Kuliner

Keheranan Sulton 'Pempek Wawa' Belum Terjawabkan

Kamis, 23 Februari 2017 - 06:03 | 109.03k
ILUSTASI: Pempek Ikan Gabus. (Foto: istimewa)
ILUSTASI: Pempek Ikan Gabus. (Foto: istimewa)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Lelaki kelahiran Pare, Kediri (Jawa Timur) berusia 51 tahun ini cukup terkenal di Palembang. Maklum saja, meskipun baru 7 tahun berbisnis pempek yang diberinya label Pempek Wawa 'Ikan Gabus', namun dia sudah memiliki 70 orang pegawai. Seluruh stafnya itu untuk mendukung 3 gerai pempeknya di PSX Mall, PTC Mall, dan di kawasan Jalan Mangkunegara.

Mohamad Sulton, nama lelaki itu, memang mengaku sangat bersyukur atas perkembangan bisnisnya yang dikelolanya bersama rekannya: AnIfa. Namun,"Sebenarnya saya merasa heran atas rendahnya anak-anak muda di Palembang untuk bekerja di restoran pempek. Mungkin mereka merasa kurang bergengsi, jika kerja di restoran pempek. Mereka lebih senang kerja di restoran pizza atau tempat usaha yang berbaul asing dan sangat gaul," tutur Sulton.

Sulton juga menyayangkan rendahnya minat anak-anak muda di Palembang dalam pelestarian dan pengembangan pempek. "Sangat sedikit anak muda di Palembang yang menekuni usaha pempek, termasuk pengembangan produk pempek itu sendiri," paparnya.

Padahal, sambung Sulton, bisnis pempek sangat menggiurkan. "Sebelum total ke pempek, saya dulu justru berbisnis katering. Menu pempek hanya untuk bonus bagi klien. Eh, justru pempek kami yang mendapat apresiasi yang sangat bagus. Akhirnya kami justru menutup kateringnya, dan konsentrasi penuh ke pempek," kata penggemar bakso ini.

http://cdn.inatimes.co.id/images/2017/02/22/pempek1QJKj3.jpgFoto: istimewa

Sulton mengakui sulit untuk mendapatkan SDM yang mumpuni untuk bekerja di tempat usahanya itu. "Akhirnya, saya benar-benar mendidik mereka mulai nol. Harus lebih telaten, dan rajin memotivasi mereka," ucapnya.

Diakui Dunia

Akhir tahun 2016 yang lalu Sulton mengikuti pelatihan singkat di Australia terkait sajian yang berbahan utama ikan. Dia terpilih mewakili Sumatera Selatan. "Ketika instrukturnya tahu bahwa saya biasa mengelola 70 kilogram ikan gabus dan tenggiri dalam sehari untuk pempek Wawa, mereka sangat kaget. Bukan kaget karena volume ikannya sebanyak itu. Melainkan karena jumlah SDM-nya yang dibutuhkan hingga belasan orang untuk mengelola semua ikan-ikan tersebut. Mereka menilai jumlah SDM-nya terlalu banyak. Sangat tidak efisien," kenang Sulton.

Namun, pada akhirnya Sulton berhasil menjelaskan bahwa untuk membikin pempek dan sejenisnya memang belum menggunakan tenaga mesin. "Nah, justrun kondisi tersebut yang membuat orang-orang asing mengapresiasi pempek," lanjut Sulton.

Itulah sebabnya Sulton menilai, bisnis pempek sangat menjanjikan. "Pempek sangat bisa dieksplore. Kami sedang mempersiapkan beberapa produk baru tersebut untuk disajikan ke pelanggan kami," kata Sulton.

Namun, dia beranggapan tingginya sewa gerai di mall sangat memberatkan kelincahannya dalam mengelola Pempek Wawa 'Ikan Gabus'. "Jadi, kami memang dituntut untuk pintar mengelola keuangan," kata Sulton dalam sebuah perbincangan singkat di dalam Citilink Palembang-Surabaya, Selasa malam (21/2). (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Khoirul Anwar
Publisher : Ahmad Sukmana
Sumber : CoWasJP.com

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES