Peristiwa Daerah

Rais Aam PBNU: Ulama Punya Tanggung Jawab Keumatan dan Kebangsaan

Minggu, 22 Januari 2017 - 07:44 | 56.78k
Rais Aam PBNU, KH Ma'ruf Amin. (Foto: Dok.TIMES Indonesia)
Rais Aam PBNU, KH Ma'ruf Amin. (Foto: Dok.TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Rais Aam PBNU, KH Ma'ruf Amin menegaskan bahwa para ulama saat ini memiliki dua tanggung jawab utama, yaitu tanggung jawab keumatan dan kebangsaan.

Hal itu disampaikan Kiai Ma'ruf Amin dalam pertemuan para ulama Nahdlatul Ulama (NU) di Forum Peduli Bangsa (FPB) di Ponpes Riyadlul Jannah, Pacet, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Sabtu (21/1/2017).

Menurut Kiai Ma'ruf, jika dulu kemerdekaan melalui gerakan politik, sekarang ini umat gerakannya adalah politik dan ekonomi. 

Umat melalui saluran yang ada harus mendesak pemerintah untuk membuat regulasi yang berpihak pada umat. Pemerintah harus didesak dan dikawal terus dalam hal ini. 

Gerakan yang dilakukan ulama ada 4. Yakni, gerakan perlindungan, gerakan penguatan, gerakan penyatuan, dan gerakan pengabdian. Ulama jangan melepaskan diri pada gerakan kebangsaan. 

Suasana negeri saat ini sangat memprihatinkan. Maka, perlu mendesak presiden untuk menyelenggarakan dialog nasional untuk menyelamatkan negeri. 

Jika presiden tidak berkenan, maka MUI dan para ulama yang akan adakan dialog itu. "Akan ada deklarasi semua ormas Islam komitmen pada NKRI dan Pancasila," tegas Kiai Ma'ruf.

Dalam pertemuan para ulama, habaib, profesional dan tokoh-tokoh itu, hadir para ulama-ulama sepuh seperti KH Ma'ruf Amin, KH Sholahuddin Wahid, KH Soleh Al-Qasim, KH Maksum (Bondowoso), KH Nasiruddin (Tuban), Gus Munip (Langitan), Gus Zaim (Lasem), Gus Akomadhien (Brebes), Dr KH Fauzi Tidjani (Madura), dan puluhan ulama lainnya. 

Hadir juga para habaib, antara lain Habib Husen Al-Idrus, Habib Soleh, Habib Muhsin Al-Jufri, dan beberapa habaib lainnya di Indonesia.

Tampak hadir juga beberapa akademisi, rektor, dan tokoh seperti Prof Dr Muhammad Nuh (Mantan Mendiknas), Prof Dr Muhammad Bisri (Rektor Universitas Brawijaya), Prof Dr Imam Suprayogo (mantan Rektor UIN Malang), Prof Dr Ahmad Zahro, Dr H Marzuki Ali, Ir H Heppy Trenggono, dan lain-lainnya.

Suasana dalam forum tersebut, terasa bersinergi, tidak ada sekat ormas, sekat salaf modern, dan lain-lain. Semuanya yang hadir berbicara ke depan untuk umat dan bangsa, yakni untuk Indonesia. 

Beberapa rumusan telah didengungkan menyikapi kondisi terkini keumatan dan kebangsaan: politik, sosial, budaya, ekonomi bahkan hingga keamanan dan pertahanan bangsa. 

Menurut Prof Dr Bisri, Rektor Universitas Brawijaya Malang mengatakan, perlunya sinergi akademisi perguruan tinggi dan santri. Banyak hasil riset perguruan tinggi yang bisa dimanfaatkan oleh pesantren. 

"Akses pesantren kepada perguruan tinggi harus dibuka, karena SDM pesantren rata-rata lebih unggul. Selama ini mereka tidak banyak diberi kesempatan. Ini tidak adil," katanya.

Sementara itu, menurut Prof Dr M Nuh menyoroti tentang pentingnya pemetaan peran dan strategi keumatan. Potensi besar jika pemetaannya tidak tepat dan tidak strategis maka selamanya umat Islam akan kalah.

Ia juga menandaskan lagi perlunya sinergi perguruan tinggi dengan pesantren hukumnya adalah wajib. Maka, ia mendorong para rektor untuk membuka akses seluas-luasnya kepada santri. Salah satu harapan bangsa ini ke depan adalah para santri. 

Sementara itu, Habib Muhsin Al-Hamid dalam sambutannya juga menginginkan agar forum-forum seperti ini harus terus digalakkan. 

Karena forum tersebut adalah jembatan hati umat, yang jika kiblatnya adalah Rasulullah akan ketemu dan bersatu. "Tapi jika kiblatnya adalah semata akal pikiran pasti akan berbeda," tegasnya. 

Habib Muhsin juga menyoroti bahwa umat islam ini punya masalah besar, tapi tidak pernah selesai, karena ulamanya tidak pernah ketemu. "Yang penting adalah ketemu hati, baru pikiran. Maka, harus ada orang yang amanah utntuk menghimpun potensi dan mempersatukan umat ini," harapnya.

Potensi umat yang harus digarap adalah maritim, peternakan, agrobisnis. Bidang-bidang ini bebernya, yang selama ini diabaikan umat, padahal kita punya kekuatan di situ dan strategis. Ini soal kedaulatan bangsa dan umat sekaligus.

Habib yang punya TV Nabawi ini juga menyoroti pula tentang lemahnya umat dalam media. Sehingga, umat selalu menjadi korban media dan semua yang terjadi pada umat dikapitalisasi oleh media mereka. 

Sementara itu, dalam forum tersebut juga telah dibentuk Dewan Tinggi Ekonomi Umat yang terdiri dari para kiai pengasuh pesantren yang berkolaborasi dengan para pengusaha dan profesional.

Forum tersebut nantinya yang akan bergerak dalam sektor pemberdayaan ekonomi yang berbasis pesantren. KH Mahfudz Syubari pengasuh PP Raudhatul Jannah bersama Prof Dr KH Muhammad Nuh (mantan Mendiknas), Prof Dr Imam Suprayogo (Mantan Rektor UIN Malang), Habib Muhsin (Owner Nabawi TV), KH Maksum (Bondowoso), Dr H Marzuki Ali, Heppy Trenggono, dan lain-lain yang dipercaya untuk mengawal gerakan tersebut. 

Selain itu juga dibentuk formatur sementara Yayasan Penguatan Peran Pesantren Indonesia (YP3I), sebuah Yayasan yang nantinya akan mendorong kemajuan pesantren dan memobilisasi potensi pesantren baik dari sisi pendidikan, SDM, ekonomi dan jejaring kerjasam-kerjasama. 

Dalam forum itu juga dibentuk tim formatur. Terpilih sebagai tim formatur adalah KH DR (HC) Sholahuddin Wahid didaulat menjadi Ketua Dewan Pembina bersama Prof Dr KH Amal Fathullah Zarkasyi (Gontor), KH Mahfudz Syubari (Mojokerto), Habib Soleh Al-Jufri, KH Akbar, Dr KH Muzammil Basyuni dan Prof Dr KH Ahmad Zahro.

Sedangkan Dr. H. Marzuki Ali dan Ir. Heppy Trenggono didaulat sebagai Ketua Umum dan Wakil Ketum YP3I. Adapun Sekretaris Umum dipercayakan kepada KH Bahrul Hayat, Ph.D (Mantan Sekjen Kemenag) dan KH Rusli Effendi, M.Si sebagai Wakil Sekum. Bendahara Umum diamanatkan kepada KH Anang Rikza Masyhadi, MA dari PM Tazakka Batang. 

Disepakati pula tentang perlunya penguatan karakter dan mental umat melalui pendidikan keagamaan yang berkesinambungan baik melalui jalur formal pendidikan dan pesantren maupun melalui informal. Ulama harus menjadi kendali moral dan karakter kebangsaan. Ulama harus ambil peran strategis. Ulama harus dijaga muruah dan wibawanya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES