Gaya Hidup

Eits, Jangan Salah Pilih Batik Ya!

Minggu, 12 Februari 2017 - 06:24 | 83.07k
Firman Baihaqi, founder Godho Batik Banyuwangi menunjukkan produknya yang mudah didesain (Foto: ahmad S/ TIMES Indonesia)
Firman Baihaqi, founder Godho Batik Banyuwangi menunjukkan produknya yang mudah didesain (Foto: ahmad S/ TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Membeli batik tak boleh sembarangan, bila asal-asalan ternyata bisa menyulitkan penjahit saat mengatur pola potong kain. Sebab kain batik cenderung penuh dengan gambar motif yang berharga dan tidak akan maksimal penampakan motifnya bila tidak ditempatkan pada posisi yang pas.

Namun ada batik dengan pola motif yang lebih mudah diatur dan disesuaikan pada kreatifitas desainer pakaian. Firman Baihaqi, pemilik Godho Batik Banyuwangi telah berkonsultasi kepada banyak penjahit dan desainer pakaian agar bisa menghasilkan produk kain batik yang mudah dikreasikan.

“Biasanya penjahit memotong kain untuk bagian badan depan kanan dan kiri, tangan kanan dan kiri, serta bagian belakang. Produk kami siapkan untuk pembagian seperti itu,” kata Firman, Sabtu (11/2/2017).

Bagian tepi kain, kanan dan kiri dipersiapkannya sebagai bagian depan kanan dan kiri baju. Agak ke tengah, masih di sisi kanan dan kiri diberi ruang kosong, cenderung tidak diberi gambar, disiapkan untuk bagian tangan pakaian. Sedangkan bagian tengah, digambar dengan menyesuaikan posisinya sebagai bidang punggung pakaian.

Bahkan, dengan dilipat saja sudah bisa diperkirakan posisi-posisi gambar di bagian badan tertentu.

“Dengan pengaturan seperti itu penjahit biasanya langsung paham bagaimana menyesuaikan gaya busana. Bahkan untuk yang berukuran besar, penyesuaiannya tidak sulit dan tetap mengutamakan keindahan,” kata Firman di rumah produksi batiknya, di Perumahan Permata Giri, Kecamatan Giri, Banyuwangi, Jawa Timur.

Produk batik stamp miliknya dihargai mulai Rp 200 ribu, dan bernilai jutaan rupiah untuk produk batik tulis. Dia mengaku telah memiliki banyak pelanggan dari kalangan pemilik butik, desainer hingga konsumen pemakai.

“Kalau butik biasanya pesan dengan jumlah terbatas setiap motifnya. Kalau pemakai langsung biasanya apa yang kita sediakan langsung diterima, beda dengan desainer yang banyak berdiskusi. Diskusi dan saran dari desainer kalau kita terima dan layani dengan baik bisa menambah inspirasi dan perkembangan desain kita sendiri,” ungkap pria yang pernah gulung tikar saat membuka gerai batik pantai di Bali, pada tahun 1999 itu.

Terbukti beberapa kali perancang busana kondang Irma Lumiga menggunakan kain batik Godho dalam gelaran fashion show. Termasuk koleksi Sekarjagat Irma Lumiga yang tampil di Indonesia Fashion Week di Jakarta Convention Center (JCC), (4/1/2017) lalu.

Selain motif unik, posisi gambar yang mudah diolah, Firman juga menyediakan berbagai pilihan produk kain batik berdasarkan jenis kain ataupun jenis pewarna. 

Diantaranya batik dengan kain sutra TBM atau asli tenunan tangan yang didapatnya dari Sulawesi, kain katun, kain serat rami yang tebal hingga pewarna alami yang terbuat dari daun pepaya dan jarak.

“Setiap daerah itu memiliki kekhasan, misal sama-sama batik pesisir antara Banyuwangi dan Madura, tetap memiliki karakteristik sendiri-sendiri, lekukan-lekukan yang berbeda. Termasuk juga dari bahan pewarnanya,” pungkas Firman.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES