan membangun Ali Baba Group, Jack Ma dikenal sebagai sosok yang sangat ulet, telaten dan pantang menyerah. Ia beberapa kali terjerembab dalam kegagalan, namun tetap tegar untuk bangkit memperbaiki diri dan timnya. Ia memiliki prinsip untuk selalu membangun landasan kesuksesan, bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami itu bagian dari kisah panjang mencari kesuksesan. "Janganlah mencari-cari alasan untuk kegagalan, tetapi carilah landasan untuk kesuksesan" ungkap Jack Ma (hal. 150). 

Buku ini, "Jack Ma: Sisi-Sisi Tak Terduga Sang Godfather Bisnis China" ditulis oleh Chen Wei, sang asisten sekaligus sahabat Jack Ma. Gaya penulisan Chen Wei yang mengalir dengan merangkum kisah-kisah nyata yang diingat maupun dari rangkuman catatan pribadinya, sangat menarik untuk dipahami. Pembaca akan diajak mempelajari sisi-sisi terdalam, gaya hidup sederhana, kedisiplinan, ketahanan, hingga kebesaran hati Jack Ma dalam membangun bisnis. 

Jack Ma menganggap bisnis di media digital merupakan perjudian yang mengundang dua sisi: kegagalan dan kesuksesan. "Seorang penjudi yang kehilangan seluruh harta benda keluarga dan membuat keluarganya hancur berantakan, titik awalnya adalah niat membeli sebuah rumah mungil dan memberikan anak-istrinya kehidupan yang baik," ungkap Jack Ma (hal. 151). 

Jack Ma bekerja keras untuk membangun bisnisnya, dengan merekrut orang-orang yang ia nilai cocok mengembangkan Ali Baba. Ia berpedoman, Ali Baba merupakan perusahaan yang diisi orang-orang biasa yang berkarya secara luar biasa. 

Filosofi Bisnis

Sebenarnya, apa itu bisnis? Pernahkah kalian pikirkan? Sarjana, petani, seniman dan pedagang. Pedagang adalah derajat paling tinggi. Pedagang adalah pelaku bisnis yang efisien, transparan dan jujur. Membuat realokasi sumberdaya dan memadupadankannya, menjadikan Pedagang sebagai profesi yang lebih sulit daripada menjadi petani atau seniman (hal. 312). Melalui perdagangan, Jack Ma berharap agar masyarakat menjadi sejahtera. Ia juga mengharapkan pemikiran yang lebih tinggi dapat mengubah serta berpengaruh bagi masyarakat.

Mengenai perusahaan Jack Ma sangat bersyukur apabila Ali Baba Group mampu melesat dalam 15 tahun. Ia memiliki cita-cita, bahwa perusahaanya dapat bertahan selama 102 tahun, dengan segala inovasi dan pergantian estafet kepemimpinan. "Perusahaan yang paling bagus memiliki jumlah keluhan yang paling banyak, karena pekerjanya tak bisa menemukan pekerjaan yang lebih baik lagi, sehingga mereka hanya bisa mengeluh," ungkap Jack Ma (hal. 320).

Jack Ma mempelajari dengan tekun sejarah dan kebudayaan Tiongkok. Ia menemukan bahwa Tai Chi merupakan kebudayaan Tiongkok yang perlu dilestarikan, dan bermanfaat untuk pengembangan diri dan kesehatan. Maka, ia mengundang master Tai Chi terhebat di Tiongkok untuk belajar langsung, seraya memahami filosofinya. Nilai-nilai spiritual dan budaya Tai Chi, kemudian diterapkan dalam tradisi perusahaan Ali Baba.

Jack Ma mendasarkan moral bisnisnya pada nilai-nilai Budha, Tao dan Konfusianisme. Ajaran Budha menekankan sikap memaafkan, ajaran Tao menekankan harmonisasi, sedangkan Konfusianisme menekankan pada etika sosial. Dengan demikian, jika semua itu digabungkan menjadi karakter bisnis China, maka akan lahir sikap memaafkan, harmonisasi dan etika sosial. Menurut Jack Ma, dalam bisnis digital tidak ada ungkapan bekerja jangka pendek yang menghasilkan buah dalam waktu cepat. "Kami mempersiapkan perjuangan jangka panjang, terus menerus gigih, hingga perlahan-lahan baru bisa mulai mapan (hal. 340).

Buku ini merupakan potret seksama tentang niali-nilai, pemikiran dan sisi kehidupan Jack Ma di balik penetrasi grup Ali Baba di bidang teknologi digital. Karya Chen Wei ini membantu kita memahami Jack Ma dan Ali Baba sebagai prototype kegigihan pengusaha yang tetap mendasarkan bisnis pada nilai-nilai dan akar filosofi dari peradaban negerinya. (*)

Munawir Aziz, pembaca buku

Data Buku:
Chen Wei | Jack Ma: Sisi-Sisi Tak Terduga Sang Godfather Bisnis China
Noura, Februari 2017 
Tebal: 424 hal.
ISBN: 978-602-385-177-5

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES