Wisata

Mengunjungi Benteng Kuto Besak, Warisan Kebesaran Kesultanan Palembang

Sabtu, 25 Februari 2017 - 10:03 | 282.96k
Benteng Kuto Besak (BKB) di Pinggiran Sungai Musi Palembang. (Foto: pemprov sumsel for TIMES Indonesia)
Benteng Kuto Besak (BKB) di Pinggiran Sungai Musi Palembang. (Foto: pemprov sumsel for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Jika Anda ke Palembang, Sumatera Selatan, tak lengkap rasanya jika tak menengok Benteng Kuto Besak (BKB). Ya, benteng ini merupakan salah ikon cagar budaya di Kota Palembang yang sangat menarik menjadi destinasi wisata Palembang.

Siapa yang membangun Benteng Kuto Besak (BKB) peninggalan Kesultanan Palembang di pinggiran Sungai Musi Kota Palembang itu? Berikut laporan Fuad Kurniawan dari TIMES Sumsel (TIMES Indonesia Network).

Litbang TIMES Indonesia (LTI) yang dikutip dari berbagai sumber menyebutkan, setelah Kerajaan Sriwijaya runtuh di abad ke-3, Sumatera Selatan, sempat menjadi wilayah tak bertuan, wilayah ini menjadi tempat bersarangnya bajak laut.

Kota Palembang menjadi kota yang sepi. Tidak seperti kala Kerajaan Sriwijaya berkuasa. Beberapa tahun pasca runtuhnya Kerajaan Sriwijaya, kemudian berdirilah Kesultanan Palembang yang bernuansa Islam. Pusatnya di Kota Palembang.

Benteng-Kuto-Besak-2UdRC8.jpg

Kesultanan Palembang Darussalam merupakan kerajaan Islam yang punya pengaruh besar di dalam pengembangan ajaran Islam di nusantara. Kesultanan Palembang sudah berdiri sejak tahun 1700-an.

Beberapa tokoh Islam dilahirkan dari kerajaan ini. Mereka sangat berpengaruh dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda. Salah satunya adalah Sultan Mahmud Badaruddin II.

Selain meninggalkan warisan ajaran Islam, Kesultanan Palembang juga meninggalkan beberapa bangunan bersejarah yang hingga kini masih bisa disaksikan. Bangunan bersejarah tersebut antara lain seperti Museum Sultan Mahmud Badaruddin II dan Benteng Kuto Besak di sebelah baratnya.

Keberadaan Benteng Kuto Besak (BKB) tidak lepas dari Kesultanan Palembang. Mengingat tujuan utama berdirinya benteng ini dimaksudkan sebagai pertahanan dari serangan penjajah asing. Jadi BKB merupakan benteng yang dibuat oleh bangsa pribumi tidak seperti benteng-benteng yang ada di daerah lain di Indonesia mayoritas peninggalan kolonial Belanda.

Benteng Kuto Besak mempunyai ukuran panjang sekitar 288 meter dan lebar lebih dari 187 meter, ukuran tersebut digunakan untuk melindungi keberadaan Keraton Kuto Baru dan Keraton Kuto Lama yang ada di dalamnya.

Benteng-Kuto-Besak-44OflD.jpg

Dikutip dari Situs Indonesia Kaya, Benteng Kuto Besak (BKB) mulai dibangun sejak 1780 pada masa kekuasaan Sultan Mahmud Badaruddin I yang berkuasa pada rentang waktu tahun 1776 -1803. Setelah masa kekuasaannya berakhir, pembangunan Benteng Kuto Besak kemudian dilanjutkan oleh Sultan Mahmud Badaruddin II hingga akhirnya selesai dibangun pada 1821.

Benteng Kuto Besak secara umum mengadopsi gaya arsitektur bangunan Perancis. Uniknya benteng pertahanan ini dibangun menggunakan bahan baku berupa batu kapur yang langsung didatangkan dari Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Kini, bagian dalam benteng bersejarah tersebut digunakan sebagai ruang perkantoran Komando Daerah Militer (Kodam) Sriwijaya. Benteng Kuto Besak tidak boleh dimasuki oleh sembarang orang, padahal di dalamnya banyak informasi sejarah yang perlu diketahui oleh masyarakat umum. 

Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang Isnaini Madani, Benteng Kuto Besak merupakan aset wisata dan sejarah yang bisa bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat melalui destinasi andalan Kota Palembang.

Benteng-Kuto-Besak-3BWvka.jpg

"Penataan perlu dilakukan termasuk lingkungan sekitar benteng yang banyak memilih historis masa perjuangan tempo dulu," kata Madani.

Menurutnya, Palembang punya karakteristik yang unik soal kota lama mulai dari Kota lama kolonial dan kota lama peninggalan kesultanan Palembang Darusalam. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Khoirul Anwar
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES