Peristiwa Daerah

Kisah Pilu Ngati, Tinggal di Kandang Sapi

Rabu, 07 Desember 2016 - 16:10 | 260.02k
Ngati dan anaknya, Anggara (8), yang tinggal di kandang sapi sejak empat tahun terakhir (foto: Iqbal/TIMES Indonesia)
Ngati dan anaknya, Anggara (8), yang tinggal di kandang sapi sejak empat tahun terakhir (foto: Iqbal/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Di tengah pembangunan yang terus digalakkan pemerintah, ternyata 'masih' ada keluarga yang tinggal di kandang sapi. Mereka adalah pasangan suami isteri Bambang (38) dan Ngati (35), warga Dusun Pojok 1, Desa Pandansari, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo.

Pasutri ini tinggal bersama sapi sejak empat tahun terakhir. Anggara (8), anak keduanya, yang telah putus sekolah di kelas 1 SD setempat karena orang tuanya tak punya biaya, juga tinggal di sana.

Sepasang sapi yang dipelihara Bambang, juga bukan miliknya sendiri. Ia hanya menjual jasa pemeliharaan dengan sistem bagi hasil saat sapi dijual kelak. Dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, pasutri ini bekerja sebagai buruh tani.

Dari pantaun TIMES Indonesia, kandang sapi berukuran 3x6 meter itu berada di belakang rumah famili Bambang. Atapnya asbes, tapi sudah penuh lubang. Sebuah ranjang sederhana milik keluarga ini, ada di sana. Ranjang itulah yang biasa ditempati bertiga.

Bila hujan mengguyur, kandang itu bocor sana-sini. Kalau itu terjadi malam hari, kelurga ini tak bisa tidur. "Pakai plastik (semacam mantel/jas hujan, Red) biar ndak basah," kata Ngati yang saat ditemui Rabu (7/12/2016) tengah bersama Anggara.

Adapun lemari pakaiannya, berukuran lebar sekitar 50 centimeter dengan tingggi sekitar 1 meter saja. Lemari itu sudah tak berdaun pintu. Semeter dari tempat tidur keluarga ini, sudah merupakan kandang sapi. Tak ada  pemisah apapun di sana.

Lampu kandang ini  juga telah mati. "Wes kobong suwe (sudah lama erbakar, Red). Ora diganti," terang Ngati. Lagi-lagi, faktor ekonomi menjadi penyebabnya. Walhasil, kekuarga ini hidup gelap-gelapan di malam hari.

Ngati bercerita, semula ia dan suaminya menumpang tinggal di rumah orang secara berpindah-pindah. Kemudian sejak empat tahun terakhir, suaminya membuat 'rumah' dengan atap terpal di sebelah rumah familinya yang juga semi permanen.

Karena termakan waktu, atap terpal rusak. Bambu yang jadi penyangga juga lapuk, hingga tak bisa ditempati. Sejak itu, keluarganya tinggal di kandang sapi yang masih satu lokasi dengan rumah terpal tadi.

"Ndak enak (tinggal di kandang, Red), mambu (bau, Red). Tapi yo ndak onok maneh (tapi ya tidak ada lagi, Red)," ujar Ngati, pasrah.

Kondisi itu, membuat tetangga prihatin. Mereka menyumbang beberapa lembar seng untuk dijadikan atap rumah Bambang. "Kasihan, tidak punya rumah," kata Hermi, warga setempat yang jadi tetangga.

Tapi karena yang bersangkutan tak punya apa-apa, seng tak bisa digunakan. Sampai akhirnya, Bambang memotong sebatang kayu pinus di hutan produksi, desa setempat. Ia bermaksud menjadikan kayu itu sebagai tiang rumah, agar seng bantuan tetangga tidak sia-sia.

Tapi, langkahnya diketahui polisi hutan setempat. Bambang dilaporkan ke Polsek Sumber, dan ditangkap di rumahnya, Jumat (2/12/2016) petang. Kanit Reskrim Polsek Sumber, Aiptu DJ Setio, tak menampik penangkapan tersebut.

Kini, Ngati hidup berdua dengan Anggara di kandang sapi itu.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES