Peristiwa Daerah

Dari Gema Pildasi, Air Mengalir Jernih Merawat Tanah Pertiwi

Jumat, 09 Desember 2016 - 17:21 | 125.92k
Kepala Dinas Pengairan dan Irigasi Kabupaten Bondowoso, H Karna Suwandi, saat meninjau sawah petani. (Foto: TIMES Indonesia)
Kepala Dinas Pengairan dan Irigasi Kabupaten Bondowoso, H Karna Suwandi, saat meninjau sawah petani. (Foto: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Pagi itu, seorang petani yang biasa dipanggil Mahdi, terlihat sibuk mempersiapkan peralatan tani seperti cangkul dan alat lainnya, untuk dibawa ke sawah miliknya. Saat itu, Mahdi ditemani sang istri tercintanya hendak pergi ke sawah.

Dari rumah, tepatnya di Dusun Tribungan, Desa Tamankrocok, Kecamatan Tamankrocok, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Mahdi bersama sang istri, harus berjalan kaki, menyusuri jalan setapak. Cangkul dipundak Mahdi seakan setia menemani perjalanannya bersama istri menuju ladang yang jaraknya 700 meter dari rumahnya.

Aktivitas tersebut, rutin setiap hari dilakoni Mahdi dan istrinya. Namun, sayang, saat itu, musim sedang tak bersahabat. Kekeringan menimpa banyak petani di Kabupaten Bondowoso. Termasuk menimpa ladang Mahdi.

Akibat kekeringan yang sudah terjadi selama lima bulan itu, membuat sawah Mahdi retak dan tanahnya keras. Kekeringan yang menimpa petani Bondowoso, termasuk Mahdi itu terjadi tahun 2014 silam.

Namun, Mahdi termasuk petani yang tabah dan legawa terhadap gejala alam yang menimpa. Ia tetap terlihat tegar dengan musim kekeringan di Kabupaten Bondowoso.

“Saya akan tetap mencari cara bagaimana saya bisa menanam apa saja yang bisa dimakan nantinya. Karena saya yakin, musim hujan akan segera tiba,” kata Mahdi dengan logat bahasa Madura.

Di kampungnya, Muhdi adalah sosok petani yang dipercaya oleh masyarakat setempat menjadi Kepala Dusun Tribungan, Desa Tamankrocok, Kecamatan Tamankrocok. Jarak Dusun Tribungan ke jatung kota Bondowoso, kurang lebih 25 kilometer.

Saat kekeringan menimpa daerah tersebut, warga harus rela menunggu pasokan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Kabupaten Bondowoso. Setiap harinya, PDAM membawa air bersih untuk warga setempat kurang lebih 12 ribu liter, yang dibagikan kepada 300 Kepala Keluarga (KK).

Air bersih sebanyak 12 ribu liter itu jelas masih belum mencukupi kebutuhan warga secara ideal. Akibatnya, untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang dibutuhkan warga setiap harinya, warga harus berbondong-bondong mengambil air bersih yang jaraknya tiga kilometer dari rumah penduduk.

“Ya mau bagaimana lagi, ini sudah hampir lima bulan kekeringan terjadi di desa kami,” aku Mahdi.

Diketahui, kekeringan yang terjadi tahun 2014 di Kabupaten Bondowoso itu bisa dikategorikan cukup parah disbanding daerah lain di Jawa Timur, yang juga mengalami kekeringan.

Selain kekurangan air bersih untuk kebutuhan rumah tangga, aliran air untuk sawah juga terjadi. Hal itu akibat dari saluran irigasi yang banyak tersumbat akibat sampah menumpuk dan mengenangi banyak sungai yang ada di Kabupaten Bondowoso.

Dari data Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bondowoso, 5 Februari 2016 lalu, bahwa kondisi aliran sungai dibanyak lokasi sudah mengalami tingkat pencemaran yang luar biasa. Pencemaran sungai itu diakibatkan oleh kebiasaan masyarakat disekitar sungai yang membuang sampah ke sungai.

Mislanya, di aliran sungai yang ada di Desa Cindogo, Kecamatan Tapen. Kondisi sungai terlihat sudah cukup memperihatinkan. Sampah terlihat berserakan dan menyumbat aliran sungai. Mayoritas sampah yang ada di sungai adalah sampah rumah tangga.

Karena, banyak sampah, debit air dikawasan sungai tersebut secara otomatis mengalami penurunan cukup drastis. Aliran air mulai mengecil.

Sungai tercemar dan tersumbat tak hanya terjadi di sungai yang ada di Desa Cindogo. Tapi juga terjadi di Desa Tamanan, Kecamatan Grujugan.

Di sungai tersebut, mayoritas terdapat sampah limbah pasar. Maklum, lokasi sungai tak jauh dari Pasar. Selain limbah Pasar, juga terdapat sampah rumah tangga serta kotoran hewan yang menumpuk dibanyak dipinggiran sungai.

Namun, dengan kondisi sungai yang sudah tercemar, aliran air sudah tak normal, masyarakat di sekitar sungai masih banyak yang menggunakan air sungai untuk mencuci pakaian, peralatan dapur dan lainnya. Masyarakat di sekitar sungai seakan tak peduli jika air sungai yang digunakan akan membahayakan kesehatanya.

Kepala-Dinas-Pengairan-dan-Irigasi-Kabupaten-Bondowoso-H-Karna-Suwandi118wcW.jpg

Suasana saat tim juri dari Kementerian PUPR melihat langsung kondisi sungai di Kabupaten Bondowoso. (Foto: TIMES Indonesia)

“Masyarakat disini sudah biasa nyuci di sungai dan bahkan mandi di sungai. Buar air besar juga di sungai. Itu seakan sudah menjadi tradisi,” terang Ahmad (37), warga di sekitar sunga, di Desa Tamanan.

Selain sungai di Desa Cindogo dan di Desa Tamanan, Kabupaten Bondowoso juga memiliki sungai Sampean Baru yang aliran airnya menjadi tumpuan banyak petani untuk mengairi sawahnya. Namun, di sungai itu juga tak luput dari pencemaran.

“Dari pengujian air yang dilakukan di sejumlah titik aliran sungai Sampean Baru, telah ditemukan bahwa pencemaran yang terjadi diakibatkan karena limbah rumah tangga, limbah pabrik, limbah pasar dan kotoran ternak,” jelas Sekretaris BLH Kabupaten Bondowoso, Joko Wahyudi.

Kondisi demikian katanya, dinilai sangat mengkhawatirkan. Karena Sungai Sampean Baru merupakan sungai terbesar di Kabupaten Bondowoso dan merupakan ujung tombak irigasi di Kabupaten yang dipimpin H Amin Said Husni itu.

Merawat Sungai dan Irigasi Melalui Gema Pildasi

Dua ‘musibah’ yang menimpa Kabupaten Bondowoso, mulai terjadinya kekeringan dan pencemaran sungai di banyak aliran sungai, berhasil melahirkan inspirasi bagi pihak Dinas Pengairan dan Irigasi Kabupaten Bondowoso.

Dinas Pengairan dan Irigasi Kabupaten Bondowoso terus mencari solusi untuk membenahi dan menghilangkan perilaku mencemari sungai yang menjadi tumpuan bagi petani untuk mengairi sawahnya.

“Melihat kondisi itu, Dinas Pengairan dan Irigasi melahirkan dan langsung meluanching program Gerakan Masyarakat Peduli Sungai dan Irigasi, yang disingkat menjadi Gema Pildasi,” jelas Kepala Dinas Pengairan dan Irigasi Kabupaten Bondowoso, H Karna Suwandi, kepada TIMES Indonesia, Jumat (9/12/2016).

Gema Pildasi dilanching dan diresmikan 3 Maret 2016 silam. Launching Gema Pildasi dilaksanakan di Balai Desa Cindogo, Kecamatan Tapen, Kabupaten Bondowoso. Dalam launching itu, dihadiri langsung oleh Bupati Bondowoso, H Said Amin Husni. Acara Laucnhing dihadiri warga yang tinggal di sekitar sungai.

Menurut Karna, lahirnya program Gema Pildasi adalah untuk menjaga ketersediaan air saat menghadapi musim kemarau dan untuk menjaga sedimentasi oleh sampah, kotoran hewan maupun hal yang bisa menghambat aliran sungai.

Gema Pildasi jelasnya, juga program yang menekankan partisipasi aktif masyarakat untuk menjaga kondisi sungai yang bersih dan tidak tercemar. “Dinas Pengairan hanya memfasilitasi, kegiatan sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat,” katanya.

Semua pihak jelas Karna, diharapkan mampu memahami manfaat air. Air katanya adalah sumber kehidupan dan kehidupan sendiri tak akan pernah terlepas dari air. Air dan udara menjadi faktor terpenting sebuah daerah layak huni atau tidak.

Menengok peradaban di Mesir, jelas tak bisa lepas dari air. Mesir menjadi negara menakjubkan, karena memiliki sungai Nil. ”Kedepannya, bukan mustahil Bondowoso akan dikenal oleh publik karena air mengalir jernih, kondisi sungainya bersih tidak cermerah, dan kondisi irigasinya terbaik jadi percontohan daerah lain di Indonesia,” katanya.

Sejak diresmikannya Gema Pildasi, kondisi sungai di Bondowoso sudah terlihat bersih dan aliran air sungai ke persawahan petani sudah lancar. “Sampah yang awalnya menumpuk dan menghambat aliran sungai, kini sudah bersih,” aku Karna.

Debit air yang dihasilkan katanya, sudah cukup dan mampu mengairi lahan persawahan para petani. ”Gema Pildasi yang dilakukan di tiga kecamatan, yaitu Wonosari, Grujugan dan Tlogosari akan terus berbenah. Dari tiga kecamatan itu sudah mampu mengairi ratusan hektare sawah milik petani sekalipun terjadi musim kemarau,” terang Karna.

Seperti diberitakan TIMES Indonesia sebelumnya, lahirnya program Gema Pildasi mendapat sambutan baik dari Bupati Bondowoso, H Amin Said Husni. Pihaknya mengaku sangat senang karena melibatkan masyarakat langsung dalam menjaga kebersihan sungai.

“Kami bersyukur dan berbahagia sekali Gema Pildasi betul-betul tumbuh dari inisiatif masyarakat untuk konservasi dan menyelamatkan serta memiliki kesadaran untuk memelihara sumber-sumber mata air yang ada,” kata Amin Said.

Bahkan tak hanya mendapat acungan jempol dari Bupati Bondowoso, pihak Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), saat berkunjung ke Bondowoso melihat langsung kondisi sungai dan irigasi, juga sangat memberikan apresiasi tinggi lahirnya Gema Pildasi.

“Program Gema Pildasi itu bisa dijadikan contoh bagi daerah lain. Inovasi seperti itu yang saya harapkan dan dicontoh banyak daerah di Indonesia,” jelas Kepala BWS NT I Kementerian PUPR, Marsono, saat itu. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES