Ekonomi

Gunakan Sistem Organik, Buah Naga Berbuah Tak Kenal Musim

Kamis, 09 Februari 2017 - 13:35 | 934.36k
Adib Bariza Maulana petani buah naga organik di Desa Kradenan, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi menunjukkan kebun buah naga miliknya, Kamis (9/2/2017).(Foto : Romi S/TIMESIndonesia)
Adib Bariza Maulana petani buah naga organik di Desa Kradenan, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi menunjukkan kebun buah naga miliknya, Kamis (9/2/2017).(Foto : Romi S/TIMESIndonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Selain semangka dan melon, Banyuwangi, Jawa Timur dikenal sebagai daerah penghasil buah naga.

Sebagai wilayah yang mengembangkan buah naga dalam skala besar, inovasi budi daya buah naga juga terus tumbuh di kalangan petani Banyuwangi. Seperti yang dilakukan Adib Bariza Maulana yang mengembangkan pertanian buah naga organik di kebun miliknya di Dusun Perangan, Desa Kradenan, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi.

Adib yang telah 10 tahun menekuni tanaman buah naga mengatakan, dari mulai awal tanam hingga perawatan, buah naga bebas dari pupuk pabrik maupun obat hama buatan pabrik. Dirinya hanya memanfaatkan pupuk kandang yang dicampur dengan serabut kelapa.

"Untuk mempercepat fermentasinya saya menggunakan bakteri, dengan mencampur berbagai kotoran, mulai ayam, kambing, sapi dan dicampur dengan serabut kelapa," Kata Adib, Kamis (9/2/2017).

Untuk memfermentasi bahan dasar kompos tersebut, lulusan mahasiswa pendidikan agama di IAI Ibrahimy Genteng tersebut hanya membutuhkan waktu tiga hari. Setelah itu, pupuk bisa langsung digunakan untuk memupuk tanaman buah naga.

"Tanaman buah naga itu, perwawatannya mudah-mudah sulit, kalau menggunakan pupuk organik satu tahun hanya pupuk sekali," kata Mantan Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Banyuwangi.

Dirinya yang mendapatkan ilmu dari ayahnya, Sairi Ahmad, yang sejak usia muda sering mengembangkan dan bereksperimen budi daya tanaman organik. "Yang pasti, petani buah merah yang menggunakan pupuk organik tak akan rugi, karena bahan bahannya bisa di dapat dari sekitar rumah," ucapnya.

Selain diuntungkan dengan harga produksi pupuk yang murah, penggunaan pupuk organik juga hemat. Dalam satu tiang hanya butuh tiga karung pupuk organik fermentasi. "Dan itu berlaku satu tahun," ucapnya.

Dari penggunaan pupuk organik, Adib mengaku dalam satu tahun bisa menghasilkan 7 ton buah naga dari lahan seluas 1/4 hektar. "Buahnya besar dan manis. Saya hanya gunakan bahan seperti susu segar, air kencing sapi dan air kelapa untuk menyemprot batang pohon sebagai pupuknya," katanya.

Dirinya juga menambahkan, keuntungan sistem organik, tanaman buah naga bisa berbuah sepanjang waktu, tanpa perlu menunggu musim atau dipaksa berbuah dengan mengunakan lampu. Satu lagi keunggulan organik, selain menyehatkan, hasil buahnya tak mudah busuk.

"Umumnya buah naga satu hari sudah busuk, hasil buah organik ini saya pernah coba belah buah naga, saya taruh tiga hari masih bagus," ucapnya.

Untuk membuat buah naga organik berbuah lebat, Adib membagi satu tips, yakni tanah harus tetap lembab atau tidak terlalu kering. Caranya, dengan membuat selokan di sekiling area tanam. Selokan ini juga tidak dibiarkan kosong. "Di selokan saya piara ikan gurami yang bisa dipanen satu tahun sekali, jadi ada keuntungan lain selain buah naga," ucapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES