Peristiwa Nasional Ketahanan Informasi Nasional

Rektor UB: Masyarakat Butuh Pengenalan Informasi Hoax dan Non Hoax

Jumat, 17 Februari 2017 - 21:07 | 148.33k
Rektor Universitas Brawijaya (UB) Prof. Dr. Prof. Dr. Muhammad Bisri (Grafis: TIMES Indonesia)
Rektor Universitas Brawijaya (UB) Prof. Dr. Prof. Dr. Muhammad Bisri (Grafis: TIMES Indonesia)
FOKUS

Ketahanan Informasi Nasional

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pemerintah dan institusi pendidikan diharapkan bisa bekerjasama dan berperan aktif dalam memberantas informasi atau berita hoax di Indonesia. Termasuk ikut serta menyosialisasikan UU ITE sehingga masyarakat lebih cerdas dan tidak mudah share berita hoax.

Menurut Rektor Universitas Brawijaya (UB) Prof Dr Ir Mohammad Bisri, M.S, bahwa dampak globalisasi membuat penyebaran informasi telah berubah. Dampak tersebut elah sampai hingga ke pelosok daerah, dan membuat perkembangan teknologi informasi juga perkembang pesat.

Bisri menjelaskan perkembangan itu, membuat peran media sosial kini telah menjadi salah satu informasi bagi masyarakat. Saat ini, nilai Bisri, sudah banyak masyarakat mulai mencari segala informasi yang bersifat pendidikan melalui media yang ada.

Berkaca pada fenomena sebelumnya, kini pola pikir masyarakat sudah berubah. Saat ini, masyarakat lebih banyak mencari informasi atau berita yang bersifat pendidikan, daripada berita yang sensasional.

"Dulu berita sensasional sangat digemari. Kini seiring perkembangan zaman, masyarakat telah semakin pintar. Tidak hanya mencari dan membaca informasi yang sensasional,” katanya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa masyakat di Indonesia yang sudah mulai paham. Masyarakat telah bisa milih mana informasi yang baik, benar dan mana informasi yang bohong dan hanya mencari sensasional,” kata Bisri kepada TIMES Indonesia.

Namun, fenomena peredaran informasi hoax saat ini, Bisri menilai sangat memprihatinkan. Karena itu, edukasi pada masyarakat tentang yang baik dan tidak, sangat dibutuhkan untuk memerangi informasi hoax.

Ditanya soal saran kepada pemerintah? Menurut Bisri, harus ada pencegahan secara preventif. Hal itu bisa melalui pendidikan untuk masyarakat dan pihak pemerintah harus membuat regulasi yang jelas, tentang batasan-batasan informasi hoax.

Adanya peran pemerintah tersebut tentu akan dapat membentengi masyarakat dari peredaran informasi hoax. Terutama mengedukasi masyarakat, tentang kebijakan UU ITE agar masyarakat tidak mudah share informasi yang hoax dan mengandung fitnah.

"Jika kedua dapat dilakukan, maka masyarakat akan lebih pintar dan cerdas serta terhindar dari informasi hoax," tambahnya.

Selain itu, Bisri juga menjelaskan perlu adanya pengenalan lebih dalam terhadap mana informasi yang baik dan yang tidak. Dalam hal itu, perlu adanya peran serta masyarakat mulai dari keluarga hingga guru.

Lebih lanjut menurut Bisri, peran guru dinilai sangat memiliki peran yang sangat penting karena guru harus mengenalkan mana yang baik dan tidak, saat mendidik muridnya.

"Seperti halnya pelajaran akhlak, guru harus bisa memberikan penjelasan mana hoax mana yang tidak, sehingga setiap orang akan tertanam mana yang benar dan mana mana yang tidak benar. Sehingga sang murid tidak perlu membaca berita hoax tersebut. Hal itu jelas akan membuat jera pembuat hoax," terangnya.

Sedangkan untuk tingkat keluarga, orang tua harus memilah mana informasi yang tepat untuk anaknya. "Keluarga yang baik tidak akan membaca berita hoax karena itu hanya membuang waktu," tandasnya.

TIMES Indonesia Network (TIN), sebagai media online berjaringan nomor 1 di Indonesia, menempatkan salah satu misi utama untuk membangun Ketahanan Informasi Nasional lewat jurnalisme positif.

Untuk mewujudkan misi ini TIN telah melakukan kampanye dan membuat banyak Gugus Ketahanan Informasi Nasional (Gugus KIN) di bidang pendidikan, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan hankam.

TIMES Indonesia juga menggandeng berbagai instansi pemerintah dan swasta serta ormas untuk bersama-sama membangun ketahanan informasi nasional lewat jurnalisme positif. Seperti bekerjasama dengan PBNU, TNI, Polri, Bappenas, kampus, lembaga sosial, Facebook, dan banyak lainnya.

Selain itu, TIMES Indonesia mengajak masyarakat, instansi, pengamat, politikus, pengusaha, pejabat, dan narasumber lainnya untuk berpadu membangun ketahanan informasi lewat positif berstatemen dan menyampaikan potensi positif.

Sehingga, informasi yang sampai ke masyarakat akan selalu membangun (Building), menginspirasi (Inspiring), dan berpikiran positif (Positive Thinking). Mari kita bersama-sama membangun ketahanan informasi demi NKRI. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES