Peristiwa Daerah

KH Abdul Hamid Wahid Terpilih Jadi Rektor IAI Nurul Jadid

Minggu, 01 Januari 2017 - 22:01 | 218.91k
Rektor IAI Nurul Jadid, KH Abdul Hamid Wahid memiliki visi dan misi IAI Nurul Jadid berdaya saing nasional dan interbasional. (Foto: Alfikr)
Rektor IAI Nurul Jadid, KH Abdul Hamid Wahid memiliki visi dan misi IAI Nurul Jadid berdaya saing nasional dan interbasional. (Foto: Alfikr)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pucuk pimpinan Institut Agama Islam (IAI) Nurul Jadid, Kabupaten Probolinggo berganti. Lewat rapat senat yang digelar Minggu (1/1/2017), KH Abdul Hamid Wahid, terpilih sebagai rektor meneruskan kepemipinan Dr KH A Malthuf Siroj, M. Ag.

Mantan anggota DPR-RI itu, mendapatkan suara terbanyak dalam rapat senat. “Mohon doanya semoga saya mampu membawa IANJ lebih baik,” ujar cucu pendiri Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH Zaini Mun’im tersebut.

Menurut Hamid, rektor sebelumnya sudah banyak melakukan terobosan untuk kemajuan kampus. Terobosan ini tinggal dilanjutkan dan dimantapkan. Antara lain berupa pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Thailand.

“Rapor bagus harus kami lanjutkan sambil memikirkan terobosan baru lainnya yang bisa meningkatkan daya saing,” terangnya, sebagaimana dikutip media kampus IAI Nurul Jadid.

Gus Hamid, begitu populer disapa, menyatakan masa kepemimpinanya ingin membawa kampus yang berada di lingkungan Pondok Pesantren Nurul Jadid itu, berdaya saing di tingkat nasional bahkan internasional. Daya saing inilah yang menurutnya, menjadi tantangan IAI Nurul Jadid ke depan.

Hal ini selaras dengan visi dan misi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), bahwa pendidikan tinggi tak hanya bicara pemerataan pendidikan, tapi juga dituntut untuk berdaya saing di tingkat nasional dan internasional.

Dengan beragam upaya yang telah dilakukan, serta dengan modal sebagai pendidikan tinggi di lingkungan pesantren, IAI Nurul Jadid dinilai memiliki modal besar untuk bedaya saing nasional maupun internasional.

Menurutnya, orang-orang terdahulu memiliki asumsi bahwa pondok pesantren sebagai benteng terakhir umat Islam, sulit bertemu dengan pendidikan tinggi yang sifatnya pengembangan ilmu. Namun asumsi ini ditepis KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), bahwa perguruan tinggi dan pesantren dapat bertemu dalam satu kata: profesionalitas.

“Gus Dur sudah mencobanya dan sukses ketika UIN (Universitas Islam Negeri, Red) Malang menjadi salah satu pendidikan tinggi dan pesantren yang mempertemukan profesionalitas di dalamnya,” ungkapnya.

Dalam konteks ini, IAI Nurul Jadid harus mampu mendidik mahasiswa dan mengantarkannya menuju profesionalisme. Amanat yang diberikan kepada pesantren, mengandung fungsi ganda. Di samping sebagai insan profesional juga sebagai juru dakwah dan pengkaderan.

“Di IAI Nurul Jadid, antara santri dan mahasiswa dapat dipertemukan dan saya kira ini berdasarakan apa yang berjalan dan pendapat-pendapat yang saya sampaikan dari pendapat Gus Dur kemudian apa yang terjadi di UIN Malang yang mengadopsi konsep-konsep pesantren dan perguruan tinggi,” terangnya.

Abdul Hamid berharap ada sinergitas yang kuat antara civitas akademik, dosen, karyawan dan mahasiswa untuk mewujudkan visi yang sama: Mengembangkan IAI Nurul Jadid ke depan ke arah yang sudah baik menuju yang lebih baik lagi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES