Kesehatan

Enam Pola Asuh ini Membahayakan Masa Depan Anak 

Kamis, 26 Januari 2017 - 08:23 | 102.35k
ILUSTRASI - Overprotektif terhadap anak (Foto: nasil.)
ILUSTRASI - Overprotektif terhadap anak (Foto: nasil.)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua,  akan membentuk kepribadian anak hingga dewasa. 

Konselor bimbingan anak, Bela Raja, mengatakan satu saja gaya pengasuhan orangtua, jika negatif, dapat memberikan efek merugikan pada psikis anak bahkan hingga dapat merusaknya.

"Parenting yang baik adalah di mana orangtua menghargai kebutuhan dan emosi anak seperti anak menghargai orangtua. Penting pula bagi orangtua membangun nilai diri anak. Mereka harus mengajarkan anak untuk merasa baik akan diri mereka sendiri. Dan, sesederhana apapun ketakutan anak, harus diungkapkan, bahkan jika itu hanya takut masuk ke ruangan sendirian," kata Bela.

Bela membagi beberapa gaya pengasuhan orang tua, termasuk dampaknya. 

Over protektif

Parenting seperti ini dapat menghalangi kecerdasan emosional buah hati Anda, jadi berikan dia kesempatan untuk mengeksplorasi dunia tanpa adanya keterlibatan Anda terus-menerus.

Anak yang tumbuh dalam pengasuhan yang over protektif akan menghadapi masalah pendirian yang parah saat dewasa. Jika Anda tidak membiarkannya menghadapi segala macam kehidupan, dia akan tumbuh menjadi orang amat sangat tergantung orang lain, lemah, dan selalu mencari pertolongan untuk hal sepele. 

Selalu curiga

Orangtua yang selalu curiga, selalu membayangkan rasa takut akhirnya menularkan itu pada anak. Anak ini pun akan tumbuh menjadi orang yang selalu curiga dengan percaya diri yang rendah. Jika Anda sangat ingin tahu apa yang dilakukan anak, lakukan pembicaraan yang jujur dan cari solusi. Misalnya, memintanya menelepon jika sudah sampai di rumah teman, bukan kebalikannya.

Kasar

Tidak masalah jika Anda menegur kesalahan anak, tapi menggunakan kekerasan fisik atau emosional hanya akan meninggalkan luka seumur hidupnya. Orangtua yang kasar dapat merusak perkembangan kognitif anak secara permanen sehingga menyebabkan rendahnya harga diri dan kepercayaan diri. 

Anak seperti ini akan tumbuh dengan kepribadian yang ekstrem, pemberontak atau mudah dimanfaatkan. 

Banyak menuntut

Orangtua yang selalu menuntut anak selalu menjadi pemenang akan menyebabkan kerusakan saraf pada anak bahkan memicu bunuh diri. Orangtua seperti ini sulit menerima kegagalan dan menghancurkan kepribadian anak. Bahkan ketika dewasa, anak seperti ini akan terus berusaha memenuhi harapan orang lain, yang mana ketika tidak terpenuhi akan membuatnya merasa tidak berharga. Berbagilah perasaan positif pada anak. Tetap beri semangat meski mereka tidak menang lomba.

Selalu membandingkan

Orangtua yang tidak berempati pada anak adalah orangtua yang cepat sekali merusak kepribadian anak. Hal ini akan membuat anak menjadi orang yang merasa sangat tidak berharga, tidak punya nilai diri, dan mengasihani diri sendiri ketika dewasa. Meskipun Anda tidak setuju dengan anak, gunakan cara positif. Hindari membandingkan dengan saudaranya atau kata-kata yang menyakitkan.

Pasif

Orangtua yang tidak berpartisipasi dalam aktivitas anak atau terlalu sayang menjadi sedikit keras pada anak, hanya akan membentuk anak yang sulit saat dewasa. Orangtua seperti ini biasanya tidak bisa mengatakan tidak dan buah hati mereka akan tumbuh menjadi orang yang percaya diri berlebihan yang tidak bisa menerima kesalahan atau kritik secara positif. Luangkan waktu berkualitas dengan buah hati Anda. 

Lakukan beberapa hal bersama seperti melukis, membacakan cerita, bermain di taman, dan sebagainya. Jika mereka melakukan kesalahan, tegur dengan kelembutan. Jangan menyerah pada rengekan, tangisan, atau tantrum mereka karena itu hanya akan membuatnya terbiasa.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES