Kopi TIMES

Suara Syahdu Warga NU di Malang

Kamis, 02 Februari 2017 - 00:11 | 79.25k
Abdul Holik, Sekretaris PCNU Kabupaten Malang (Grafis: TIMES Indonesia)
Abdul Holik, Sekretaris PCNU Kabupaten Malang (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Bicara NU tak bisa dilepaskan dari dua kalimat agung. Yakni kalimat "Ya Jabbar Ya Qahhar". Itulah salah satu kalimat yang diamanatkan Syaikhona Kholil Bangkalan, maha guru ulama NU dan warga Nahdliyin saat Hadratus Syekh KH Hasyim Asyari, diizini untuk mendirikan Nahdlatul Ulama (NU).

Diawal tahun 2017, tercium aroma yang kurang sedap menuju ke rumah NU. Seakan terlihat ada pihak yang mengupayakan akan membenturkan NU dengan kekuatan lain. Hal itu mulai terasa.

Misalnya, persoalan sidang KH Ma'ruf Amin atas nama MUI terlihat mau digeser sebagai persoalan NU. MUI yang mengeluarkan fatwa tapi NU yang seakan harus menanggung getahnya.

Sementara kelompok yang sebelumnya teriak membela fatwa MUI dan ulama, kini mulai diam ratusan bahasa. Seakan tak tahu apa yang menimpa Rais Aam PBNU KH Ma'ruf Amin, sebagai maha guru warga Nahdliyin.

Dari itu, besar harapan, al faqir sebagai warga nahdliyin yang tinggal di pelosok desa, bagaimana NU untuk tidak dilibatkan atau melibatkan diri dalam kegaduhan yang banyak persen tercium aroma politik.

NU harus tetap konsisten sebagai penjaga dan perawat NKRI dan Pancasila serta menjaga toleransi antar umat beragama. Hal itu sebagaimana amanat Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari.

Jangan sampai kelompok lain yang makan nangkanya, NU yang kena getahnya. Orang lain yang makan, NU disuruh cuci piringnya.

Dalam situasi apapun, apalagi tercium aroma politik, yang terkesan akan mengadudomba, harus tetap iatiqomah dan konsistem pada ajaran Aswaja yaitu, tawasuth (moderat), tawazun (berimbang), ta’adul (netral, keadilan), dan tasamuh (toleran).

Apalagi, di usia NU yang ke 91 ini, NU terlihat tak henti-hentinya dilanda berbagai terpaan angin, bahkan kian lama terpaan angin itu semakin kencang. Apakah itu ujian untuk NU? Jawabannya, bisa ia bisa tidak. Tapi penulis yakin, para ulama NU dan warga nahdliyin akan lebih banyak menilai hal itu adalah ujian yang harus dihadapi NU.

Tapi, ujian itu akan dinilai adalah ujian yang mendewasakan jika berhasil dilaluinya dengan baik dan benar. Dan bisa menjadi media Muhasabah, yakni evaluasi diri terhadap kebaikan dan keburukan dalam semua aspeknya.

Kali ini beredar deras diberbagai media, termasuk di media sosial penilaian ketidaksopanan Ahok terhadap KH Ma'ruf Amin, yang beliau adalah tokoh dan guru kharismatik bagi warga NU, namun terkait kasus ini kapasitas beliau adalah sebagai Pimpinan MUI.

Dalam hal ini, Ahok memang terkesan emosional dan arogan dengan kata-kata yang memojokkan Kiai Ma'ruf. Namun walau demikian, tidak lantas kita sebagai Kaum Nahdliyin kemudian meluapkan bentuk konter perlawanan seperti halnya apa yang dilakukan Ahok.

Warga Nahdliyin tetaplah Nahdliyin yang saya lihat tidak mudah terprovokasi dengan isu-isu yang justru akan menjadikan gejolak yang lebih besar. Nahdliyin harus tetap santun dan berakhlaqul karimah dalam setiap perkataan dan tindakannya agar dapat menyelesaikan berbagai problematika yang mencuat dan akan memecah belah ukhuwah insaniyah dan ukhuwah wathaniyah bahkan ukhuwah an nahdliyah. 

Bentuk ujaran kemarahan, caci maki, hinaan apalagi demonstrasi untuk menggalang masa bukanlah karakter warga Nahdliyin. Yang penulis khawatirkan, kelompok diluar NU sangat mungkin mengambil even ini untuk membenturkan NU dengan memanfaatkan keluguan warga nahdliyin.

Jika banyak pihak bertanya bagaimana kabar warga NU saat ini di banyak pelosok desa dan bahkan kota? Maka warga nahdliyin akan menjawab dengan lemparan senyum berwajah ikhlas bahwa NU tetap adem ayem dalam menyikapi apapun. Selalu tenang dan tidak mudah terprovokasi. 

Warga NU akan tetap istiqomah dengan lantunan do'a agar masalah yang menimpa Indonesia, segera tuntas dan tidak menimbulkan kekacauan dan kegaduhan apalagi menelan korban. Dalam jiwa warga nahdliyin harus terus terucap kalimat Ya Jabbar Ya Qahhar yang artinya "Yang Maha Perkasa dan Yang Menundukkan".(*)

*Penulis adalah Abdul Holik, Sekretaris PCNU Kabupaten Malang

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES