Peristiwa Nasional

Totok Daryanto: Empat Pilar Kebangsaan Jiwa Indonesia

Rabu, 07 Desember 2016 - 21:16 | 119.25k
ILUSTRASI, 4 Pilar Kebangsaan Indonesia (Grafis: TIMES Indonesia)
ILUSTRASI, 4 Pilar Kebangsaan Indonesia (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Tak dapat dipungkiri, Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa, bahasa dan agama yang berbeda. Sebagai warga negara Indonesia, sepatutnya memahami hal itu. 

Indonesia memiliki empat pilar kebangsaan, yang ditujukan untuk mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. 

Empat pilar kebangsaan Indonesia itu adalah Pancasila, UUD1945, Bhineka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Saat ini Indonesia sedang diuji persathan dan kesatuaannya. Dapat dilihat dari kasus dugaan penistaan agama yang menjerat Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. 

Ahok yang seorang minoritas diduga telah melakukan penistaan agama Islam, kerena  mengutip Al Quran surat Al Maidah ayat 56. Kasus itu mendadak ramai, bahkan jutaan umat Islam sebagai mayoritas turun ke jalan untuk menuntut Ahok di tahan. 

Hal-hal seperti inilah yang membuat hidup bernegara harus dilandasi dengan landasan ideologi yang kuat, Karena jika tidak, maka akan ada konflik-konflik yang melibatkan kedua kelompok tersebut.

Kasus diatas sadar atau tidak , percaya atau tidak, sangatlah sensitif, dan menghancurkan kehidupan berbangsa dan bernegara. 

"Maka penting mengingatkan kembali pada masyarakat akan pilar kebangsaan. Dengan pahaman pilar kebangsaan masyarakat diharapkan akan lebih arif dalam mengadapi sebuah masalah yang bersinggungan dengan SARA," terang Totok Daryanto, anggota DPR RI Dapil Malang saat menjadi fasilitator sosialisasi empat pilar kebangsaan, Selasa (6/12/2016), di Kota Malang.

Totok menambahkan pada realitas sekarang kelompok.masyarakat dan parpol tertentu juga mengalami perpecahan.   

Masalanya, lanjut Totok mereka terperangkap oleh egoisme masing-masing. Sehingga menambah beban negara dalam mempertahankan kebhinekaan tunggal ika itu sendiri. 

Totok mencontohkan saat gelaran pesta demokrasi, terjadi pertikaian  non fisik hingga terjadi adu fisik sekalipun dapat terjadi hanya untuk memperjuangkan calon yang mereka dukung. Hal ini merupakan cerminan jika masyarakat Indonesia belum dewasa dalam momen-momen politik. 

Sehingga seperti yang kita lihat contoh kasus yang diberikan diatas, terkait dengan pemilihan kepala daerah atau Gubernur DKI Jakarta sangat dimungkinkan untuk memecah belah negara ini.

Ketidak dewasaannya masyarakat dalam menghadapi momentun tersebut pemerintah diharuskan untuk memulihkan kembali  kesadaran masyarakat terkait kesatuan bangsa Indonesia melalui empat pilar kebangsaan.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES