Kesehatan

Penderita Hipertensi di Kalsel Tertinggi Nasional

Kamis, 02 Maret 2017 - 09:31 | 469.04k
ILUSTRASI: cek tekanan darah. (Foto: Liputan6)
ILUSTRASI: cek tekanan darah. (Foto: Liputan6)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Provinsi  Kalimantan Selatan  (Kalsel) tercatat sebagai daerah yang warganya banyak menderita hipertensi dan menduduki peringkat tertinggi  di Indonesia. Semua terjadi karena pola makan dan pola hidup warga Kalsel yang menyukai makanan manis, berlemak, serta asin yang tidak diimbangi dengan sayur mayur serta olahraga yang cukup.

Hal itu diungkapkan, Kepala Seksi Pengamatan dan Penyakit Imunisasi dan Kesehatan Matra Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan, dr Sri Wahyuni. Ia mengatakan Kalsel tercatat sebagai daerah dengan penderita hipertensi tertinggi nasional. Semua terjadi karena pola makan dan pola hidup yang salah.

“Kebanyakan menyukai makanan manis, berlemak, serta asin. Tapi tidak diimbangi dengan mengonsumsi sayur mayur serta olahraga,” ujar Sri Wahyuni, Rabu (1/3).
Jadi tidak heran juga, kalau Kalsel juga tercatat sebagai daerah yang punya indek tingkat kematian akibat stroke tertinggi nasional.

Berdasarkan data riset kesehatan dasar, beberapa penyakit tidak menular yang menjadi penyebab kematian di Kalsel yaitu, diabetes melitus 2 persen dari jumlah penduduk, kemudian hipertensi mencapai 30,8 persen, stroke 9,2 persen, kanker 1,6 persen, dan jantung koroner 0,5 persen.

Sedangkan data secara riil penderita hipertensi per kabupaten dan kota di Kalsel tahun 2015 yaitu, Kota Banjarmasin merupakan tertinggi penderita hipertensi yaitu 18.730 penderita, disusul Tanah Laut sebanyak 14.121 orang penderita. 

Kemudian Kabupaten Banjar 7.738 orang penderita, Kotabaru 6.680 orang penderita, Banjarbaru 5.629 orang penderita, Tapin 3.085 orang, Barito Kuala 2.985 orang dan daerah lainnya berkisar antara 1.000 hingga 2.500. Sedangkan stroke, untuk kota Banjarmasin sebanyak 283 orang dan Banjarbaru sebanyak 191 orang.

Menurut Sri Wahyuni,  hipertensi atau tekananan darah tinggi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140 / 90 mmHg.

“Ini semua karena pola makan yang salah. Seperti kebiasaan  suka makanan manis, suka makan dodol, suka makan bersantan juga kadang ditambah  ikan asin,” ujarnya.  

Upaya dinas  untuk menurunkan angka angka itu telah dilakukan, ujar Sri Wahyuni, dengan melatih seluruh tenaga puskesmas untuk menjadi tenaga tim penyuluhan terpadu, kemudian membangun pusat pelayanan terpadu (Pusbindo) di seluruh desa. 

Dari sekitar 2 ribu desa lebih kini sebanyak 269 desa di Kalsel telah ada Posbindu. “Tahun 2017 ditargetkan ditambah lebih banyak,”ujarnya.  Di Pusbindo dilengkapi dengan peralatan pendeteksi kesehatan masyarakat dengan tujuan masyarakat tahu cepat dengan alat deteksi ini dan bisa  lebih cepat ditangani. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Khoirul Anwar
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES