Pendidikan

Dosen IAIDA Blokagung Banyuwangi Teliti Fenomena Kawin Susuk, Mau Tahu?

Sabtu, 21 Januari 2017 - 16:39 | 102.41k
Ketua Senat IAIDA Blokagung, Banyuwangi, Dr H Abdul Kholiq Syafa\'at MA. (Foto: Syamsul Arifin/TIMES Indonesia)
Ketua Senat IAIDA Blokagung, Banyuwangi, Dr H Abdul Kholiq Syafa\'at MA. (Foto: Syamsul Arifin/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ada tema penelitian yang cukup menggelitik para peserta Seminar Nasional Temu ilmiah Jaringan Peneliti Dosen PTKIS Kopertis Wilayah IV di Institut Agama Islam Darussalam (IAIDA) Blokagung, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Yakni, tentang fenomena ‘Kawin Susuk’ yang kini sedang marak terjadi di Bumi Blambangan.

Penelitian yang dilakukan dosen IAIDA Blokagung dengan biaya dariKementrian Agama ini menarik perhatian karena kata ‘Susuk’ identik dengan ritual magis.

“Padahal penelitian ini tidak ada kaitanya dengan magis,” ucap Ketua Senat IAIDA Blokagung, Banyuwangi, Dr H Abdul Kholiq Syafa'at MA, Sabtu (21/1/2017).

Dijelaskan, kata ‘Susuk’ dalam judul merupakan kata dalam bahasa Jawa yang berarti uang kembalian. Dan saat dirangkai menjadi kata ‘Kawin Susuk’, menjadi istilah yang digunakan warga Banyuwangi untuk menggambarkan nasib pernikahan para Tenaga Kerja Wanita (TKW).

Yakni merujuk pada perilaku mereka. Yang mana, setelah meraih pendapatan lebih dinegara perantauan, para istri banyak yang berlomba-lomba menceraikan suami mereka.

Kondisi tersebut oleh lidah warga lokal disebut ‘Di Susuk i’, alias suami dicerai akibat uang si istri mulai melimpah. “Ini adalah imbas banyaknya TKW asal Banyuwangi,” katanya.

Pada praktik ‘Kawin Susuk’, lanjut pria yang akrab disapa Gus Kholiq, terdapat sejumlah istilah yang juga tak kalah nyentrik. Namun penyebutan tersebut sudah meluas di masyarakat. Yaitu istilah cerai ghaib.

“Jadi ketika merasa sukses, istri yang menjadi TKW mencerai suami dengan menyewa pengacara, bahkan kadang suami tidak tahu, atau baru tahu setelah penggilan sidang kedua,” cetusnya.

Berbagai penelitian sengaja dilakukan dosen IAIDA Blokagung Banyuwangi sebagai wujud pengejawantahan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Khususnya poin penelitian dan pengabdian masyarakat. Termasuk dukungan terhadap Pemerintah Daerah dalam memajukan Kabupaten berjuluk The Sun Rise of Java.

Seperti diketahui, Forum Komunikasi Dosen Peneliti (FKDP) yang berisi dosen dari kampus negeri serta swasta asal empat Provinsi, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) disuguhkan 78 hasil penelitian.

Dari jumlah tersebut, 9 diantaranya adalah karya dosen IAIDA Blokagung Banyuwangi. 2 penelitian dibiayai oleh Pemerintah Daerah Banyuwangi, sedang sisanya biaya dari Kementrian Agama. Termasuk penelitian bertema ‘Kawin Susuk’. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES