Tekno

Ini Empat Strategi Facebook Perangi 'Berita Hoax'

Sabtu, 17 Desember 2016 - 15:09 | 72.96k
ILUSTRASI: Facebook. (Grafis: TIMES Indonesia)
ILUSTRASI: Facebook. (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kabar mengembirakan datang dari Facebook (FB) untuk Indonesia. Yakni ada empat strategi Facebook untuk memerangi 'Berita Hoax' yang mengakibatkan Indonesia dinilai mengalami Darurat Informasi karena mengalami tsunami 'Berita Hoax'.

Munculnya empat strategi dari Facebook itu karena pihaknya kerap menerima kritik untuk urusan pemberitaan. Misalnya, pada awal tahun ini, ketika tim editorial Facebook dilaporkan sering memilih berita sensasional sebagai yang terpopuler. 

Padahal, berita terpopuler semestinya merujuk pada banyaknya berita diklik. Alhasil, Facebook langsung memecat oknum di tim editorialnya dan memperbaiki sistem pemilihan berita terpopuler berdasarkan algoritma khusus. 

Selanjutnya, baru-baru ini, tepatnya pasca Pemilihan Presiden Amerika Serikat, Facebook kembali dicerca banyak pihak karena Facebook dituduh berkontribusi memenangkan Donald Trump. 

Mengapa? Karena banyak berita palsu yang jadi viral di Facebook dan menguntungkan Trump. Karenanya, Facebook kembali berjanji akan memperbaiki aliran berita di linimasa. 

Kini, Facebook merealisasikan janji tersebut untuk berbenah dan Jumat (16/12/2016) mengeluarkan strategi perangi 'Berita Hoax'.

Seperti dilansir dari KompasTekno, ada empat yang dikeluarkan Facebook untuk memerangi 'Berita Hoax'. Diantaranya:

Pertama. Proses pelaporan dipermudah. Setiap artikel yang ada di linimasa Facebook kini dilengkapi dengan fitur pelaporan. Letaknya di sudut kanan atas layar. 

Jika suatu artikel mengandung unsur penyebaran kebencian, hoax, atau spam, pengguna bisa langsung melaporkannya ke Facebook. Ada beberapa alasan template yang bisa dipilih untuk memperkuat laporan. 

"Kami sangat bergantung pada Anda sebagai komunitas kami dalam membantu mengatasi permasalahan ini (berita hoax)," kata VP News Feed Facebook Adam Mosseri. 

Kedua. Memperingati pengguna ketika hendak membagi berita-berita yang diperdebatkan. Untuk yang satu ini, Facebook bekerja sama dengan organisasi pihak ketiga. 

Organisasi bernama International Fact Checking Code tersebut akan mengidentifikasi laporan yang dianggap sensasional dan mengabaikan fakta. Selanjutnya, berita tersebut tetap bisa ada di linimasa, namun disisipkan tautan artikel yang benar.

Pengguna juga masih bisa membagikannya ke khalayak yang lebih luas, tapi akan ada peringatan dari Facebook bahwa berita itu diragukan kebenarannya. Selain itu, artikel yang ditandai tak bisa meraup duit dari iklan. 

Ketiga. Berbagi informasi benar. Facebook berasumsi bahwa semakin banyak berita disebar dan tak menimbulkan kontroversi, maka semakin tinggi tingkat kebenaran berita itu. 

Makanya, berita-berita yang banyak disebar dan tak memicu kebencian akan lebih banyak terpatri di linimasa Facebook ke depannya. 

Keempat. Memutus insentif untuk penyebar berita palsu. Facebook sadar bahwa situs hoax bukan semata-mata untuk menggiring opini publik, namun juga untuk mendapat keuntungan finansial. 

Dalam hal ini, Facebook telah mengeliminasi kemampuan pembelian domain yang sifatnya menipu, sehingga mengurangi prevalensi dari situs-situs yang berpura-pura sebagai media sesungguhanya. 

Media sosial itu juga sesumbar tengah menganalisis situs penerbit untuk mendeteksi tindakan penegakan jika dibutuhkan. 

"Penting bagi kamu untuk memastikan bahwa segala hal yang Anda lihat di Facebook adalah otentik dan bermakna," kata Mosseri.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES