Peristiwa Daerah

Pelestarian Hutan di Kintamani Sudah Berbasis Landscape

Rabu, 16 November 2016 - 18:24 | 367.37k
Pelestarian hutan di Banjar Bumbungkelambu, Desa Batur Tengah, Kecamatan Kintamani. Hari Rabu 16 November 2016.(Foto Khadafi/ TIMES Indonesia)
Pelestarian hutan di Banjar Bumbungkelambu, Desa Batur Tengah, Kecamatan Kintamani. Hari Rabu 16 November 2016.(Foto Khadafi/ TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BALI – Lembaga penelitian sosial kehutanan dari CIFOR menilai proses reboisasi dan penyelamatan hutan di Banjar Bubungkelambu, Desa Batur Tengah, Kecamatan Kintamani.

Bangli sudah sesuai dengan pendekatan landscape. Dimana pelestarian hutan tersebut memenuhi tuntunan budaya, meningkatkan perekonomian dan Sumber Daya Alam masyarakat setempat, melestarikan kearifan lokal. Melibatkan banyak stakeholder yang berpartisipasi aktif, menyelamatkan lingkungan dengan memperhatikan kondisi tanah, dan juga menerima setiap masukan dari partisipatory. 

"Kita melihat apa yang dilakukan oleh kelompok Tani Hidup Rukun dalam mereboisasi dan melestarikan lingkungan itu sudah sesuai dengan pola pendekatan landscape. Dimana unsur pelestarian budayanya ada, dari sisi ekonomis dan meningkatan SDA masyarakat setempat ada, kemudia melibatkan kelompok. Selain itu pohon yang ditanamnya juga betul betul mendukung reboisasi atau pelestarian hutan," ujar sala satu anggota peneliti dari Cifor, Linda Yuliani saat melihat langsung ke Lokasi di Kintamani pada, Rabu (16/11/2016).

Pelestarian-hutan--2at0Fd.jpg

Landscape merupakan bentangan alam atau kerangka kerja untuk mengatasi persoalan persoalan lingkungan seperti kerusakan hutan yang menyebabkan, ketahanan pangan yang berkurang, kemiskinan, perubahan iklim, dan kesejahteraan penduduk yang semakin tergerus. 

Untuk itu, landscape atau kerangka kerja ini mencari solusi untuk mengembalikan kondisi alam yang sudah rusak ke arah yang lebih baik. Atau memulihkan kondisi alam yang rusak namun dalam proses pemulihan tersebut harus memenuhi tuntunan budaya masyarakat setempat, mensejahterakan keluarga, meningkatkan perekonomian masyarakat setempat, dan menambah sumber daya alam yang merupakan bagian dari kearifan lokal yang perlu dilestarikan. 

Selain itu, landscape juga bagaimana pendekatan landscape tersebut untuk mendukung pariwisata setempat. CIFOR melihat salah satu kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani di Kintamani sunggu sesuai dengan pendekatan landscape. 

Untuk mendukung perkembangan pariwisata kintamani, sebagai bentuk pelestarian budaya Bali dan melestarikan kearifan lokal, sebuah kelompok tani di Banjar Bubungkelambu, Desa Batur Tengah, Kecamatan Kintamani, Bangli membentuk sebuah kelompok tani. Kelompok tani tersebut bernama 'kelompok tani hidup rukun'.

Ketua kelompok tani 'Hidup Rukun', I Nyoman Conto menjelaskan sengaja membentuk kelompok tani tersebut untuk mendukung pengembangan pariwisata di Kintamani, juga untuk melestarikan kearifan lokal Bali. Salah satu kearifan lokal yang memiliki nilai filosofinya adalah pohon bambu atau tiin bali. Karena Bambu merupakan salah satu kearifan lokal Bali dan memiliki filosofi yang tidak bisa dipisahan dengan kehidupan orang Bali.

Menurut Nyoman Conto, kelompok tani yang dibentuk ini bergerak dalam bidang menanam pohon bambu, pohon jeruk, ketela, dan kearifan lokal lainnya.  Selain bergerak dibidang pertanian juga melakukan  arisan uang dan beras setiap tanggal 15. Kelompok tani ini juga sangat peduli dengan persoalan lingkungan hidup.

 "Kami dibimbing oleh lembaga ITTO sejak 3 tahun lalu. Kami petani bambu, karena bagi orang Bali bambu adalah teman sejatinya. Sejak lahir dan mati bambu adalah banyak fungsi bagi orang Bali. Itulah kenapa kelompok tani membudidaya bambu. Dipandang sebelah mata bambu itu tidak ada nilainya. Namun bambu sangat diperlukan tetapi banyak yang tidak tahu," ujar Nyoman Conto saat menggelar diskusi, pada Rabu (16/11/2016) di Kintamani.

Nyoman menjelasan budidaya bambu baru dimulai satu setengah tahun yang lalu. Kelompok tani hidup rukun ini merasa berjasa dengan lembaga ITTO. "Kami sangat berterimakasi dengan ITTO. Sejak lama sebenarnya budidaya bambu ini namun tidak intensif. Proses budidaya bambu ini sifatnya tradisional karena belum ada pengalaman pengalaman moderen," ujarnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Bali

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES