Peristiwa Daerah

Mega Proyek Kilang Tuban Resmi Dimulai

Kamis, 12 Januari 2017 - 18:49 | 62.24k
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina, Rachmad Hardadi di dampingi Bupati Tuban, H. Fathul Huda, Kamis (12/01/2017) (Foto: Safuwan TIMESIndonesia)
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina, Rachmad Hardadi di dampingi Bupati Tuban, H. Fathul Huda, Kamis (12/01/2017) (Foto: Safuwan TIMESIndonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina, Rachmad Hardadi, mengelar 'Konsultasi Publik dan Studi Amdal Terpadu Pembangunan Kilang Minyak' di gedung Korpri Tuban, Kamis (12/1/2017) sore.

Dalam kesempatan itu Rachmad Hardadi mengungkapkan bahwa secara resmi mengetuk pintu kepada Bupati dan Ketua DPRD dan seluruh pimpinan di Tuban, serta masyarakat bahwa proses pembangunan kilang minyak terpadu Petrochemical di Tuban, secara resmi dimulai tahapan-tahapannya.

"Tentu tahapan yang pertama adalah evaluasi studi Amdal. Di dalam rangkaian ini semua kami harapkan project ini bisa diselesaikan pada tahun 2021, lima tahun dari sekarang," kata Rachmad Hardadi, dalam Pres Confrens usai sosialisasi amdal, Kamis (12/1/2017).

Rachmad Hardadi, menjelaskan, Kapasitas kilang Tuban rencananya akan berproduksi mencapai 300 ribu sampai 400 ribu barel per hari dan nanti akan diintegrasikan dengan Petrochemical atau Petrokimia.

Dibalik itu semua saat ini kebutuhan BBM masyarakat Indonesia mencapai 1,6 juta barel pengolahan perhari, sementara kilang-kilang pertamina, menurutnya, mampu memenuhi 850 ribu barel pengolahan perhari. Sementara kilang terpasang adalah 1.050.000 pengolahan perhari. 

"Artinya sekitar 45 sampai 50 persen kebutuhan BBM Nasional itu masih diimport," jelasnya.

Untuk melaksanakan cita-cita dari pemerintah yang dituangkan dalam Nawa Cita presiden salah satunya adalah daulat dan kemandirian energi. Terpilih di daerah Tuban, Jawa Timur dan Bontang, Kalimantan Timur untuk  pembangunan kilang baru 

"Kilang ini akan menjadi kilang yang paling modern di Dunia tidak hanya di Asia. Tolak Ukurnya adalah Nelson Complexity Index adalah tingkat ektifitas dari kilang itu untuk meproduksi product," tegas Rachmad Hardadi.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES