Peristiwa Daerah

'Nguri-nguri' Sejarah Perjalanan Hidup dalam Koleksi Motor Jadul

Jumat, 20 Januari 2017 - 13:22 | 145.71k
Wahyu Widodo 'Raja Sengon' bersama koleksi motor jadul nya. (FOTO: Syamsul Arifin/TIMES Indonesia)
Wahyu Widodo 'Raja Sengon' bersama koleksi motor jadul nya. (FOTO: Syamsul Arifin/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Kenangan dan pengalaman hidup adalah guru yang paling berharga. Baik pahit, getir maupun manis, tetap pantas diabadikan sebagai bukti syukur terhadap anugerah Tuhan.

Falsafah itulah yang selalu dipegang teguh oleh Wahyu Widodo, warga Dusun Krajan, Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi. Lika-liku sejarah perjalanan hidupnya dia tuangkan dalam hobi koleksi motor jadul. Kenapa begitu? Karena memang motor-motor itulah yang menemani suka duka pria kelahiran 16 Mei 1968, dalam menempuh sukses.

“Saya punya 102 motor jadul, semua pernah menemani saya bekerja,” ucap pria yang akrab disapa Raja Sengon ini, Jumat (20/1/2017).

Namun seiring perjalanan waktu, wajah nyentrik motor tua telah membuat hati bapak dua anak ini terpikat. Dia pun berencana akan mengoleksi motor jadul hingga 1000 unit. Untuk saat ini, koleksi suami anggota DPRD Banyuwangi, dari partai Demokrat, Sri Utami Faktuningsih, yang paling tua adalah Suzuki Jambul keluaran tahun 1962, serta Yamaha L 2 S tahun 1968.

“Dua motor tersebut adalah awal hobi koleksi motor saya, mulai tahun 1981, dan yang saya koleksi saat ini, semua ada sejarahnya,” cetusnya.

Diceritakan, seperti motor Yamaha L 2 G tahun 1976, adalah kenangan saat Wahyu, menjadi penjual barang bekas atau rongsokan di Pulau Dewata, Bali. Juga menjadi saksi bisu saat dia gulung tikar dari usahanya dan banting setir menjadi penjual balon.

Termasuk koleksi motor Yamaha tahun 73, merupakan tunggangan bapak dari Meydina Bella dan Nayma Sadina Putri, saat berprofesi sebagai tukang ‘Ngujur’. Yakni orang yang meminta atau mencari sisa-sisa ikan hasil tangkapan nelayan. Pengalaman itu dilakoni pengusaha ini sekitar tahun 1984 silam.

“Juga ada yang usianya masih lumayan muda, yakni Yamaha RX ZR tahun 90, itu saya koleksi karena belinya dulu dari hasil jual tanah. Orang tua saya jual tanah laku Rp23.000.000, buat beli motornya Rp4.050.000,” ungkap putra pasangan Almarhum Mispan Widodo dan Almarhumah Zamrotin ini mengisahkan.

Selain jenis motor, Raja Sengon ini juga memiliki koleksi Bemo buatan tahun 1960. Seperti hal nya motor, kenangan hidup pula yang membuat alat transportasi asal India tersebut ikut disimpan.

“Ini adalah kenangan saat saya merantau di Terminal Dinoyo, Malang, sekitar tahun 1980 an, saya gak pernah dibayar, hanya dikasih makan saja oleh bos saya, tapi setelah itu Bemo diberikan ke saya dan kini saya koleksi,” katanya.

Episode hidup bekerja dengan ditemani motor berlanjut hingga Wahyu menaiki tangga kesuksesan. Kepulanganya dari perantauan di Bali, dia bertemu dengan seorang kontraktor asal Muncar, Subur Santoso. Disinilah awal keberuntungan hidup penghobi makan sambal, ikan teri dan sayur daun pepaya ini dimulai. Kala itu, sambil dididik oleh si kontraktor, dia didapuk menjadi mandor tukang.

“Saya ingat betul, saat itu saya mandori saat pembangunan dealer di Srono,” cetusnya.

Dan dengan pengalaman yang ditimba bersama sepeda motor, kini Raja Sengon sudah menjadi salah satu pengusaha kelas kakap di Bumi Blambangan. Seperti julukanya, selain menjadi pengusaha jual beli pohon sengon, dia juga menjadi developer tiga perumahan di Banyuwangi. 

Yaitu Perumahan Purwoharjo Indah di Desa Kradenan, Kecamatan Purwoharjo, Perumahan Griya Blambangan Sejahtera, Muncar dan Perumahan Harapan Indah, di Kelurahan Sobo, Banyuwangi.

“Tapi karena saya sukses berkat bekerja ditemani motor, selain koleksi, sampai saat ini saya masih bepergian dengan motor butut saya,” pungkas Wahyu Widodo. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES