Kopi TIMES

Kota Malang Dulu Beraspal Biru..

Sabtu, 11 Maret 2017 - 06:17 | 64.67k
Bayhaqi Kadmi (Grafis: TIMES Indonesia)
Bayhaqi Kadmi (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – CERITA ini demikian menarik. Tentang seorang Gubernur yang melayang di udara mengawasi Kota Malang.

Pak Gubernur bukan seperti Superman, terbang sendiri di angkasa. Namun beliau diangkut pesawat Helikopter milik Angkatan Udara. Hingga betapa takjubnya, Pak Gubernur, yang kami semua dulu memanggilnya Pak Basofi Sudirman, kala menengok jalan-jalan di kota Malang tahun 1995 kala itu.

Jalan-jalan di kota Malang dilihat dari ketinggian, panjang berwarna biru. "wah, kota Malang, aspalnya bewarna biru, seloroh Pak Basofi". Gubernur berselera humor ini meneriaki Kota Malang dengan julukan baru : Kota Beraspal Biru.

Naik bemo sungguh menarik suaranya greng, greng, ramai tak karuan, namun, jaman kala itu, tak urung jadi angkutan favorit mahasiswa, dan anak sekolah.

Rupanya, julukan aspal biru berkonotasi dengan program peremajaan angkutan kota era itu. Mobil-mobil suzuki carry versi baru merajai jalur-jalur angkutan umum itu.

Sebelumya angkutan umum di kota Malang beraneka warna. Saya masih mengingat jalur H, yang lewat depan museum Brawijaya, jl ijen  lalu belok ke jl bondowoso dulu berwarna putih. Sedangkan jalur D yang lewat jl semeru angkotnya bercat coklat tua. Di tambah lagi, di jalur barat, dari Mergan menuju Dinoyo, masih ada bemo, beroda tiga. Kendaraan bermotor yang mirip setrika di jalanan ini masih eksis waktu itu. Saya kerap menaiki angkutan lucu ini, dari pesantren Gading menuju arah ITN dan Kampus Universitas Brawijaya.

Seiring dengan waktu bemo kemudian menghilang. Hampir berbarengan dengan pembiruan angkutan kota di seluruh penjuru Kota Malang. Timbul pertanyaan, mau di kemanakan bemo ? Sebagian bilang, rongsokan bemo akan dilempar ke laut. Tubuh bemo yang kecil gendut itu cocok untuk penangkaran ikan.

Seperti hukum alam, jika ada yang baru, yang lain tersisih dan hilang ditelan bumi. Selaras semua angkutan kota biru menyegarkan kota Malang. Angkutan lama tak dilirik lagi. Maka lancarlah semuanya angkutan berwarna biru jadi langganan banyak orang. Warga kota Malang, anak kos, wisatawan lokal maupun domestik menikmati naik angkot biru yang bertebaran.

Mulailah orang menngenali jalur baru. AD, ADL, LDG, AG, TST, AT, bahkan ada jalur bernama ABG. Semuanya menunjuk tata letak jarak antar dari terminal ke ujung antar angkutan kota. Kental dan hafal bagi para penumpang. Waktu terus berjalan, hingga bulan Maret 2017 ini, sudah 20 tahun lebih usia angkot biru berjalan  terus di Kota bunga ini. Birunya sudah kusam. Sopirnya pun sebagian sudah tua, atau bertukar orang beberapa kali.

Angkutan kota tak lagi laris ditunggu penumpang seperti dulu. Kebijakan terbuka ekspor sepeda motor menghujani Indonesia. Sistem pembeliannya dipermudah. Beli motor bisa dikredit seperti beli  panci. Bayar uang muka, kontan motor bisa dibawa pulang. Jadilah kemudian motor menyesakkan jalanan lebar dan kecik di kota Malang.

Masya Allah, inilah cobaan ganda bagi sopir angkot. Penumpang pasti berkurang karena masyarakat memilih naik motor. Mahasiswa pun kini sudah banyak bawa motor. Namun jumlahnya yang makin berjibun membuat jalan macet. Pak Sopir angkot mengeluh. " Ya Allah, penumpang cuma dua orang. Jalan macet begini, mana bisa operan berulang. Belum lagi BBM tidak nutut setoran".

Demikian mengharu biru nasib angkot. Tak lagi biru seperti tahun berlalu. Puncaknya di har-hari ini, mereka mogok tak mau bekerja. Demo tak mau angkot melayani penumpang lagi. Akibat saingan baru datang demikian mengganggu. Apa itu? Angkutan dan ojek online.

Dengan mengunakan aplikasi internet, penumpang dan moda transportasi bisa saling terhubung. Cukup  melihat posisi terdekat dg pelanggan di layar, aplikasi ini sdh mengatur sendiri kedatang kendaraan ke tempat calon penumpang. Hebatnya, taripnya murah, sudah tertera sesuai ketentuan jarak. Tak perlu tawar menawar kayak beli kangkung di pasar.

Angkutan terbaru ini sangat mutakhir. Tidak perlu terminal. Juga tak butuh halte.

Betapa sewotnya sopir angkot, mereka marah dan meminta pemerintah untuk melarang bisnis online ini. Jasa online ini seolah menghancurkan masa depan angkot biru yang kian kuno. Nah lho, saya pun sudah menuduh kuno. Padahal saya mengalami masa keemasan mereka. Bahkan sebagai sebagai penulis, saya pun berulangkali dilarang membayar ongkos angkot jalur AT. Karena Haji Bisri, juragan sang pemilik jalur ini pengikut setia para kyai. Juga pembaca setia tulisan saya he he. Ya Semoga haru biru keluh kesah Angkot Malang segera beres. Karena, setahu saya, Pak Walikota, Abah Anton, dulu juga sopir angkot. Nah, artinya komunikasi senasib dengan kawan sendiri kan lebih mudah. Saya turut berdoa..... (*)

*Penulis Baihaqi Kadmi

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES