Peristiwa Daerah

Pemprov Bali Selidiki Motif Satu Keluarga Bunuh Diri

Jumat, 24 Februari 2017 - 13:59 | 50.04k
ILUSTRASI: Mayat. (Grafis: TIMES Indonesia)
ILUSTRASI: Mayat. (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pemerintah Provinsi Bali akan menyelidiki kasus satu keluarga di Buleleng yang bunuh diri Kamis kemarin (23/02/2017) akibat putus asa karena penyakit menahun yang diderita oleh ibu dan anaknya. Penyelidikan dilakukan agar tak ada lagi warga Bali putus asa hingga bunuh diri karena tidak bisa berobat akibat sakit yang dideritanya.

Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov Bali Dewa Made Mahendra Putra menjelaskan, sebenarnya seluruh warga Bali mendapat jaminan kesehatan. Artinya, warga seharusnya tidak putus asa menghadapi penyakit karena tidak bisa berobat.

BACA JUGA: Satu Keluarga Bunuh Diri Minum Racun

"Memang sebelumnya Bali memiliki program kesehatan gratis dalam Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM). Namun karena amanat UU, maka sejak Januari 2017 lalu, diintegrasikan ke JKN. Tidak ada alasan bagi warga untuk tidak berobat dengan alasan apa pun," ucapnya di Denpasar, Jumat (24/02/2017) Untuk itu timnya akan turun ke lapangan mengecek apa yang terjadi sebenarnya.

Menurutnya, sekalipun sudah terintegrasi dengan JKN, Pemprov Bali masih tetap membayar iuran bagi warga yang bukan penerima bantuan iuran (PBI). Artinya, tidak ada warga Bali yang tercecer dalam penanganan kesehatan.

 "Kita sudah bayar ke BPJS Rp 115 miliar. Jumlah ini diperuntukan bagi warga yang tidak masuk PBI, karena Pemprov Bali tetap menanggung warganya agar tercover JKN bagi yang bukan PBI," imbuhnya Ia menjelaskan, kasus yang di Buleleng benar-benar mencoreng Bali karena ternyata masih ada warga Bali yang bunuh diri karena putus asa dengan penyakit menahun.

Apalagi salah satu keluarganya mengatakan bahwa para korban tidak tahu bagaimana cara memberikan data administrasi peralihan dari JKBM ke JKN dan menyebabkan putus asa dan bunuh diri. Menurutnya, sosialisasi dengan warga selama ini sudah sangat maksimal. Beberapa di antaranya, melalui baliho, media cetak, online, radio, televisi dan petugas yang terjun ke lapangan.

"Ini kenapa masih ada yang tidak tahu. Kita akan cek, peran kepala desa, kepala lingkungan, Ketua RT, dan aparat desa lainnya, kenapa ada warga yang tidak terdaftar sebagai peserta JKN," ujarnya. Apalagi penyakitnya hanya batuk, dan diduga hanya berupa tuberkulosis, yang sebenarnya sudah ditanggung pemerintah.

 "Kita merasa hal ini tidak masuk akal, kenapa ada warga yang belum terintegrasi JKN, tetapi aparatnya diam saja," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, satu keluarga di Buleleng, yakni Kadek Artaya (32/L), Kadek Suciani (27/P) dan kedu anak mereka masing-masing Putu Wahyu Adi Saputra (6/L) dan Kadek Dwi Cahya Putti (3/P) melakukan bunuh diri dengan menenggak racun serangga Bunuh diri diduga karena keluarga ini putus ada dengan penyakit yang diderita selama bertahun-tahun. Padahal yang mengidap penyakit menahun itu hanya isteri Kadek Suciani dan anak pertama Putu Wahyu Adi Saputra. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES