Pendidikan Dies Natalis Ke 54 UB

Program Kewirausahaan Pekerja Migran Penting untuk Dilakukan

Selasa, 14 Februari 2017 - 22:24 | 74.85k
Ron Bridget Vlog, Ph.D., dari International Studies Department, De La Salle University, alam Seminar Internasional
Ron Bridget Vlog, Ph.D., dari International Studies Department, De La Salle University, alam Seminar Internasional "Socio Political Enterpreneurship" di Gedung Widyaloka UB, Selasa (14/2/2017) (Foto: Senda Hardika/ TIMES Indonesia)
FOKUS

Dies Natalis Ke 54 UB

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Akademisi asal Filipina Ron Bridget Vlog, Ph.D., menilai program kewirausahaan untuk para pekerja migran akan mampu meningkatkan perkembangan ekonomi negara.

Hal itu disampaikan  Ron Bridget Vlog, Ph.D., dari International Studies Department, De La Salle University, dalam Seminar Internasional "Socio Political Enterpreneurship" di Gedung Widyaloka UB, Selasa (14/2/2017).

Dalam seminar ini, Ron menyampaikan pemaparan lewat makalahnya Filipino Migrants Turning Entrepreneurs: Challenges in Reintegrating Overseas Workers to the Local Economy.

Ron mengatakan jumlah populasi yang melebihi benua lain menjadikan Asia kaya tenaga kerja serta potensi pasar yang dapat mendukung pemulihan ekonomi global. Hal ini yang menyebabkan banyak terjadi migrasi untuk bekerja ke luar negeri.

Bahkan, telah menjadi budaya di masyarakat, di mana orang tua sering mengarahkan anak-anaknya untuk bekerja ke luar negeri dan apabila memungkinkan bahkan mendapatkan kewarganegaraan di negara yang baru tersebut.

"Sama seperti Indonesia, Filipina adalah negara yang mengirimkan warganya ke luar negeri untuk menjadi pekerja migran sebanyak. Ada sekitar 10 juta." kata Ron.

Ron dalam seminar mengatakan selama ini ada wacana tentang kontribusi pekerja migran terhadap negara atau pemerintahan. Beberapa ahli yang mengatakan bahwa ada kontribusi yang diberikan oleh para pekerja migran kepada perkembangan negara dimana mereka kembali ke Filipina dengan membawa uang hasil kerja.

"Namun ada sebagian yang menentang dengan menyampaikan bahwa kemajuan pembangunan tidak hanya dilihat dari unsur ekonomi, tetapi juga dari unsur sosial," tambahnya.

Akademisi Filipina ini, menyebutkan ditengah kontroversi yang ada, pemerintah Filipina membuat sebuah program pemberdayaan pekerja migran dengan kewirausahaan.

Ron menjelaskan sebelum tenaga kerja diberangkatan ataupun setelah dipulangkan, para pekerja migran diberikan pengetahuan atau pendidikan akan kewirausahaan. Hal ini dilakukan dengan harapan agar supaya para pekerja migran mampu berwirausaha selama di negara lain dengan cara diataranya menjual makanan khas Filipina, menjual pulsa telepon, atau hal lain.

"Sudah menjadi budaya bahwa pekerja migran Filipina akan berkumpul di suatu wilayah dimana terdapat Gereja Katolik. Di gereja itu, mereka tidak hanya beribadah, akan tetapi mereka juga bisa menjalankan usahanya dengan menjualnya ke para jemaat," terangnya.

Selain itu, wirausaha juga menjadi saran pemerintah untuk para tenaga kerja yang kembali ke Filipina. Bahkan, pemerintah menyediakan bantuan dengan cara meminjamkan bantuan dana dengan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi.

Salah satunya adalah dengan pengajuan proposal. hal ini menjadi suatu masalah karena pembuatan proposal membutuhkan sebuah keahlian di dalam pembuatannya.

"Pekerja migran Filipina yang telah kembali ke negaranya dianggap meliki kelebihan karena telah mendapatkan keahlian lebih, salah satunya keahlian bahasa dan skill baru yang didapatkannya selama bekerja di negara baru," tambahnya.

Selain itu di Filipina, perlindungan bagi pekerja migran yang bekerja di luar negeri menjadi salah satu fokus utama bagi pemerintah negara Filipina. Sebab, selama ini pekerja migran Filipina tersebar di berbagai negara, termasuk beberapa diantaranya adalah negara konflik seperti Libya.

Lebih lanjut, Ron mengatakan Filipina mengelompokkan negara tujuan pekerja migran dalam empat level. Level tersebut dimulai dari level I sampai level IV. Level IV ini adalah negara yang paling berbahaya.

"Untuk pekerja migran yang bekerja di negara level IV, pemerintah Filipina mengimbau para pekerja migran untuk kembali ke negara asal, terangnya.

Sebagai konsekuensi dan solusi atas itu, pemerintah Filipina memberikan bantuan berupa pelatihan kewirausahaan serta modal untuk memulai usaha. Namun pinjaman ini menyertakan beberapa persayaratan yang diantaranya cukup sulit untuk dipenuhi, seperti pinjaman dnegan bunga 7.5 persen per tahun.

Namun, diantara semua pelatihan atau bantuan yang diberikan oleh pemerintah Pilipina, terdapat satu hal yang utama. Hal itu ialah Financial Literacy atau kesadaran akan keuangan.

"Kesadaran akan mengatur keuangan dengan tepat serta peranan pemerintah untuk memberikan perspektif yang baru tentang kewirausahaan," tutupnya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES