Peristiwa Daerah

Pesepeda BTR Tancapkan Panji Perjuangan Teluk Benoa

Senin, 20 Februari 2017 - 14:51 | 48.47k
Pesepeda Tolak Reklamasi Teluk Benoa keliling Bali dan Pura di Bali untuk memohon pembersihan energi negatif, Senin (20/02/2017).(Foto IST For Times Indonesia)
Pesepeda Tolak Reklamasi Teluk Benoa keliling Bali dan Pura di Bali untuk memohon pembersihan energi negatif, Senin (20/02/2017).(Foto IST For Times Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Setelah tiga hari bersepeda keliling Bali, Minggu (19/2/2017) pukul 17.00 Wita, para Pesepeda Bali Tolak Reklamasi tiba di titik akhir Ngider Bhuwana, di Pura Segara Desa Adat Kelan. Mereka disambut langsung oleh Bendesa Adat Kelan. 

Pada akhir dari proses, usai melakukan persembahyangan, mereka menancapkan bendera ForBALI sebagai simbol perjuangan untuk menolak reklamasi Teluk Benoa di tengah Teluk Benoa.

Ngider Bhuwana dimulai tepat pukul 07.00 Wita dari Titik Nol Kota Denpasar pada 17 Februari 2017. Para Pesepeda Bali Tolak Reklamasi dari Sekretariat Bersama Sepeda (SAMAS) Bali memohon agar energi negatif yang menyelimuti para penguasa di Bali dapat dibersihkan sehingga dengan bijak mendengarkan aspirasi rakyat untuk menolak reklamasi Teluk Benoa.

Pesepeda-BTR2BUJI.jpg

Mereka memohon pembersihan energi negatif tersebut di Pura yang terletak di pesisir dan berhadapan langsung dengan laut diantaranya di Pura Goa Lawah, Klungkung, Pura Ponjok Batu, Pura Pulaki, Pura Jayaprana, Buleleng, Pura Rambut Siwi, Jembrana, Pura Petitenget, Pura Segara Kelan, Badung.

Menariknya, sebagian Pura yang disinggahi juga merupakan tempat persinggahan Dang Hyang Nirartha. Menurut lampiran keputusan Sabha Pandita PHDI tentang Kawasan Suci Teluk Benoa Nomor 1/Kep/SP PARISADA/IV/2016, Danghyang Nirartha atau dikenal juga dengan nama Danghyang Dwijendra atau Pedanda Sakti Wawu Rauh terkenal sebagai tokoh suci yang menyelamatkan dan menghidupkan kembali tradisi suci Hindu dan Buddha di Bali. Danghyang Dwijendra berkeliling Pulau Bali dengan menata kembali kehidupan beragama di wilayah pesisir Bali.

Dewa Made Merthakota, koordinator Pesepeda BTR menjelaskan, Pura yang dijadikan tempat persembahyangan oleh para pesepeda memiliki hubungan spiritual dan sejarah dengan Teluk Benoa. Yakni, sama-sama menjadi titik suci yang dilalui perjalanan suci Dang Hyang Nirartha.

Pura Rambut Siwi, misalnya. Pura tersebut adalah salah satu Pura Dang Kahyangan yang didirikan oleh Dang Hyang Niratha. Sementara Teluk Benoa dan sekitarnya menjadi lokasi untuk menulis kakawin dan renungan suci. Di Teluk Benoa pulalah Dang Hyang Niratha melakukan tapa dan yoga suci sampai akhirnya melepas moksa di Uluwatu.

Pesepeda-BTR-3Rshvy.jpg

“ Ada peran besar Dang Hyang Nirarta untuk menjaga kesucian pesisir dan laut kita. Sebagai generasi yang hidup hari ini, sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk menjaga kesucian tersebut, sehingga kita mohon kepada-Nya agar upaya untuk merusak Teluk Benoa digagalkan. Energi negatif yang berupaya memaksakan reklamasi Teluk Benoa juga dilebur,” ungkapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Khoirul Anwar
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES