Indonesia Positif

Sudiyo: Insinyur Tanpa Gelar, Muslim Tanpa Pamrih

Kamis, 22 Desember 2016 - 00:11 | 73.57k
Sudiyo, warga kampung Rukem, Sidomulyo, Purwerejo (Foto: ajp. TIMES Indonesia)
Sudiyo, warga kampung Rukem, Sidomulyo, Purwerejo (Foto: ajp. TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PURWOREJO – Satu desain perpustakaan tergambar di atas selembar kertas putih. Gambar tak sederhana ini rumit dengan hitungan angka-angka pasti. Gambar itu adalah sebuah desain perpustakaan impian yang sedari dulu dicita-citakan.

Dengan lihai tanganya menggambar garis-garis lurus dan presisi. Garis-garis yang menggambarkan pondasi dan sisi-sisi perpustakaan, dengan perhitungan matematis. Namun, siapa sangka pemilik pena itu bukan seorang sarjana teknik sipil. Melainkan, buah hasil seorang lelaki paruh baya bernama Sudiyo.

Ia, salah satu warga kampung Rukem, Sidomulyo, Purwerejo. Sudiyo bukan warga asli, namun ia sudah berdiam di Rukem beberapa tahun. Sejak ia menikah dengan seorang gadis Rukem.

Kini, kesehariannya bekerja sebagai buruh bangunan di kota maupun di desa-desa lain dengan upah yang tak seberapa. Setiap hari, Sudiyo berangkat pagi buta dan pulang menjelang malam, untuk menghidupan istri dan kedua putra-putrinya. Seorang putri telah lulus sekolah kebidanan dan putra terakhirnya telah lulus SMA.

Lelahnya bekerja, tak serta ia melupakan kewajibannya sebagai seorang Muslim. Ia gemar menggemakan adzan dan iqomah. Sudiyo pun seringkali menjadi imam sholat Maghrib maupun Isya di Mushola Miftahul Huda.

Sebuah mushola dengan lebar 4x4 meter, dengan berbagai kegiatan di dalamnya setiap hari. Sudiyo, salah satu warga bagaimana Islam bergrak di Kampung Rukem. Sudiyo menceritakan, pada awalnya mushola tersebut hanya berupa pos ronda seadanya. Kini, dengan berjajarnya sajadah tempat itu menjadi lebih layak dari sebelumnya.

Usai shalat, ia terbiasa memberikan tausyiah dan belajar mengaji Al quran bersama warga lainnya. Alhamdulillah, perlahan-lahan murid-muridnya mampu membaca Al quran dengan lancar. Ia pun berharap, dapat menularkan semangat membaca kepada mereka.

Karena baginya, buku adalah pengetahuan. Meskipun, ia tidak menuju pendidikan tinggi, tetapi ia faham tentang wahyu pertama kepada Rasulullah SAW adalah Iqro' (bacalah). Keterbatasan tidak menghalanginya keinginan mulianya itu. Kini, ia dikenal masyarakat sekitar sebafai 'Kaum", seseorang yang dituakan dalam urusan agama.

Enam bulan lalu, longsor meluluhlantakkan desa tempatya berdiam. Tak sedikit rumah yang roboh dan hancur tertmbun tanah akibat longsor, musim penghujan lalu. Tempat tinggalnya pun menjadi salah satu yang rusak parah.

Namun, ia tak sempat membetulkan tempat tinggalnya, karena ia harus membantu membuat rumah warga lainnya. "Saya sampai belum sempat menyelesaikan rumah saya sendiri, karena banyak yang membutuhkan bantuan saya," ujarnya.

Sambil membangun gotong royong, Sudiyo sudah dimintai tolong banyak warga untuk menggambar desain rumah yang akan dibangun. Alhamdulillah, ada bantuan pemerintah dan lemabaga swadaya masyarakat lain.

Tidak sampai tiga bulan, gambar-gambar yang diukirnya itu telah berubah menjadi puluhan rumah limasan khas Purworejo. Selama itu pula, tim Program PPPA Daarul Quran mendampingi Sudiyo untuk terus “menjadi Muslim” dengan akhlak terbaiknya.

Paskalongsor, ikhtiar terus berlanjut, Sudiyo, warga, dan PPPA Daarul Quran Yogyakarta terus berbenah. Menjadi hikmah, kerugian materi diganti materi, kesedihan diganti kebahagiaan. BNI Syariah dan Yayasan Hasanah Titik melalui PPPA Daarul Quran Yogyakarta bekerjasama membangun Taman Baca Hasanah.

Rencananya, perpustakaan itu dibangun tepat di samping Musholla Mifathul Huda. Visinya adalah agar mushola menjadi pusat ibadah dan pembelajaran bagi masyarakat. Buku-buku pun telah dipersiapkan oleh Tim Program PPPA Daarul Quran sebanyak lebih dari 300 eksemplar dari berbagai kajian ilmu.

Sekarang, perpustakaan itu sedang dirampungkan pembangunannya. Sengaja dikebut, meski Sudiyo beserta warga lain harus tetap bekerja pada siang harinya. Sejak proposal disetujui, ia telah menyisakan waktu di malam-malam sebelum tidurnya agar anak-anak dan para warga bisa segera membaca, mengaji, dan mengkaji buku-buku.

Perlahan, lembar putih bergambar desain perpustakaan impian Sudiyo kini sudah terlihat meninggi dengan batu bata yang disusun bersama pasir dan semen. Bismillah, ini adalah hadiah akhir tahun yang mengagumkan untuk Sudiyo dan warga Kampung Rukem.

Semoga lekas memberi harapan perubahan yang lebih baik untuk saudara Muslim di Kampung Rukem, Purworejo, kampung. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES