Ekonomi

Bank Indonesia Tepis Isu Hoax di Banyuwangi

Kamis, 19 Januari 2017 - 14:37 | 29.85k
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anhas dan Kepala Kantor BI Jember Achmad Bunyamin memperlihatkan uang rupiah baru emisi 2016, Kamis (19/1/2017).(foto: Ahmad Su'udi/TIMESIndonesia)
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anhas dan Kepala Kantor BI Jember Achmad Bunyamin memperlihatkan uang rupiah baru emisi 2016, Kamis (19/1/2017).(foto: Ahmad Su'udi/TIMESIndonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kantor Bank Indonesia (BI) cabang Jember, Jawa Timur melakukan sosialisasi uang Rupiah baru di Ruang Rempeg Jogopati, lingkungan Kantor Pemerintah Daerah Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (19/1/2017).

Acara itu digelar menyusul banyaknya informasi hoax atau informasi bohong mengenai uang baru emisi 2016 tersebut. Isu negatif yang beredar diantaranya gambar pahlawan nasional Tjoet Meutia seharusnya berkerudung, porsi pahlawan non muslim lebih banyak, mirip mata uang Yuan China, logo palu arit dan untuk mendanai kampanye politik hingga menyebabkan meningkatnya inflasi.

Kepala Kantor BI Jember Achmad Bunyamin mengatakan bahwa kabar itu tidak benar adanya. Bunyamin menegaskan, agama bukan pertimbangan paling utama untuk menentukan seseorang layak dianggap pahlawan nasional atau bukan, melainkan jasanya terhadap negara.

"Dalam uang kertas baru emisi 2016, ada tanda tangan Gubernur BI dan Menteri Keuangan, jadi uang dikeluarkan negara, bukan BI semata. Kan tidak mungkin kami melakukan hal-hal yang dituduhkan itu," kata Bunyamin di depan 93 hadirin dari karyawan supermarket, bank, pegawai pemerintah, sekolah, kampus, Kepolisian dan Kodim Banyuwangi hingga himpunan pengusaha di Banyuwangi.

Bunyamin menjelaskan uang Rupiah emisi 2016 samasekali tidak meniru Yuan mata uang China sambil memperlihatkan mata uang beberapa negara di layar proyektor. Dirinya menganggap warna uang Rupiah tidak bisa dianggap sama dengan warna-warna mata uang Yuan.

Terkait isu terteranya gambar palu arit, Achmad Bunyamin menjelaskan itu adalah logo BI yang diolah dengan teknik rectoverso, yakni sebagian gambar terlihat di sisi depan dan sebagian gambar sisanya akan terlihat di sisi belakang. Saat uang Rupiah baru diterawang, akan terlihat logo BI itu utuh kembali.

"Itu hasilnya harus memiliki akurasi dan presisi yang pas. Kalau tidak pas, justru bisa ditengarai itu bukan uang asli," katanya lagi.

Bunyamin mengatakan rectoverso merupakan salah satu teknik pengaman uang Rupiah dari pemalsuan yang digunakan mulai tahun 1993. Teknik lain yang dimanfaatkan untuk pengaman dari pemalsuan diantaranya color shifting warna berubah dari sudut pandang yang berbeda, rainbow feature, latent image, ultra violet feature dah blind code untuk membantu penyandang tunanetra mengenali masing-masing nilai mata uang.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES