Ekonomi

Kabupaten OKI jadi Sentra Pengasil Pertanian

Rabu, 08 Februari 2017 - 15:47 | 44.21k
Bupati OKI, H. Iskandar, SE bersama Pimpinan BI Perwakilan Sumsel, Hamid Ponco W saat melakukan panen cabai (Foto : Istimewa)
Bupati OKI, H. Iskandar, SE bersama Pimpinan BI Perwakilan Sumsel, Hamid Ponco W saat melakukan panen cabai (Foto : Istimewa)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pedasnya harga cabai dalam beberapa waktu terakhir, dikeluhkan para pembeli dan juga pedagang. Bahkan, kenaikan komoditas itu turut andil terhadap laju inflasi. Mengatasi hal  itu, Kabupaten Ogan Komering Ilir bersama Bank Indonesia akan meneruskan pengembangan komoditas cabai di wilayah ini.

Berdasarkan data yang dihimpun TIMES Sumsel, harga cabai di pasar Kayuagung sendiri hingga hari ini berkisar di harga Rp55 ribu sampai dengan Rp80 ribu per kilogram. Adapun rinciannya harga cabe merah keriting berkisar di harga Rp60 ribu per kg, cabe merah besar Rp55 ribu per kg dan paling tinggi harga cabe rawit merah Rp80 ribu per kg.

“OKI cukup berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumsel khusus dari sektor pertanian dan perkebunan. Untuk itu, BI optimis melanjutkan kembali kerjasama yang sudah berjalan sejak tiga tahun terakhir dengan Pemkab OKI khususnya dalam pengembangan komoditas cabai,” ungkap Kepala Perwakilan Bank Indonesia Palembang, Hamid Ponco Wibowo di ruang kerja Bupati OKI, Rabu (8/2/2017).

Hamid mengatakan komoditas cabai merupakan salah satu komoditas pemicu inflasi di Sumsel. Naiknya harga cabai itu menyumbang inflasi di Sumsel diangka 0,06 persen. 

"Untuk itu kami komitmen bersama Bapak Bupati untuk terus mengembangkan komoditas cabai di  OKI juga agar ditiru oleh daerah lain,” lanjutnya.

Sementara Bupati OKI, H. Iskandar, SE berharap kerjasama BI dengan pemerintahan di bawah kepemimpinannya dapat terus berlanjut dan merambah komoditas lain untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat dan daya saing daerah. 

“Cabai kita berhasil, di sektor lain kami berharap BI bisa mensuport penuh seperti perikanan, tanaman padi, peternakan dan hasil-hasil perkebunan rakyat lainnya,” kata Iskandar.

Ditinjau dari aspek luasan wilayah dan jumlah penduduk menurut Iskandar OKI merupakan wilayah yang cukup potensial untuk didorong menjadi penghasil komoditas pertanian dan tanaman pangan di Sumatera Selatan.

Sebelumnya, Pemkab OKI dan BI sudah melakukan kerjasama pengembangan komoditas cabai di tiga lokasi, yaitu di Desa Muara Burnai, Kecamatan Lempuing Jaya, Desa Pedu Kecamatan Jejawi dan Desa Suka Pulih Kecamatan Pedamaran sejak tahun 2015 lalu.

Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten OKI, Syarifuddin, SP. M. Si mengatakan potensi tanaman cabai di OKI tahun lalu mencapai 379 hektar yang dibina melalui kerjasama BI seluas 28 hektar. 

“Dari 28 hektar yang dibina oleh BI kita ada peningkatan produksi mencapai 2 ton per hektar. Kerjasama ini akan terus dilanjutkan,” ungkap Syarifuddin.

“Selain cabai yang sudah berhasil, BI juga menjajaki kerjasama pengembangan bawang sentranya di tiga kecamatan Lempuing, Lempuing Jaya dan Sungai Menang. Tentu kita menyambut baik karena kendala petani kita adalah modal dan penyediaan bibit. Prospeknya tentu sangat tinggi,” ungkap Syarifuddin. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES