Kopi TIMES

Perempuan dan Modal Relasi Sosial Berjejaring

Rabu, 08 Maret 2017 - 10:01 | 64.09k
Atika Chandra Larasati. (Grafis: TIMES Indonesia)
Atika Chandra Larasati. (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – HARI Perempuan Internasional yang dirayakan pada tanggal 8 Maret setiap tahun adalah hari besar bagi perempuan yang dirayakan di seluruh dunia untuk memperingati keberhasilan kaum perempuan di bidang ekonomi, politik dan sosial.

Gagasan tentang perayaan ini pertama kali dikemukakan pada saat memasuki Abad ke-20. Di tengah-tengah gelombang industrialisasi dan ekspansi ekonomi yang menyebabkan timbulnya protes-protes mengenai kondisi kerja bagi perempuan yang sangat buruk.

Gagasan ini juga semakin menguat seiring dengan semakin kuatnya feminisme di kalangan masyarakat di masa itu.

Tidak ada yang menyangkal bagaimana kerasnya usaha perempuan untuk terus berbenah diri dan menunjukan potensi dalam dirinya, bahkan kegiatan ini sudah dilakukan sejak di masa lalu pada bagian paling ekstrim seperti revolusi fisik.

Perempuan mengambil bagian dalam usaha-usaha perjuangan sebuah Negara. Mereka tak segan-segan mengambil kegiatan di garis depan pada medan pertempuran, melakukan kegiatan intel, kurir, menyediakan dan mengirimkan makanan ke garis depan, membawa pengungsi dan masih banyak lagi.

Di masa sekarang, perjuangan perempuan masih terus berlanjut dengan semakin banyaknya masalah yang harus diselesaikan oleh perempuan menyangkut kehidupan perempuan itu sendiri.

Permasalahan perempuan di masa yang lebih modern tidak bisa diselesaikan hanya dengan sekadar tarik urat, mengandalkan fisik, menyalahkan beberapa hal atau sistem yang masih di dominasi laki-laki atau berdemo.

Dunia yang lebih modern memberikan cara yang lebih elegan untuk perempuan dalam menyelesaikan permasalahannya dan membuat perempuan semakin kuat dalam pergerakannya.

Salah satunya adalah kehidupan perempuan dan modal sosial yang dimilikinya. Modal sosial adalah hal yang paling penting dimiliki oleh perempuan di masa sekarang, Elemen penting dari modal sosial adalah relasi sosial atau Sikap seseorang terhadap orang lain yang muncul akibat interaksi”.

Karena adanya relasi sosial, setiap orang akan meendapatkan rasa simpati dan kewajiban kepada orang, kelompok atau organisasi lain yang menjadi objek perasaan simpati. Orang inilah yang memiliki potensi untuk memperoleh keuntungan dan perlakuan khusus dari yang memiliki rasa simpati.

Hal tersebutlah yang harus dimiliki perempuan di masa modern, relasi sosial perempuan bisa dikatakan sangat lemah dengan banyaknya batasan yang masih terbawa di masa lalu, tentang bagaimana permpuan harus berkomunikasi dan bergaul.

Relasi sosial perempuan di masa modern juga harusnya dapat dibangun oleh perempuan yang memiliki porsi besar dalam posisi-posisi strategis, misalnya dalam kepemimpinan, pemilik modal, dan banyak lagi.

Kita tidak dapat memungkiri banyak perempuan yang sukses dan besar di sekitaran kita. Perempuan dengan sumber modal sosial kuat ini harus bisa menjaring perempuan-perempuan di bawahnya yang masih mengalami role confusion atau kekacauan peran dalam menjalani kehidupannya dengan contoh ikut membantu membuka akses ruang public perempuan.

Untuk itulah, perempuan harus bisa menjadi patner yang baik pula bagi perempuan. Bukan hanya untuk lelaki, seperti kebanyakan ungkapan bahwa Dibalik kesuksesan lelaki ada perempuan di belakangnya”.

Perempuan juga harus percaya dengan kemampuan perempuan lain yang sedang berjuang membuka jalan yang lebih baik bagi kaumnya dengan cara sederhana misalnya memilih calon pemimpin perempuan.

Dengan saling percaya dan membantu antar perempuan akan membuat perempuan semakin maju dan terus dapat menjaga eksistensinya dalam berbagai bidang dan posisi strategis. (*)

* Penulis adalah Atika Chandra Larasati, Mahasiswi S3 FISIP UB Malang

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES