Peristiwa Daerah Bondowoso Istana Organik

Jual Hasil Tani Lewat Medsos, Petani Hortikultura di Bondowoso Raup Puluhan Juta

Rabu, 07 Desember 2016 - 17:09 | 218.73k
Petani sedang panen buncis. (Foto-foto: Mas Samsul/Times Indonesia)
Petani sedang panen buncis. (Foto-foto: Mas Samsul/Times Indonesia)
FOKUS

Bondowoso Istana Organik

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Pagi itu, sinar matahari sudah mulai menyengat tubuh. Tetes embun di banyak daun tanaman di pesawahan di Desa Nogosari, Kecamatan Sukosari, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, mulai terlihat kering.

Di tengah salah satu sawah, sosok seorang petani sedang asyik memantau kondisi tanaman yang dirawatnya. Dia adalah H Imam Bahri (45). Ia terlihat tak mengenal sengatan panas matahari yang 'mencubit' kulitnya.

Semangatnya tak terasa terganggu dengan terik mentari. Imam, begitu ia karib disapa, terus memelototi tanaman kesayangannya. Dia adalah salah satu petani yang mengembangkan pertanian Hortikultura.

petani-1jEgAM.jpg

Setiap harinya, Imam 'istiqomah' melihat langsung para buruh tani yang bekerja merawat aneka tanaman di lahan miliknya. "Saya terus pantau supaya hasil panennya bagus," katanya kepada TIMES Indonesia, Rabu (7/12/2016).

Diketahui, Imam adalah sosok petani tergolong modern yang tinggal dipelosok desa. Dia akrab dengan perkembangan teknologi modern. Tak asing dengan perkembangan media sosial. Terbukti, dalam setiap penjualan hasil taninya langsung dipromosikan melalui media sosial.

Imam tergolong salah satu petani yang jeli dan cerdas memanfaatkan peluang. Terbukti, selain memanfaatkan media sosial dalan jual beli hasil taninya, dalam mengatur waktu tanam sehingga saat panen juga menjelajahnya melalui perkembangan pertanian yang terus update di media sosial dan media online.

"Saya punya jejaring khusus para petani modern yang bergerak dalam pengembangan hortikultura. Sehingga saya bersama jejaring saya itu, bisa mengatur masa tanam agar saat panen menguntungkan," jelas Imam.

Bahkan jelas dia, dirinya yang merupakan ketua kelompok tani Karya Tani di desanya yang memiliki jaringan khusus pemasaran hasil panen yang bisa diakses secara online. Sehingga tidak gampang ditipu para tengkulak dengan memainkan harga yang bisa merugikan petani.

petani-2VolI.jpg

"Saya bersama jejaring saya, juga bisa memantau langsung harga tanaman hortikultura se Indonesia mulai Aceh sampai NTT. Kami tidak bisa ditipu oleh tengkulak dan bisa memasarkan sendiri hasil panen kami melalui media sosial," akunya dengan nada bersemangat.

Dalam pengembangan pertanian hortikultura rinci Imam, dirinya terus berusaha mengikuti Standart Operasional Prosedur (SOP) yang sudah ditetapkan dengan mengarahkan pada pertanian organik. 

"Karena penggunaan pestisida sudah mencapai ambang batas yang berbahaya untuk kesuburan tanah," katanya.

Sesuai harapan Presiden Jokowi jelas Imam, Indonesia ditargetkan setiap tahun bisa membentuk sedikitnya 150 ribu hektare lahan organik. Sehingga tahun 2019, Indonesia menjadi pusat organik.

"Di Desa kami, sudah memulai rencana itu. Semoga terus berkembang dan menjadi kebiasaan petani di Bondowoso. Apalagi, pertanian di Bondowoso cukup luar biasa," katanya.

Dalam menjalankan rencananya itu, Imam dibimbing langsung oleh Dinas Pertanian, BPP, PPL dan BPTP Malang, sehingga hasilnya sangat maksimal dan jauh melebihi pendapatan pertanian lainnya.

petani-3SwDsR.jpg

Imam mencontohkan, tanaman padi, yang keuntungannya bisa diraih hingga 100 persen dari modal yang dikeluarkan.

"Misalnya dalam jejaring harga, untuk penjualan hasil panen hortikultura, seperti sayuran, buncis, tomat, cabe dan sayuran lainnya, jika di Surabaya harga Rp 4.500 per kilogram. Maka pengambilan ke petani seharga Rp 3.500, karena dipotong operasional dan keuntungan pedagang," katanya.

Untuk membangun soliditas antara petani dan pedagang yang ada di daerahnya tambah Imam, pihaknya berusaha untuk terbuka. Sehingga, para mafia pasar yang mengambil keuntungan tidak wajar pada petani tidak bisa dilakukan pada petani di wilayahnya.

Melihat kesuksesan yang diraih Imam, Plt Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bondowoso, H Karna Suswandi, langsung meninjau lahan yang digarap oleh Imam. Karna juga bertemu dengan butuh tani yang menggarap lahan milik Imam.

petani-4JIUq.jpg

Karna yang saat itu didampingi Kabid Hortikultura Ayib Rasidi dan beberapa staf dari BPP, PPL serta Koordinator BPP, mengaku sangat bersyukur dengan adanya petani modern yang memang spesialis hortikultura. 

"Saya akan terus mendorong untuk lebih maju. Bahkan dalam tahun ini, siap membantu screen house untuk memaksimalkan produksi tomat. Karena sudah jadi kewajiban Dinas Pertanian," tegasnya.

Karena kata Karna, dengan tanaman model tersebut, produksi akan meningkat dua kali lipat. Misalnya, tanaman buncis dengan modal Rp 25 juta hasilnya mencapai Rp 75 juta.

Bahkan tanaman tomat yang masih panen 20 persen, hasilnya sudah mencapai Rp 25 juta. "Dan 80 persen panen selanjutnya adalah keuntungan semakin besar," akunya.

Langkah selanjutnya, Dinas Pertanian akan mendorong petani lainnya untuk mengembangkan pertanian hortikultura dengan pola tanam modern dan penjualannya juga sistem modern yang berbasis online.

"Pola tanam modern yang berbasis organik serta memiliki jaringan yang solid agar bisa menularkan ke petani lainnya. Saatnya pertanian di Bondowoso dikelola secara modern dan berbasis online," katanya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES