Peristiwa Daerah

Saatnya DPRD Banyuwangi Memaksimalkan IT

Jumat, 09 Desember 2016 - 15:04 | 81.84k
Anggota Komisi 3 DPRD Banyuwangi, Muhammad Sahlan S Sos MA. (Foto: Syamsul Arif/TIMES Indonesia)
Anggota Komisi 3 DPRD Banyuwangi, Muhammad Sahlan S Sos MA. (Foto: Syamsul Arif/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Banyuwangi, menilai sudah saatnya memaksimalkan teknologi IT dalam pelaporan serta pencatatan kinerja. Hal tersebut disampaikan anggota Komisi III, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Banyuwangi, Muhammad Sahlan S Sos MA, Jumat (9/12/2016).

Menurut politisi muda partai Golkar ini, penggunaan IT juga memiliki banyak keunggulan.

“Bisa lebih efisiensi anggaraan, juga mendorong partisipasi publik untuk ikut memeriksa kinerja dan anggaran,” katanya.

Seperti diketahui, hingga saat ini berbagai pelaporan serta produk wakil rakyat di Bumi Blambangan masih dalam bentuk fisik dengan bahan kertas. Misal, hasil pembahasan Rencana Peraturan Daerah (Raperda), hasil final tercetak dalam bentuk buku. Tentunya, tidak sedikit anggaran yang digelontorkan untuk pembuatan. Apalagi, dalam setiap produk hukum dewan, dibagikan kepada seluruh anggota.

“Efisiensi dengan beralih ke IT disini, bukan untuk menghapus semua, tapi diminimalisir, jika sebelumnya seluruh anggota dapat, dirubah sesuai kebutuhan saja,” cetus wakil rakyat yang juga Sekretaris DPD partai Golkar Banyuwangi ini.

Lalu bagaimana anggota DPRD lainya untuk bisa mempelajari produk hukum lembaga sebagai bentuk pertanggung jawaban pada konstituen? 

Sahlan menjelaskan, ada dua cara yang bisa dilakukan. Pertama, dengan meminjam cetakan fisik dan kedua dengan melihat di web khusus DPRD Banyuwangi.

Dengan kata lain, dengan penggunaan teknologi IT, seluruh produk dewan, bisa dilihat dimana saja dan kapan saja.

Dengan memaksimalkan pelaporan dan pencatatan kinerja menggunakan IT, lanjut Sahlan, juga merupakan wujud kepedulian wakil rakyat terhadap lingkungan. Kenapa demikian? Karena, kertas selaku bahan pencatatan fisik, dibuat dari kayu. Dan untuk bisa diolah menjadi kertas, minimal kayu harus berumur 2 sampai 4 tahun.

“Saat ini mungkin belum terasa, namun jika terus menerus menggunakan kertas, artinya penebangan kayu juga berlanjut dan tentunya yang akan muncul adalah masalah lingkungan,” ungkap mantan Ketua cabang Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Banyuwangi ini.

Dengan meminimalisir penggunaan bahan baku kertas, sambung Sahlan, akan mendukung program sedekah oksigen yang digaungkan oleh Pemkab Banyuwangi.

“Begitu juga jika DPRD memaksimalkan penggunaan IT, itu sinergis dengan program Smart Kampung nya eksekutif,” pungkas Muhammad Sahlan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES